‘Met Ultah, Toots Thielemans

Kalau tanggal 29 April 2011 ini merupakan ulang tahun seorang musisi jazz terkenal, itu bukan sesuatu yang istimewa, meskipun bertepatan dengan tanggal lahir mendiang Duke Ellington. Namun kalau itu ulang tahun ke-89 seorang virtuoso harmonika yang pada hari-hari ini masih aktif bermusik, patutlah kalau itu sesuatu yang istimewa. Penampilannya di Blue Note New York yang tiketnya sudah terjual sampai dibatalkan karena virtuoso tersebut kelelahan dan harus masuk rumah sakit.

Musisi tersebut, Jean-Baptiste Thielemans, a.k.a. “Toots” Thielemans, dan kemudian lebih dikenal tanpa tanda kutip lagi di namanya, tetap dikenal sebagai virtuoso, walau awal mulanya mengenal instrumen harmonika kromatik juga karena mendiang vituoso terdahulunya, Larry Adler, dan saat ini nama-nama seperti Maret, Meurkens, Grossi, Gallison, dan Ollestad sudah mengikuti di belakangnya dengan semangat Toots yang tetap hidup di hati mereka, dengan karakter individu masing-masing. Banyak diantara chromatic harpist memang terilhami gaya Toots dan dengan jujur mengakui sulit menghapus kesan “terpengaruh”, karena Toots memang muncul di waktu yang bertepatan dengan berkembangnya jazz modern pada saat kelahiran bebop waktu itu. Dia memutuskan hijrah dari Belgia ke tanah kelahiran jazz dan kemudian memasuki pergaulan musik di sana, memperoleh pengalaman bersama musisi seperti Charlie Parker, Miles Davis, Benny Goodman dan tokoh lainnya, ketika masih mengkhususkan diri pada gitar.

Kalau meminjam istilah anak muda, Toots seorang yang “gaul” dalam perkembangan musik dunia. Keaktifannya membuat ia bisa masuk di tempat yang tepat, mengikuti perkembangan musik, seperti ketika gayanya mulai dikenal di musik Quincy Jones, album-album pop milik Billy Joel, Vanessa Williams, Word of Mouth Big Band milik Jaco Pastorius, soundtrack film “Midnight Cowboy”, “The Getaway”, “Turks Fruit” dan tema serial “Sesame Street”, dengan pengaruh yang kuat dari kekayaan pengalaman bermusiknya terdahulu. Munculnya genre MPB di Brasil dengan tokoh seperti Milton Nascimento, Ivan Lins, Djavan dan Joao Bosco setelah masa Bossa Nova pun tidak luput dari sentuhannya. Mauricio Einhorn, yang dikenal sebagai kolega Toots dalam instrumen yang sama, menciptakan lebih banyak lagu standard di Brasil dibandingkan dengan Toots yang mungkin cuma dikenal dengan “Bluesette”nya, bahkan sebagai bentuk penghargaan, Toots juga memainkan komposisi Einhorn seperti “Curta Metragem” di album “Live”nya, namun Einhorn yang lebih muda tidak cukup dikenal di luar negaranya.

Ketika Toots sudah meninggalkan permainan gitarnya yang terkenal dengan gaya unison dengan siulannya karena faktor usia dan kesehatannya, harmonika kromatik, yang lebih dikenal karena permainan Stevie Wonder (yang sangat dikagumi Toots), mungkin masih menjadi sesuatu yang sulit mendapat tempat di musik jazz, apalagi di genre musik lainnya. Namun, pasti nama Toots Thielemans akan tetap dikenang dunia sebagai virtuoso harmonika yang pernah ada.

Happy birthday, Toots.
http://vandaag.radio6.nl/files/2007/04/toots.jpg

Exit mobile version