The 4th Asean Jazz Festival, Pesta Jazz Asia Tenggara (Laporan Hari Kedua – habis)
Putaran pertama The 4th Asean Jazz Festival telah sukses dilangsungkan pada malam sebelumnya (22/7). Respons audiens Batam cukup antusias, terlihat dari ribuan pasang mata yang datang dan menyaksikan perhelatan jazz terakbar di Sumatra ini. Beragam aksi seru dan mengagumkan dari para musisi jazz lintas negara malam lalu, adalah magnet bagi publik penggila jazz Batam untuk mewajibkan diri hadir pada babak kedua sekaligus terakhir acara tersebut.
Gelaran AJF hari kedua dimulai lewat dua band lokal yang tampil dalam waktu bersamaan di panggung yang berbeda. Perwakilan dari Batam adalah Alcapone yang tampil malam lalu, serta Cleo dan Chetnique. Mereka menyajikan sentuhan jazzy lewat lagu-lagu yang mudah diterima di mayoritas kawula muda Batam. Band Cleo mengawali pertunjukan di arena Sea Jazz, sedangkan Chetnique menjadi pusat perhatian teritori panggung Jazz Walk.


Jika kemarin Nita Aartsen tampil mengiringi penyanyi dan drummer tamu asal Filipina, Sandra Lim-Viray dan Jun Viray, maka kali ini panggung Wonderful Indonesia adalah miliknya. Ia unjuk kebolehan lewat jentikan jemari lincahnya di atas bilah-bilah kibor sembari berolah vokal. Nita membawa serta rekan-rekan musikus Bintang Indrianto (bas elektrik), perkusionis Adi Prasodjo, juga drummer Bogie Prasetyo. Memulai penampilannya, Nita menyambut audiens dengan berkata,”oke, sekarang kita jalan-jalan dulu ya ke afrika,” ujarnya. Langsung ditimpali oleh tepukan aneka instrumen perkusi Adi dan komposisi “A Night in Tunisia” mulai terdengar. Ciri khas Nita adalah aransemennya atas mahakarya musik klasik seperti “Rondo Alla Turca” milik Mozart, “Fur Elise” kepunyaan Beethoven, atau “Minuet in G” Bach. Benar saja, malam itu ramai terdengar irama Afrika, Arab, dan Afro-Cuban. Nomor lainnya adalah ballad “Naima” yang terhias tabla, serta geliat reggae pada “Mas que Nada” dengan mengajak serta penyanyi Iwan Abdie.


Empat orang jazzer muda dengan skill yang sangat mumpuni, The Jongens Jazz Quartet, menyajikan straight-ahead jazz yang definitif. Kuartet ini terdiri dari pianis Ramadhani Syah, penggitar Johanes Radianto, drummer Elfa Zuham, dan kontrabasis Donny Sundjojo. Mereka mewarnai pelataran Jazz Walk lewat “Busway Blues” gubahan Johanes, “Closer” milik sang pianis, juga denyut swing memikat pada nomor “The Way You Look Tonight.” Penonton semakin ramai waktu Dira Sugandi ikut naik ke atas panggung diiringi The Jongens. Dira menyanyikan beberapa lagu, di antaranya sebuah tembang sedih namun indah gubahan almarhum Harry Roesli, “Kami Cinta Indonesia,” serta “Cheek to Cheek” ciptaan Irving Berlinyang juga mengakhiri penampilan mereka.


Sementara itu dari kawasan Sea Jazz, grup dengan format akustik beranggotakan tiga pendekar gitar Yeppy Romero, Sandi Gallingging, dan Agam Hamzah serta seorang saksofonis Arief Setiadi, menghibur audiens AJF 2011 lewat aransemen segar atas komposisi jazz standar, tradisional, hingga latin. Keempatnya menamakan diri Acoustic Smile, dan benar saja, menyaksikan permainan mereka, senyum adalah jaminannya.

Datang dari Jakarta, dedengkot Komunitas Jazz Kemayoran Beben S. Mulyana atau biasa dipanggil Beben Jazz turut menyemarakan AJF keempat. Gitaris merangkap penyanyi ini menghangatkan suasana dengan menyajikan nomor pembuka “Blue Monk” dari legenda jazz Thelonious Monk. Sebelum beranjak ke lagu selanjutnya, Beben berujar, “saya ini penggemar film, dan musik jazz sudah dipakai sebagai soundtrack sejak era 30-an,” katanya. Ia menambahkan, “lagu yang berikutnya mau saya bawakan diambil dari soundtrack film When Harry Met Sally, musiknya oleh Harry Connick, Jr.,”imbuhnya. Beben turut mengundang istrinya, Inna Kamarieyang dulu sempat tergabung dengan Dewi-Dewi. Berduet dengan Inna, Beben melantunkan tembang-tembang “It Had To Be You,” “Night and Day,” juga “Take the A Train.”

Beralih ke panggung utama Wonderful Indonesia, band berkelir arabic fusion Eastmania telah siap untuk menggetarkan arena The 4th Asean Jazz Festival. Grup ini memiliki keunikan tersendiri, preferensi luas zona musik jazz, rock, fusion, hingga world music dikemas dalam performa prima masing-masing personil. Formasi Eastmania malam itu adalah Kamal Musallam (gitar, gambus), Dwiki Dharmawan (kibor, synthesizer), Paola Rapelle (vokal), Israel Varella (drum), Nasser Salameh (perkusi), serta basis Adi Darmawan. Malam itu Eastmania hadir dengan garapan segar lewat unison modus-modus Persia dan belahan dunia lainnya, dalam ketukan ireguler dan kompleks. Makin seru tatkala berbalut energi rock distorsif. Tambah kentara geliat ketimuran itu waktu Kamal memainkan al-ʿūd(gambus) yang berpadu apik dengan vokal Paola dan gertakan perkusi Nasser. Sebuah pertunjukan yang eksotik.


Di antara barisan musisi pendukung AJF 2011, sepertinya nama yang paling dikenal oleh muda-mudi Batam tak lain adalah Barry Likumahuwa. Basis yang biasa tampil bersama grup Barry Likmahuwa Project (BLP) , malam itu berkolaborasi dengan gitaris asal Perancis yang bermukim di Singapura, Jeremy Tordjman. Selain bawakan komposisi Jeremy semisal “Mister Cool,” Mister Fuzz,” “Smoke That Groove” dan “Nostalgia of the Future,” aksi keduanya makin seru dengan jam session intensif bersama Donny Joesran (kibor) dan drummer belia Dimas Pradipta. Baik Jeremy maupun Barry tampil kompak, mungkin karena preferensi musik yang dekat, seputar jazz, funk, blues, rock n’roll dan soul. Alhasil, mereka sukses membikin Batam bergoyang ikuti hentakan irama groovy nan funky.


Selepas Jeremy dan Barry, tibalah saat untuk menutup rangkaian acara The 4th Asean Jazz Festival. Sebagai konklusi adalah program terakhir yaitu finale di mana seluruh pendukung acara naik ke atas pentas untuk tampil bersama dalam format jam session yang epik. Panggung Wonderful Indonesia seketika menjadi penuh begitu pula ramai penonton yang semakin padat. Dengan rampungnya sesi finale, tuntas sudah seluruh rangkaian acara Asean Jazz Festival keempat ini.





The 4th Asean Jazz Festival berhasil menarik sedikitnya 7000 pengunjung! Sebuah pencapaian yang menggembirakan, karena jumlahnya meningkat drastis dibanding AJF tahun lalu. Hal tersebut dapat diartikan bahwa masyarakat Batam semakin menggandrungi jazz. Semoga pada Asean Jazz Festival kelima tahun depan, jumlahnya meningkat dan kualitas acaranya makin baik lagi. Salut!