Liputan: Tiga Tahun Serambi Jazz Hadirkan Max.Bab
Kalem “Star City” yang disumbangkan pianis Benedikt Jahnel untuk rilis “Inner Orbit” (ACT, 2009) kuartet Max.Bab membuka Serambi Jazz September dengan kesan kuat kendali ensambel di bawah lembut pianissimo. Pembuka ini sedikit banyak mengingatkan akan pikat suksesi melodi yang didapati pada karya-karya kontemporer Yellowjackets (misalnya saja “My Old School” atau “Sea Folk“), terlebih lagi piano dan saksofon sering sengaja hadir berjarak saling komplemen sebagai ciri lainnya. Jahnel sendiri menjelaskan bahwa kuartet ini akan banyak tampilkan karya Max von Mosch (saksofon soprano dan tenor) ataupun yang awalnya dibuat mereka berdua. Pentas malam itu adalah sekaligus akhir dari tur mereka ke beberapa kota dengan sempat singgah di antaranya ke Bangkok dan Kuala Lumpur.
Album terkini yang sekaligus debut di ACT tersebut adalah sebuah suita yang mengisahkan space walk kosmonot Leonov yang bersejarah di tahun 1965, memandangi bumi dari perspektif lain. Pengalaman emosional yang luar biasa itulah yang Max.Bab coba ulangi ke dalam komposisi yang tak tergesa-gesa, tak banyak aksi, dan lebih dalam batin. “Interstellar Exit” pun adalah ballad di atas ketegangan yang diciptakan piano, gentar degup jantung yang hingga berulang kali menggetarkan lutut. Pada album ini pula “From Gagarin’s Point Of View” dari mendiang Esbjorn Svensson ikut beroleh rumah yang pas temanya dengan sekaligus jadi penghormatan atas inovasinya pada jazz hingga meninggal 2008.
Membawa nama Eropa dan kuartet akustik tetap tercirikan dari pola drum Andi Haberl yang dapat porsi solo pada “Human Intent“. Pada seksi ritme, Henning Sieverts mensubsitusi absennya bassist Benny Schäfer dari kelompok ini. Sieverts adalah pengisi lokakarya Serambi Jazz dua tahun silam yang menjadi cikal bakal kelompok muda Shadow Puppet Quartet di tanah air saat mereka ikuti program tersebut. Untuk tahun 2011, Max dan Jahnel-lah yang tetap tinggal memberikan workshop. Bicara soal pernah muda, riwayat kuartet inipun termasuk salah satunya adalah menjadi band SMA. Jahnel menuturkan bahwa mereka kemudian bertebaran di Munich, Berlin, dan Max sendiri baru kembali menuntaskan pendidikannya di Amerika, seorang doktor jazz.
***
Tiga tahun sudah Serambi Jazz turut mewarnai jazz scene lokal khususnya Jakarta. Frank Werner dari program budaya Goethe saat memberikan sambutannya didampingi kurator program Riza Arshad mengatakan bahwa malam itu (30/09/’11) spesial dengan serba tiga; tiga tahun keberlangsungan acara, 30 band sudah, dan 9000 total penonton. Ia pun menambahkan bahwa tiga sekaligus mewakili kesetimbangan pikiran, raga, dan jiwa. Apa yang dikatakannya soal setimbang ada benarnya mengingat antusiasme penonton yang seringkali menyesaki Goethe mewakili selera alternatif di tengah maraknya pentas jazz; kesetimbangan menu.