News

Konser Cédric Hanriot: Trio Piano & Katalog Perancis

Le jazz et la java” membuka penampilan Cédric Hanriot dalam bingkai Serambi Jazz (06/10/’11) atas kerjasama Institute Français Indonesia (IFI) dengan Goethe Institute Indonesia (GI). Trio ini tampil menyusul kerjasama kedua lembaga kebudayaan tersebut dalam konser Eric Legnini, sedangkan pentas “French Stories” ini adalah yang ke dua di Indonesia setelah beberapa bulan lalu sempat ditampilkan di Yogja dan Denpasar. Sesuai tajuknya, trio ini membawakan adaptasi jazz dari katalog populer la chanson française (istilah umum nyanyian berlirik Perancis) yang awalnya berakar pada pemusik keliling (troubadour) hingga transformasi chanson réaliste (nyanyian realis) tentang kaum miskin dan pekerja di akhir Perang Dunia II yang mengangkat nama biduanita seperti Édith Piaf. Waltz jenaka yang disebut diawal tadi adalah sukses Claude Nougaro dalam kelompok prominen nyanyian Perancis populer. Ia pernah mengirimkan lirik ciptaannya salah satunya kepada Piaf. Nougaro sempat pula bernyanyi untuk kabaret di Montmartre sebagai satu lagi ciri dari masa itu. Trio Hanriot menyelipkan swing di antara melodi asli lagu tersebut yang terdengar seperti sekat-sekat jeda dalam hitungan berbeda.

Trio Cédric Hanriot - GoetheHaus
Trio Cédric Hanriot saat tampil di GoetheHaus sebelum didapuk ke Ambon Jazz Plus Festival 2011

Hanriot yang didukung Bertrand Beruard (double bass) dan Jean-Baptiste Pinet (drum) membawakan pula karya orisinal. Intro “Cinematy” dalam permainan piano bergelombang, landai menurun, persis melambungkan ingatan pada pendekatan Brad Mehldau untuk “Dear Prudence” (Lennon/McCartney), cara moderen menerjemahkan ballad dalam trio piano yang sebetulnya adalah formasi klasik. Pilihan cerita Perancis berikutnya jatuh pada Jacques Brel, “La chanson des vieux amants” yang diimbuhi spoken words di awal dan kemudian di latar, tentu saja berbahasa Perancis, yang tidak sesederhana kalimat-kalimat pendek versi albumnya. Selain memutar trek latar yang sudah dipersiapkan seperti itu, laptop di atas piano Hanriot juga menjadi keluaran beberapa suara sintetik yang dimainkan di atas bilah-bilah MIDI controller-nya melengkapi piano elektrik Rhodes yang juga menjadi instrumen sekunder.

Nomer pamungkas konser dipilih justru dari pembuka album “French Stories” yang sangat funky, “Lousiana”, lengkap dengan permainan sibuk bass dan aksen khas organ. Solo kibor dalam pilihan suara bernuansa kosmik membuat groove semakin kena golnya ditambah lagi bantuan kecil penonton untuk ikut bertepuk tangan di awal dan saat solo bass. Namun, pilihan sengaja menyaringkan treble dari piano akustik tidak terdengar nyaman kendati dipakai untuk menyajikan trio kontemporer. Pukulan Pinet pun agaknya tidak cocok dengan tipe penonton yang lebih suka garis tengah di sekitar osilasi keras dan lembut berada lebih turun ke bawah.

Berkat kerjasama Perancis-Jerman ini muncul wajah-wajah penonton baru di Serambi Jazz. Animo positif kelihatannya akan berbuah pada lebih banyak penampilan lain pada platform Serambi Jazz, membawa citra Eropa dengan segala kekhasannya di peta jazz. Kira-kira begitulah harapan Bertrand de Hartingh (IFI), Frank Werner (GI) dan kurator Riza Arshad saat saling berbalas sambutan singkat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker