Mahawaditra, Big Band-nya anak UI
Liputan konser Big Band Mahawaditra, Auditorium RRI Jakarta, 15 Oktober 2011.
Penantian selama 11 tahun itu akhirnya terwujud, dengan digelarnya pagelaran bertajuk “Orkes Simfoni UI Mahawaditra Presents Big Band Concert 2011,” bertempat di Auditorium Gedung Radio Republik Indonesia, Jakarta, Sabtu malam lalu (15/10). Singkat cerita, big band ini terbentuk dari brass section (seksi tiup logam) Orkes Simfoni Universitas Indonesia – OSUI Mahawaditra. Sebagai bandleader merangkap pelatih pula kondakter ialah Irianto Suwondo yang kerap disapa “Mas Bagong.”

Dimulai lepas pukul setengah delapan malam, konser dibuka dengan kata sambutan Prof. Budi Susilo Soepandji selaku Pembina serta ketua Rifky Ferdiansyah. Sebelum menampilkan nomor-nomor bernuansa jazz, Big Band Mahawaditra membawakan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang dinyanyikan oleh segenap hadirin sambil berdiri. Berlanjut ”Bangun Pemudi – Pemuda” gubahan Alfred Simanjuntak, untuk menyambut peringatan hari Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober.
Kedua lagu tersebut dimainkan cukup baik, namun terasa kurang berenergi, mengingat lagu – lagu itu seharusnya mampu untuk membakar semangat. Masih ada kendala teknis para pemain yang membuat ramuan bunyi terasa timpang. Namun pada nomor ketiga “Ondel – Ondel” karangan Benyamin Sueb, kemeriahan mulai hadir berkat aransemen Singgih Sanjaya serta rampak irama kendang Imam Firmansyah yang membuat badan bergoyang.

Big Band Mahawaditra menyajikan pula “Looking Through the Eyes of Love,” juga “Ebony and Ivory” dari Paul McCartney. Makin seru ketika bintang tamu The Professor Band, sesuai namanya berisikan para guru besar UI yang hobi bermain musik. Denyut bossa nova dihadirkan lewat “Girl from Ipanema” dengan introduksi mengutip “O Pato” kemudian beralih samba atas lagu “Quando Quando.” Sajian lain adalah beat hip-hop pun R&B dalam “Price Tag.” Ada pula “Desafinado” milik Antonio Carlos Jobim, “Can’t Take My Eyes Off You,” serta lagu jazz standar “Autumn Leaves” yang kembali menyertakan tepukan kendang rancak. Konser berakhir jam sembilan malam.
Sebuah upaya yang patut diacungi jempol, untuk menampilkan sebuah big band yang terbilang jarang digarap di tanah air. Tetapi, namanya big band, pastilah tantangannya lebih besar dari pada band biasa. Untuk itu perlu perhatian dan energi ekstra supaya mendapat hasil optimal. Acara berlangsung tertib, namun agak terganggu oleh pemandu acara yang cenderung kaku dan kurang komunikatif. Semoga pada konser berikutnya akan lebih baik lagi dan semakin marak. Salut!