Wuiiih… Don Tejo Corleoncuk beraksi!
Liputan “Wuiih Day: Menebar Cinta pada Ibu Pertiwi,” Bentara Budaya Jakarta, 16 Februari 2012
Seniman multi-dimensi Sujiwo Tejo, yang belakangan ini mendaulat dirinya sebagai Don Tejo Corleoncuk menggelar pentas seni di Bentara Budaya Jakarta, Kamis malam (16/2). Dua hari setelah hari kasih sayang atau Valentine’s Day yang dirayakan seluruh dunia, Sujiwo seolah ingin menggugat pula mendobrak konsep tersebut. Maka dari itu, tajuk acaranya “Wuiih Day: Menebar Cinta pada Ibu Pertiwi,” menampilkan beragam aksi nyeleneh, mbeling, juga brangasan dalam bentuk sajian musik, teater, puisi, dan pantun.
Dikenal sebagai “Presiden Republik Jancuk,” Sujiwo punya banyak umat pengikut, terpantau lewat akun twitternya, ia memiliki follower hampir sejumlah 200.000! Mereka menamakan diri jancukers, dan malam itu pula sebagai ajang kopi darat, dengan undangan berupa hashtag #temujancukers.
Malam itu panggungnya tidak biasa, telah “disulap” menjadi sebuah beranda losmen (Losmen Pertiwi). Mbah Tejo pun tidak beraksi seorang diri, ia disokong oleh sederet musisi antara lain Bintang Indrianto dan kawan-kawan, biduan Sruti Respati, juga penyanyi Glenn Fredly. Turut meramaikan ialah dua “Presiden,” Karni Ilyas dari negeri Jakarta Lawyers Club, dan Butet Kartaredjasa mewakili Ngayogyakarta Hadiningrat, ditambah dengan Komunitas Teater UI. Sebagai pemandu acara ialah Puteri Pariwisata Indonesia, Andara Rainy.
Pukul delapan malam, alunan musik dari Bintang dan kawan-kawan mulai berbunyi. Tak lama kemudian, muncullah Sujiwo dengan dandanan nyentrik; bersarung kain batik, berkacamata hitam, lengkap jaket pula sorban melilit kepala. Bukan Sujiwo Tejo namanya kalau hanya bernyanyi sambil berdiri atau duduk tenang. Maka ia merepet, berjoget, dan berperan watak. Selanjutnya mengganti tutup kepala dengan topi koboi, penanda khas dirinya. Ah, tampilannya macam mafia, pantas jika disebut Don Tejo Corleoncuk!
Sebagai jembatan antar lagu, Sujiwo memberi sisipan narasi, berupa sentilan jahil mulai dari isu politik dalam negeri yang sedang panas sampai humor dewasa yang menggelitik. Disampaikan secara blak-blakan, tanpa tedeng aling-aling. Berkali-kali penonton dibuat terpingkal oleh aksi panggungnya.
Makin seru waktu Glenn ambil peran, ia nyanyikan tembang ciptaan Sujiwo berjudul “Pada Sebuah Ranjang,” title track dari album keduanya. Pelantun asal Ambon tersebut tampi kembali, uniknya, ia bawakan nomor “Tanase” bersamaan dengan Sujiwo berdendang “Ole Olang.” Lagu tradisional Ambon dan Madura bersinergi dalam iringan bossa dan samba. Ciamik!
Kalau Karni Ilyas berpuisi, salah satunya tampilkan karya W.S. Rendra, maka Butet sajikan pantun. Secara interaktif, Butet mengajak audiens untuk menanggapi guyonan waktu membaca “Wuiiih…” berbalas hadirin dengan respons “AU, AU, AU…” Pantunnya jenaka, namun sekaligus tajam mengkritik carut-marutnya kondisi tanah air yang salah urus.
Selain “Demokrasi,” “Titi Kala Mangsa” (Pada Suatu Ketika) dan “Anyam Anyaman Nyaman,” Sujiwo menghadiahkan para pengikutnya (jancukers – red.) sebuah lagu yang sengaja ia tulis untuk acara ini, judulnya “Jancuk,” ungkapan khas Jawa Timur, khususnya arek-arek Suroboyo, guna mengekspresikan banyak hal. Sujiwo menjelaskan, “Kata jancuk itu spektrumnya luas, bisa dipakai waktu sedang jengkel maupun untuk menunjukkan eratnya persahabatan,” terangnya.
Tak hanya berolah vokal, Sujiwo pula memainkan instrumen tiup yang terasosiasi dengan jazz, saksofon dan trumpet. Walaupun ia telah mengumumkan lagu terakhir, toh penonton tak kunjung angkat kaki. Bahkan setelah tambahan sebuah tembang dengan iringan reggae mirip “Get Up, Stand Up” milik Bob Marley. Lucunya, di tengah-tengah lagu tersebut, Mbah Tejo berteriak “Pulang! Pulang!” dengan nada mengusir, yang justru membuat audiens makin tergelak.
Pertunjukan benar-benar tuntas setelah alunan musik berhenti, dan para jancukers pun satu persatu meninggalkan kursi. Sujiwo menutup dengan seruan “Salam Jancuk!”
***
Sujiwo Tejo akan tampil pula di Java Jazz Festival 2012, pada hari Minggu, 4 Maret di Semeru Garuda Indonesia Stage.