News

Kayon Tree of Life: Trio Bebop Yang Makin Lekat dengan Musik Tradisi

Tepuk tangan panjang yang mengakhiri sesi intim Kayon "Tree of Life" di Red White Jazz Lounge (31/03/'12) adalah kilas balik standing ovation penampilan trio ini pada 13 September 2007 di Haus der Kulturen der Welt, Berlin. Sambutan baik publik Jerman itu berlangsung di tengah-tengah Asia-Pacific Weeks yang digagas walikota Berlin sebagai hajatan biennale yang menyertakan musik sebagai program kebudayaan. Tema Asian Bop tahun tersebut yang kemudian mendaftar Indra Lesmana bersama nama-nama lain seperti Du Yinjiao (Cina), maupun Koji Ueno (musisi Jepang yang tak berasosiasi langsung dengan jazz) menjadi klop dengan pilihan ensambel trio akustik. Malahan fase baru lahir dari daur bermusik Indra bersama Pra Budi Dharma dan Gilang Ramadhan yang kini sudah terhitung separuh hidup sejak 1986 (dalam irisan kelompok Krakatau ataupun jelajah improvisasi bebas akronim P.I.G.). Fase baru itu adalah bebop, bahasa yang tak asing dalam jazz klasik, namun beroleh perbendaharaan baru lewat pengaruh musik tradisional dari berbagai belahan nusantara.

Kayon Tree of Life - Indra Lesmana, Pra Budi Dharma, Gilang Ramadhan
Kayon "Tree of Life" - Indra Lesmana, Pra Budi Dharma, Gilang Ramadhan

Ketika karya-karya rilis "Tree of Life" (Inline Music, 2007) dikunjungi kembali, yang bisa diharapkan adalah senyawa interplay yang lebih kohesif lagi mendekati lagu dari arah kemungkinan yang baru. Memang pada saat pertama diluncurkan, album ini lebih terdengar sebagai mozaik yang merangkum Aceh, Jawa, Sunda, dll. dalam representasi singkat dari tiap-tiap ide alias garis besarnya saja. Mengingat pengalaman grup Indra, Reborn, sering main bareng jadi kunci bertumbuhnya karakter khas grup yang sepertinya berlaku juga untuk Kayon tak terkecuali.

"Kayon" disambung "East Coast of Java" sebagai suita berakar langgam Jawa adalah perkenalan yang kontemplatif sekaligus tak mencerminkan urutan asli pada album, melainkan dipilih dari kedekatan keduanya. Pra tekun tak lepas dari laras pentatonik pada bagian kedua, sementara Gilang membunyikan pola triplet tradisional pada kecrek yang setelah beberapa kumpulan, disekat dengung kenong sebagaimana peran gong besar dalam gamelan. Uniknya, pada nomer lain yang terinspirasi gamelan Sunda, "Panghareupan", Gilang mengimposisi pola tersebut dengan detak Latin. Pindah ke "Little Jakarta" yang lebih riang, bas Pra sesekali tampil seperti instrumen keroncong dalam groove etnik yang berciri otentik dan mengundang goyang itu.

"Medemato Kamaki Sawosi" memunculkan ritme magis Papua lewat dominasi pukulan tom-tom Gilang yang bertalu mirip beduk. Piano Indra berunison memainkan pola perkusif itu dengan satu tangan lagi me-mute senarnya, sedangkan pada bagian refrain-nya melodi piano maju ke muka. Pengalaman trans dihantarkan trio ini saat "Makepung" meluncur menyamai cepatnya dua penabuh gamelan Bali yang kompak memainkan kotekan secara berhadap-hadapan. Ada cerita di baliknya, yaitu saat Pra dan Indra sama-sama mengalami mistiknya gamelan jegog dari bambu yang mengiringi karapan sapi: semakin cepat temponya, semakin cepat laju karapan sapi. Intensitas yang sama mereka pindahkan ke panggung hingga klimaks yang membebaskan diri dari pakem lazim atau masuk free jazz.

Kejutan khusus malam itu adalah lagu baru yang umurnya tak sampai 24 jam lalu. Pra memperkenalkannya sebagai "High Hill" yang dipertegasnya sebagai "hill" bukan "heel" yang terdengar homofon. Gilang mempersilakan penonton goyang dan dengan santai membuka dengan permainan pandeiro. Begitu musiknya meluncur dari tiupan melodika Indra, ternyata yang dimaksud adalah terjemahan literal "Bukittinggi" yang sekaligus adalah nama geografis. Pagelaran Kayon mengisyaratkan bahwa ternyata bungkus bebop tak bisa menyamarkan kentalnya bunyi-bunyian kita sendiri, tanpa berakhir jadi memainkan lagu daerah.

***

Ada kabar gembira yang disampaikan malam itu: Kayon direncanakan akan tur Indonesia di sepuluh kota. Selain berharap bisa berkolaborasi dengan musisi lokal terbaik lewat workshop, perjalanan itu pun bisa jadi sumber inspirasi segar untuk musik mereka. Mungkin dengan semakin lekatnya trio akustik ini, kita akan punya katalog etno bop.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker