Buka jalan menuju Jakarta International Jazz Festival (JakJazz) 2012
Liputan Road to JakJazz 2012, Gandaria City Jakarta, 7 April.
Berselang satu bulan dari pagelaran akbar Java Jazz Festival, geliat jazz di ibukota kembali semarak oleh pre-event Road to JakJazz 2012 yang digelar dua hari berturut-turut, 7-8 April. Mengambil venue di salah satu pusat belanja di Selatan Jakarta, Gandaria City, acara tersebut merupakan langkah awal untuk memastikan bahwa JakJazz tahun ini siap dilaksanakan Oktober mendatang. Beberapa musisi jazz ikut terlibat, baik lokal maupun internasional guna meramaikan festival jazz yang telah berlangsung sejak 1988 ini.
Panggung terbagi menjadi tiga pusat bunyi; Atrium, UG Main Street, dan Piazza Stage untuk pertunjukan spesialnya. Konser petang itu diawali aneka goyangan jazz latin oleh Rhapsody Latin Band lewat rendisi lagu-lagu hit lawas 1980-an yang akrab di telinga, kemudian Atrium Stage beralih menjadi aksi blues dari band ekspatriat bernama Time Warp.
Di titik lain, UG Main Street Stage, pengisi acaranya adalah grup yang terbilang agak jauh dari lampu sorot (kecuali Margie Segers) namun tetap menyuguhkan performa maksimal. Terlihat para audiens memenuhi barisan kursi ataupun sambil berdiri, dan tata panggung yang relatif membaur dengan penonton cukup efektif untuk penampil berkomunikasi kepada pendengar dengan baik. Line-up performer antara lain SpeakEasy, Abdul and the Coffee Theory asal Medan, gitaris Totong Wicaksono, dan tentunya penyanyi senior Margie Segers bersama Manna Band sebagai rhythm section.
Sedangkan arena Piazza Stage dibuka lewat sajian energik Idang Rasjidi Syndicate (IRS) yang berkelir jazz-rock-fusion. Tampil bersama Idang Rasjidi (kibor vokal), ialah basis muda Shadu Rasjidi yang juga putera Idang, Ticco Laksana (gitar), dan penabuh drum Shaku Rasjid.
Selepas IRS, panggung kembali bergetar oleh sajian ledakan beat funky pula distorsif milik trio gitar/bas/drum Tohpati Bertiga. Mereka adalah pendekar gitar Tohpati Ario Hutomo sebagai leader, jawara bas Indro Hardjodikoro, serta drummer lincah Bowie yang dikenal lewat band Gugun Blues Shelter. Musik yang dibuat oleh ketiganya sebagian besar terambil dari album rusuh – mengacu kepada judulnya – Riot. Akhir penampilan ditandai dengan cover “Black Dog” kepunyaan supergrup Led Zeppelin.
Kembali menuju Atrium Stage, dari kejauhan sayup terdengar irama swing definitif yang dibawakan ansambel lintas generasi Ireng Maulana and the Rising Stars. Perbedaan usia yang jauh antara Ireng, selaku mastermind JakJazz Festival tersebut, dengan pemain lain yang masih remaja, tak lantas menjadi halangan berarti namun justru menunjukkan pentingnya sebuah regenerasi.
Masih di panggung yang sama, setelah proses sound check yang cukup alot, akhirnya kesabaran penonton terbayar dengan tampilnya pasangan Otti Jamalus dan Yance Manusama. Duo piano-bas ini mendapat dukungan pemain muda, gitaris Tiyo Alibasjah serta Dezka Anugrah sebagai pemukul drum. Hadir pula peniup saksofon berpengalaman Arief Setiadi, mereka sajikan rendisi swing atas tembang-tembang populer, semisal “Just the Way You Are” dari Billy Joel maupun hit milik band rock Aerosmith, “I Don’t Want to Miss a Thing.”
Penampil terakhir di hari pertama Road to JakJazz 2012 adalah band yang digawangi tiga musisi dengan skill memukau; Indra Lesmana, Barry Likumahuwa, dan Sandy Winarta yang berkongsi dalam trio Lesmana, Likumahuwa, Winarta berakronim LLW. Beraksi setelah Maliq n D’Essentials yang digandrungi banyak penonton remaja yang tampak memadati Piazza Stage, LLW menutup putaran awal Road to JakJazz lewat energi goyangan funky nan groovy interaktif yang bersumber pada dentuman bas Barry, atraksi rentak drum Sandy terjalin dengan tarian jemari Indra atas kibornya. Bawakan nomor-nomor andalan semisal “Friday Call,” “Morning Spirit,” atau komposisi monumental “Bulan Di Atas Asia,” trio ini semakin mantap dan yakin dengan musik yang mereka bunyikan, meskipun tata suara panggung terdengar kurang mumpuni.
Melihat respons audiens yang cukup antusias, nampaknya seri lanjutan Road to JakJazz 2012 akan tambah meriah, sampai pada pagelaran utama Oktober mendatang. Sehingga publik semakin sadar atas eksistensi JakJazz sebagai salah satu festival jazz yang kaya nutrisi serta wajib untuk disaksikan. Semoga.