Tandem Glenn Fredly dan Tompi pungkas Jazz Gunung 2012 dengan gelak tawa
Liputan Hari Kedua Jazz Gunung 2012, Bromo, 7 Juli
Setelah ditutup oleh penampilan Like Father Like Son yang tak lain ialah Benny dan Barry Likumahuwa di putaran pertama, Jazz Gunung 2012 memasuki hari keduanya pada Sabtu, 7 Juli. Sebagaimana tertulis di program acara, akan dimeriahkan oleh dua penyanyi, Glenn Fredly dan Tompi bersama penampil hari pertama salah satu gelaran jazz terunik di Nusantara.
Mengawali rangkaian pertunjukan, kelompok seni tradisional reog suguhkan ragam atraksi don’t-try-this -at-home yang menarik perhatian audiens yang telah mengantri di luar venue sebelum pintu masuk dibuka. Tampak jumlah yang meningkat dibandingkan hari sebelumnya.
Acara pun dimulai, pengunjung langsung memenuhi arena terbuka, baik duduk di atas kursi atau rumput mereka dapat menikmati pertunjukan dengan nyaman. “Kita semua yang ada di sini adalah Jamaah Al-Jazziyah,” ujar Butet Kertaradjasa, salah satu penggagas Jazz Gunung.
Penampil pertama di putaran kedua Jazz Gunung 2012 datang tak jauh dari lokasi, Kelompok Kesenian Damarwangi Banyuwangi lewat sajian Gamelan Banyuwangi yang rancak, kental sekali unsur musik Bali di dalamnya. Jalin irama kotekan atau interlocking begitu mendominasi, dalam akurasi pukulan yang luar biasa. Turut meramaikan adalah nyanyian sinden juga tarian Gandrung dan Barong nan atraktif. Menurut Butet, pertunjukan mereka merupakan bentuk jazz paling orisinil.
Wakil dari Surabaya adalah Gondo Jazz Trio yang mengetengahkan nomor-nomor jazz standar semisal “Canteloupe Island,” “My One and Only Love,” juga “Take the A Train.” Formasinya berupa piano, kontrabas, drum, ditambah seorang vokalis.
Bagi audiens yang melewatkan hari pertama, tak begitu kecewa jadinya sebab kembali tampil Ring of Fire Project dan Iga Mawarni sebagai pengisi acara. Menampilkan repertoar yang serupa dengan kemarin, namun tetap menarik karena tidak sama persis, mengutamakan spontanitas dalam penyajiannya. Lagu “Indonesia Pusaka” dikumandangkan lagi oleh Djaduk beserta seluruh hadirin, sedangkan Iga manjakan pendengar lewat tembang “Right Here Waiting,” “Here, There, and Everywhere,” juga “Kasmaran.”
Malam kian larut, udara semakin dingin dan menusuk. Beberapa penonton berkumpul di sekitar tungku-tungku penghangat yang telah disiapkan panitia. Lalu tibalah saatnya bagi Glenn dan Tompi beraksi panggung. Walaupun minus Sandhy Sondoro dalam Trio Lestari, “Sandhy nggak bisa ikut soalnya dia sedang perawatan,” ujar Tompi setengah meledek kawan mainnya itu, toh kedua penyanyi asal Ambon dan Aceh tersebut tetap membuat hadirin terhibur.
Mulai dari candaan seputar kehidupan pribadi atau pun “kelebihan” fisik, Glenn dan Tompi juga hadirkan semangat kebersamaan lewat talenta bernyanyi mereka. Salah satunya adalah waktu lagu ajakan berdansa “Rame Rame” oleh Glenn, ditimpali lantunan seni suara khas Aceh dari Tompi. Djaduk dan Butet pula ambil bagian, melontarkan gurauan-gurauan yang buat terpingkal. Djaduk berkata, “Tompi itu pernah mendapat gelar bangsawan dari Keraton Yogyakarta, Raden cocot kencana,” selorohnya. Kalau sudah begitu, siapa yang dapat menahan tawa?
Turut dibawakan nomor milik Iwan Fals “Bento” yang bikin goyang, juga tembang lawas kepunyaan Hari Mukti “Ada Kamu” dalam aransemen berbeda. Akhirnya sampai pada penuntas acara, dengan mengajak seluruh penampil untuk mengisi panggung lewat dialog yang mencerminkan rasa kebersamaan itu sendiri.
Mengamati jalannya acara mulai hari pertama hingga akhir, di kali keempatnya ini Jazz Gunung berlangsung sukses, bukan hanya dari ludesnya tiket namun juga program pertunjukan yang dapat memberi ilham, kreatif dan inspirasional. Di samping itu pula, adalah sebuah apresiasi jazz yang sekaligus mencintai alam, serta melibatkan inklusif masyarakat setempat, terutama dari aspek ekonomi. Selamat untuk seluruh pendukung Jazz Gunung 2012, dan semoga tahun depan makin seru lagi. Hidup Jamaah Al-Jazziyah!