Rio “eL Montuno” Moreno, adalah seorang pianis – dulu tergabung dalam kelompok Cherokee bersama Harry Toledo dkk – yang baru saja merilis album terbarunya. Agus Setiawan Basuni dari WartaJazz mewawancarai Rio Moreno untuk menggali lebih dalam seputar album El Montune tersebut. Berikut petikannya:
WartaJazz (WJ): Selamat atas dirilisnya album El Montuno. Ada yang ingin Rio sampaikan terlebih dahulu tentang ide dari album ini?
Rio Moreno (RM): Gue bikin komposisi-komposisi yang tidak rumit, silakan denger dulu, mudah-mudahan bisa dinikmati.
(WJ): Never too late dipasang sebagai pembuka. Apa ada makna khusus?
RM: Gua seneng intro lagu itu, melody dan ritme nya yg dinamis ada samba dan salsa… itulah sebabnya gue taro di awal…dan konsep Trio nya sangat terasa. Maknanya adalah: siapapun tdk akan pernah terlambat apabila punya keinginan yg baik, tidak ada istilah too old, so never too late also to get married karena gue blm nikah…hahahaha
WJ: Jadi sekarang udah mau nikah niy?
RM: Mau, tapi masih belum ada jodoh nya gus….
WJ: Lineupnya yang mendukung siapa saja sih? Bagaimana bisa bertemu dengan dengan para pendukung album ini?
RM: Gue pertama kali main dgn Demas Narawangsa dan Shadu Rasjidi di acara Bimasena…haha..elo juga ada kan waktu itu?!…. [Acara Bimasena merupakan konser jazz bulanan yang digagas oleh Jakarta Jazz Society dan didukung oleh WartaJazz – re]. Itu ApriL thn 2008.
WJ: Bagaimana ceritanya sehingga pemain bassnya berganti menjadi Zoltan? Apa ini menjadi format band kamu?
RM: Karena Shadu sibuk main sama bapaknya, mereka sedang banyak konser keluar kota dan ke Malaysia. Gue memutuskan untuk mencari bassis, sampai akhirnya gue ketemu mahasiswa gue sendiri. Secara kebetulan saat itu gue lagi jadi juri kenaikan semester di Fakultas Musik UPH (Universitas Pelita Harapan, red) dimana Zoltan Renaldi ikut serta, sekitar akhir 2008. Disitu gue langsung ingin mengajak doi main. Gue ajak Zoltan utk latihan berdua, lalu gue ajak bersama Demas untuk latihan Trio. Zoltan memiliki kemampuan teknik yang diatas rata-rata.
Mulai awal 2009 kami latihan komposisi-komposisi gue dalam konsep Latin Jazz Trio, ya seperti Michel Camilo, Manggung perdana kami baru tanggal 31 Oktober 2009 di Margo Friday Jazz. Untuk sementara kami bertiga dulu, tapi kami juga udah siap dengan vokalis.
WJ: Proses kreatifnya sendiri seperti apa?
RM: Prosesnya ya gue buat dulu sendiri aransemen dasarnya, setelah itu dilatih dengan band.
WJ: Apa komposisi yang paling unggulkan dialbum ini?
RM: Track 2, Desperado
WJ: Apa arti El Montuno yang jadi judul album ini?
RM: El Montuno adalah nama teknik bermain piano Latin yg sangat khas dan berkarakter, kebetulan gue (di Indonesia) dijuluki seperti itu disini…
WJ: Lagu Inner Beauty dan El Montuno komposisi itu dimainkan kembali, mengingatkan kita pada band Cherokee. Apa yang membedakannya?
RM: Gue mainkan lagi kedua lagu itu karena komposisi gue sendiri dan di album solo ini gue buat arransemen yang berbeda dengan album Cherokee…El Montuno di album ini melodinya dimainkan dengan voice dari Tanya Ditaputri. Aransemennya gue rubah di bagian coda. Sementara lagu Inner beauty di album ini gue featuring Zoltan… solo panjang ala Alain Caron. Oh ya warna/style lagu ini mirip David Benoit, hehehe…
WJ: Ada sebuah nomor vokal, Moving Mind, itu bercerita soal apa?
RM: Lagu itu aku dedikasikan untuk Elfa Secioria almarhum. Lirik nya kira-kira menggambarkan sosok almarhum yang tidak pernah berhenti berpikir untuk membuat sesuatu.
WJ: Apakah sosok Elfa memang memiliki arti bagi seorang Rio Moreno?
RM: His mind is always moving. Elfa sosok yang sangat saya kagumi. Dia arranger hebat kelas dunia. I adore him. Menjuarai 8 kali olympiade Choir. Saya tidak pernah berada dalam lingkungan Elfa, tapi alhamdullilah saya sempat bermain dengan orang-orang yang juga bermain dengan beliau seperti Iwan Wiradz, Hentriesa, Elfas Singers dan Cendy Luntungan.
WJ: Yang nulis lirik siapa?
RM: Lirik ditulis oleh Arti Dewi, penulis lirik dan juga penyanyi.
WJ: Apa gaya permainan seorang Rio terpengaruh Elfa? Atau Rio punya big heroes?
RM: Saya tidak menutup diri. Gaya saya bermain dipengaruhi oleh pianis seperti Idang Rasjidi, Elfa Secioria, Deviana Daudsjah dan Michel Camilo. Om Idang saya suka gaya main funk nya, Abang Elfa saya suka arrangementnya, Mba Devi saya suka gaya mainstream dan samba nya…tapi saya belajar Montuno bukan dari mereka. Saya banyak dengar dari my big heroes; Michel Camilo dan Arturo Sandoval.
Arturo was inspiring me to decide that I wanna be a latin jazz pianist, it was in 1995 when he played in Jamz Pub and JakJazz Fest in the same year.
WJ: Dalam komposisi lain, Some one is you itu Rio sebenarnya sedang ngomongin apa?
RM: Someone is you. Lagu itu melenceng yaaa….hahaha.
WJ: Soal siapa, melankolis banget?
RM: Ah jadi maluu…Iya memang sangat personal. Someone is you adalah komposisi yang saya tulis untuk seseorang yang bakal jadi pendamping saya nanti…but she’s still somwhere out there…hahaha
Wkwkwk…ini karena terlalu sering saya mengalami kegagalan dalam menuju membentuk rumah tangga sejak 5 tahun terakhir . Terciptalah Someone is you.
WJ: Seperti apa sih sosok Rio Moreno dimata Rio sendiri?
RM: Yang jelas saya sgt mencintai latin Jazz music dan salsa…o iya saya juga bisa menari salsa…I love salsa dancing
WJ: Cerita dikit dong, bagaimana masa kecilnya Rio, belajar musik dimana?
RM: Masa kecil saya sangat happy. Ayah saya adalah guru piano pertama saya dan penyanyi yang membimbing saya pertama kali untuk belajar piano klasik dgn serius. Saya belajar piano di Yamaha umur 9 tahun.
WJ: Apa pernah main instrumen lain?
RM: Pernah. Saya main gitar dan ikut festival band dan juara 1 waktu SMA.
WJ: Kenapa ga diterusin?
RM: Malu sama Tohpati…hahaha. Saya langsung memutuskan untuk kembali ke piano ketika melihat Tohpati
WJ: Nah bicara soal influence, apa perbedaan yang dirasakan saat sebelum melihat Arturo Sandoval?
RM: Saya melihat Arturo thn 1995. Sebelum itu saya masih bermain latin jenis cha cha, belum salsa, apalagi latin jazz…saya masih tergabung dengan grup ayah saya, Los Morenos sampai tahun 2001, sebelum saya gabung dgn grup lokal salsa di Jakarta, Los Morenitos…
WJ: Nama Rio Moreno itu bukan nama samaran atau panggung?, artinya apa ya?
RM: Asli nama saya [sambil menunjukkan ktp-nya red), artinya coklat atau seperti kulit sawo matang.
WJ: Dulu kan ada Cherokee, ceritain dong gimana sekarang nasib kelompok ini?
RM: Kami lagi vakum dan ada rencana ngumpul lagi tahun depan…hubungan kami baik-baik semua, dan saya sedang banyak pekerjaan dengan Iwan Wiradz.
WJ: Kangen ama Cherokee?
RM: Iyaaa….band ini fun banget
Anda yang tertarik membeli album Rio Moreno – El Montuno bisa mendapatkannya di WartaJazz Store. Atau bisa menghubungi email sales@wartajazz.net, jangan lupa menyertakan nama lengkap, alamat dan no hp.