Indra Lesmana rilis “11:11,” album baru berbasis jazzget

Launching “11:11” di Red White Lounge, Kemang, Jakarta, 11-11-12.
Indra Lesmana layak disebut sebagai musisi tanah air yang paling cerdik mengaktualisasikan jazz dan teknologi informasi mutakhir. Hal tersebut ia tampilkan pada peluncuran karya gres bertajuk 11:11 Minggu malam (11/11). Bertempat di “kandang” sendiri, Red White Lounge di bilangan Kemang Jakarta Selatan, Indra resmi meluncurkan album barunya itu yang berupa aplikasi piranti lunak (app – red.), tepat sebelas menit lepas pukul sebelas malam dengan live performance atas lima komposisi terdaftar.
Membuat musik dengan iPad
Sebelum pertunjukan, Indra bercerita tentang bagaimana terciptanya 11:11 secara rinci. Turut mendampingi ialah Andre Muljadi dari pihak Dji Sam Soe Magnum Filter dan Regi Wahyu mewakili K1W1, pengembang aplikasi yang digunakan Indra dalam album tersebut.
Lain halnya dengan album konvensional bentuk cakram padat atau kaset, 11:11 hadir dalam format aplikasi berbayar Indra Lesmana HD pula gratis Indra Lesmana HD Lite yang bisa diperoleh melalui iTunes rintisan Apple Inc. Untuk dapat menikmati, syaratnya adalah menggunakan iPad atau sistem operasi minimal iOS 5.0.
Lebih lanjut Indra menjelaskan, “Kecuali untuk proses mastering, kelima trek pada 11:11 seluruhnya saya kerjakan memakai iPad,” terangnya. Kemudian ia memerai konten aplikasi berisikan fitur-fitur menarik; music, video, inspire the moments, dan sheet music. “Selain mendengarkan karya-karya terbaru saya, pengguna aplikasi ini juga dapat mencoba games play-along interaktif dan mengunduh partitur yang langsung dari saya sendiri.” Ia menambahkan, “Ada pula klip video favorit yang terhubung dengan kanal YouTube dan para user boleh kontak langsung dengan saya secara online,” katanya.
Dipandu oleh Widyasena, malam itu puteri Indra, Eva Celia ikut berbincang secara teleconference mengingat ia sedang berada di Los Angeles, Amerika Serikat. Eva mengungkapkan soal keterlibatannya pada salah satu trek “Angels on My Side.” Syairnya ditulis oleh bibi tercinta, Mira Lesmana yang tampak menempati kursi depan. Terungkap juga adanya kemungkinan untuk tur bersama sang ayah tahun depan, sekembalinya Eva ke tanah air.
Indra menginformasikan pula bahwa hingga saat itu aplikasi miliknya telah diunduh oleh pengguna dari delapan negara. Dirinya juga meyakinkan hadirin bahwa aplikasi tersebut adalah yang pertama di dunia. Dengan begitu, pantas kiranya untuk menyebut Indra Lesmana sebagai pionir “jazzget” (jazz within gadget – red.) di Indonesia melalui eksplorasi kecanggihan gadget dalam berkarya musik.
11:11 – showtime!
Setelah rehat sejenak, persis jam 11:11 malam adalah saat Indra Lesmana HD resmi diluncurkan. Di samping serba sebelas (angka spesial Indra), kelima nomor dibawakan secara live yang berbeda dengan versi album. Musisi pendukung ialah basis Barry Likumahuwa, Rafi pada drum elektrik serta Rifka Rachman yang “menyulap” sejumlah komputer tablet menjadi perangkat kibor. Selain keempat pemusik, turut dikerahkan sebanyak delapan iPad dan dua iPhone sebagai “asisten.”
Membuka penampilan adalah trek judul “11:11” yang cukup energik dengan kentalnya nuansa bunyi elektronik. Selanjutnya adalah komposisi “Two Steps at a Time” yang dipenuhi perirana sintetik berikut lapisan suara dengan zat aditif. Indra menyebutnya sebagai “jazz-dubstep,” istilah yang masih asing di telinga awam. Namun bagi audiens yang gemar melantai atau biasa menyimak Jaga Jazzist, The Cinematic Orchestra dan Bugge Wesseltoft/Nils Petter Molvær, akan lain ceritanya.
Bergerak menuju lagu “The Sign” yang liriknya ditulis oleh Hanny (Honhon) Lesmana selaku pendamping hidup Indra. Sambil melantun, Indra bersama band menggoyang dengan beat-beat penuh hentakan hingga sampai kepada tembang “Angels on My Side.” Seketika muncul kembali wajah Eva di layar besar, kali ini giliran ia bernyanyi langsung dari Los Angeles diiringi sang ayah yang berada di Jakarta. Salah satu manfaat teknologi yang berhasil mengaburkan jarak dan perbedaan waktu.
Pertunjukan berakhir lewat nomor “Reborn (8 Bit Chronicle)” sebagai bentuk pemutakhiran komposisi lawas “Reborn” yang seminal tersebut. Di bagian penutup inilah benar-benar terasa proporsi setakar antara olah bunyi futuristik dengan akar jazz; sarat improvisasi, spontan, ditambah interplay organik antar pemain. Dan acara pun tuntas setelahnya.
[masih] Untuk kalangan terbatas
Tak dapat dipungkiri bahwa karya terbaru Indra Lesmana ini hanya dapat diakses kalangan tertentu, setidaknya untuk saat ini. Menanggapi hal tersebut, Indra berkata akan mengupayakan agar albumnya lekas tersedia di serambi (platform) lain semisal sistem operasi Android, alih-alih sekadar menganakemaskan pengguna Apple. Lantas bagaimana dengan penggemar setia Indra yang bahkan tidak memiliki gadget?
Bagaimanapun, apa yang telah dikerjakan Indra patut mendapat acungan jempol. Ia merupakan musisi prolifik pencipta karya-karya kreatif sepanjang karirnya. Melalui 11:11 Indra Lesmana menempatkan diri sebagai salah satu pemusik terdepan di negeri ini. Album yang penuh inovasi, artistik, aktual dan peka teknologi sambil tetap menjaga semangat improvisasi. Impresif!