FestivalNews

Borobudur Jazz, penutup bunga rampai festival jazz [di] Nusantara tahun ini

Melihat banyaknya perhelatan berlabel jazz di Indonesia, tampak kecenderungan musik jazz makin digemari masyarakat. Pun, secara statistik terjadi peningkatan jumlah signifikan; tahun 2012 mencapai 41 festival jazz yang digelar dari ujung Barat hingga Timur dibandingkan tahun lalu sebanyak 28 festival. Tarafnya juga bermacam-macam, baik dalam lingkup lokal hingga internasional dan (semoga) publik juga semakin apresiatif terhadap jazz.

Borobudur Jazz Festival 2012 merupakan seri kedua melanjutkan gelaran tahun lalu. Terselenggara oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, acara ini kembali diadakan di panggung terbuka dengan latar berupa keindahan Candi Borobudur yang sejak 1991 ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Hari Rabu, 28 November sedianya dimulai pukul tiga sore namun karena kawasan Borobudur harus steril (“mengalah” pada kunjungan kenegaraan Putera Mahkota Kerajaan Norwegia – red.), pindah jam menjadi pukul 19.00.

Taman Lumbini, venue Borobudur Jazz Festival 2012
Taman Lumbini, venue Borobudur Jazz Festival 2012

Selain pentas musik Borobudur Jazz pula dimeriahkan sederet komunitas pecinta mobil klasik. Di antaranya ialah Mercy Tiger Club Yogyakarta, Mercedes Boxer Club Indonesia Yogya Chapter dan Volkswagen Club Yogyakarta. Terlihat barisan mobil-mobil antik yang menyambut pengunjung memasuki venue Taman Lumbini tersebut.

Acara dimulai dengan tiga band pembuka dari Yogyakarta yaitu Groovinstreet, Jasmine dan The Everyday Band. Musiknya campur-campur. Blues-rock, pop sampai jazz berbalut etnik menghiasi ruang dengar audiens yang mulai memadati arena nonton beralaskan rumput. Setelah itu terdengar lagu “Cinta dan Sayang” oleh penyanyi Matthew Sayersz. Ia tampil bersama iringan band Lian Panggabean, gitaris selaku Music Director Borobudur Jazz. Bersama Lian, turut bermain pianis Irsa Destiwi, basis senior Yance Manusama, saksofonis Donny Koeswinarso serta Dezka di kursi drum.

Matthew Sayersz - Borobudur Jazz 2012
Matthew Sayersz – Borobudur Jazz 2012
Ecky Lamoh - Borobudur Jazz 2012
Ecky Lamoh – Borobudur Jazz 2012

Matthew kemudian memanggil Ecky Lamoh yang dikenal sebagai rocker kawakan bersama grup EdanE. Tembang “She’s a Woman” milik Wizard’s Convention, lagu Joe Cocker “You Are So Beautiful” juga “Summertime” pun dinyanyikan. Selanjutnya ialah biduan Syaharani yang membuka dengan irama groovy atas nomor “Sayang Sayang Sayang.” Durasi acara yang terpangkas berujung konsekuensi diskon jumlah lagu yang dibawakan. Toh, Syaharani mendapat respons baik audiens, menutup sesi dengan alunan “God Bless the Child.”

Syaharani - Borobudur Jazz 2012
Syaharani – Borobudur Jazz 2012

Sembari berkeliling menikmati hidangan khas angkringan juga berbelanja jazz merchandise, pengunjung dihibur oleh duet pasangan suami-istri Endah N Rhesa yang menyajikan nomor-nomor jagoannya. Diawali balada akustik “Wish You Were Here” sampai lekuk ritmik “Tuimbe,” keduanya hadirkan performa atraktif berikut penggalan narasi komikal dan humoris. Namun, seperti biasa, paling dinanti penonton adalah lagu trademark mereka “When You Love Someone.”

Audiens Borobudur Jazz 2012
Audiens Borobudur Jazz 2012
Endah N Rhesa - Borobudur Jazz 2012
Endah N Rhesa – Borobudur Jazz 2012

Acara malam itu akhirnya tuntas oleh penampilan tiga penyanyi  yang telah manggung sebelumnya yaitu  Syaharani, Matthew Sayersz dan Ecky Lamoh. Mereka lagukan nomor pamungkas, tembang Jawa berformat medley “Lir-Ilir” dan “Suwe Ora Jamu” berikut iringan serta aransemen Lian Panggabean Band. Dengan itu pula, menandakan Borobudur Jazz Festival 2012 telah usai berjalan.

Matthew Sayersz, Ecky Lamoh dan Syaharani
Matthew Sayersz, Ecky Lamoh dan Syaharani

Apapun jenisnya, esensi musik adalah bunyi. Terlepas dari lokasi pertunjukan yang historis serta tata cahaya megah, sistem suara Borobudur Jazz kurang optimal. Terutama waktu melihat permainan aneka instrumen tradisional semisal bonang, sitar, kendang dan rebab – secara metafora seperti menonton film bisu. Hanya sayup-sayup bahkan sering tak terdengar sama sekali, padahal tajuk utamanya adalah “The Harmony of Exoticism” – meralat “Exotism” seperti dilansir panitia. Walaupun demikian, kerja keras penyelenggara yang berhasil mendatangkan setidaknya 1000 pengunjung patut mendapat sanjungan.

Akhir kata, mudah-mudahan dan semoga pada putaran ketiga Borobudur Jazz Festival di tahun mendatang tambah ramai, pula semakin matang dalam konsep acara maupun eksekusi artistiknya.

Third time lucky!

 

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker