Trio Sophie Alour: Harmonis dan organik meski zonder piano
Tiga hari sebelum konser Trio Sophie Alour dari Perancis, lebih dahulu pianis/komposer Italia Kekko Fornarelli tampil di Jakarta. Jika Kekko menyajikan sebuah “Monologue” piano tunggal, sebaliknya, trio yang diusung Sophie Alour adalah tanpa piano. Dengan Sophie pada saksofon tenor, Sylvain Romano dan Frédéric Pasqua di kontrabas serta drum, ketiganya manggung di Gedung Kesenian Jakarta, Jumat malam (7/12) sebagai penutup rangkaian tur Asia mereka.
Sophie ialah salah satu di antara segelintir saksofonis wanita yang punya prestasi membanggakan, di tahun 2007 ia dianugerahi “Jeune Talent” pada penghargaan tahunan Django d’Or. Selain itu, Sophie pula memiliki pengalaman bermain di berbagai format semisal untuk big band bersama Wynton Marsalis, serta dipercaya Aldo Romano hingga Rhoda Scott atas sejumlah proyek musikal.
Sebagai leader Sophie telah merilis empat album; Insulaire, Uncaged, Opus 3 (Plus Loin Music, 2005, 2007, 2010) dan terbaru La Géographie Des Rêves (Naïve Records, 2012). Membuka repertoar malam itu adalah nomor “Grekerna” dari album ketiga, berciri lintasan kontrabas ostinatik sebagai pengacu ritme untuk Sophie dan Frédéric dapat berinteraksi. Dari tiupannya, terasa sekali gaya bermain Sophie yang terinfluens John Coltrane maupun Sonny Rollins atau Joe Henderson. Pun, trio ini beraksi Monk-ish dalam “Haïku” yang angular.
Tantangan harmoni oleh sebab absennya piano, dijawab oleh ketiga pemain lewat posisi masing-masing; Sophie bertanggung jawab atas jalin melodik secara vertikal didukung jembatan linier Sylvain berikut pukulan-pukulan kaya nuansa Frédéric. Adapun alunan syahdu “Haunted” dan “Comptine” memberikan nuansa teduh sekaligus pembuktian bahwa Sophie ialah seorang balladeer sejati!
Beranjak dari komposisi-komposisi orisinil Sophie berkelir improvisasi bebas, selanjutnya adalah ekstase bebop “My Shining Hour.” Nomor standar tersebut dimainkan secara organik, tanpa tedeng aling-aling serta presisi sekaligus ingatkan pada rendisi John Coltrane dalam Coltrane Jazz (1960) dengan mengeliminasi Wynton Kelly, tentunya.
Menjelang akhir konser, trio ini memanaskan arena oleh denyut funky “I Wanna Move My Body.” Beat-beat sinkopatik memberi efek bergoyang tak tertahankan, dilengkapi aksi drum tunggal Frédéric nan atraktif. Sedari awal hingga tuntasnya penampilan, Trio Sophie Alour memuaskan audiens dengan interplay organik, komposisi inovatif juga energi permainan di tingkat tertinggi. Sebuah pertunjukan musik yang inspirasional!