Idang Rasjidi meets Oele Pattiselanno, Pentas reuni dua sahabat lama


Pertemuan adalah momen yang membahagiakan bagi dua sahabat lama yang sudah lama tidak berjumpa. Adalah gitaris jazz senior Oele Pattiselanno dan komposer/ arranger/ pianis Idang Rasjidi yang menghadirkan karya bersama di pentas Java Jazz Festival 2013 kali ini sebagai ajang pesta reuni mereka.
”Saya sudah lama tidak bermain bersama Idang (Rasjidi),” begitu tegas Oele Pattiselanno saat ditanya apa yang menjadi menarik dari pertunjukan ini. Benar, officially, di konser-konser jazz yang kini banyak diselenggarakan memang keduanya sudah lama tidak membuat projek bersama. Salah satu titik awal jumpa mereka dulu adalah The Galactic, sebuah kelompok jazz era 1978 sampai awal 1990an, yang terdiri dari almarhum Maryono (peniup saksofon/klarinet/flute yang meninggal di tahun 1998), Idang Rasjidi (Piano/keyboard), Oele Pattiselanno (gitaris), almarhum Dullah Suweileh (pemain perkusi, meninggal tahun 2008), Benny Likumahuwa (trombone), Jeffry Tahalele (bassist), dan drummer Benny Mustapha van Diest (Benny Mustafa).
***
Idang Rasjidi, putra Bangka asli Lanun kelahiran tahun 1958 ini besar di pentas jazz, baik lokal maupun internasional. Namanya tercatat bermain di banyak grup jazz solid tanah air; mulai dari mengisi keyboard di kelompok musik Abadi Soesman Band, Ireng Maulana Associate, The Galatic, Indra Lesmana – Idang Rasjidi Reformation Jazz, The Djakarta All Star dengan musik funk yang bercirikan Indonesia sehingga sedikitnya telah 4 kali tampil di North Sea Jazz Festival Belanda, trio latin fusion jazz Trigonia, sampai grupnya kini Idang Rasjidi & The New Generation dan Idang Rasjidi Syndicate yang menyertakan kedua putranya.
Sebagai seorang entertainer, Idang Rasjidi sangat mampu menghibur dan membawa emosi penonton dengan kemahirannya bermain piano. Kemampuan scat dan voices menirukan berbagai bunyi alat musik, seperti bunyi trumpet, trombone dan perkusi kerap ia senandungkan mengimbangi kelincahan jemarinya di atas bilah piano. Dalam mengolah komposisi, ia lebih memilih konsep yang sederhana namun tidak lepas dari motonya bermusik, “My music is myself and myself is the way I play music.”
Karya dan permainan Idang Rasjidi dapat disimak di beberapa rekaman Heaven and Earth yang kabarnya dirilis tahun 1996an, Idang Rasjidi live at Four Seasons yang direkam live bersama doni Sundjojo (acoustic bass) dan Titi Handayani (drums), album religi Sound of Hope yang bereinkarnasi menjadi lebih personal dan minimalis di album Ramadhan Idang Rasjidi, album Kisah Kampung Kita yang berbahasa Bangka Belitung, dan beberapa album yang ia produksi bersama Syndicate untuk penyanyi jazz Margie Segers (album Cinta), Matthew Sayerzs (Quiet Christmas), album Woman In Love sebuah kompilasi easy listening dari 7 penyanyi wanita, album Dunia Cinta cross over jazz dengan pop melayu/ dangdut penyanyi Yendri Blacan, serta yang akan segera rilis album Mahesa meet Idang Rasjidi, I Play. Ia juga banyak membantu album musisi lain sebut pada album-album yang diproduseri oleh bassist Bintang Indrianto; album Jazzy Bass, Jazzy Duet, Jazzy Christmas Margie Segers, album solo Margie Segers Life! dan Soegeng Sarjadi It’s Me serta rekaman religi Sound of Believe.
Diluar berkarya Idang Rasjidi adalah sosok yang dikenal memiliki perhatian pada musisi muda yang berminat pada musik jazz, khususnya mereka yang berada di daerah. Ia rutin berkunjung ke Pekalongan, Batam, Yogyakarta, Semarang hingga Makassar.
***
Julius Sjoerd Pattiselanno, musisi jazz kelahiran Malang tahun 1946 yang akrab dipanggil Oele ini memiliki permainan gitar yang sangat khas dan berkarakter sampai-sampai Indra Lesmana menyebutnya sebagai ”gitaris jazz terbaik, yang kita miliki saat ini”. Tentu itu tidak lepas dari eksistensi Oele yang panjang di dunia jazz tanah air bahkan internasional.
Oele yang mempelajari gitar sejak kecil dari ayah beliau Piet Pattiselanno yang juga seorang pemain hawaiian. Gitaris ini sempat sebentar berguru pada Jack Lesmana di Surabaya dimana ia bergabung dengan band Creseendo pada tahun 1963. Lima tahun kemudaian Oele dan saudara-saudaranya (Perry dan Jacky) pindah ke Bandung dan membentuk band Savoy Rythm. Sekitar tahun 70-an Oele pindah ke Jakarta dan kembali bertemu dengan Jack Lesmana, yang mengajaknya mengisi rekaman musik, untuk mengiringi Margie Segers dan Rien Jamain. Secara tetap ia juga bermain untuk Jazz Riders yang memainkan gaya dixieland. Setelah Jazz Riders bubar, pergaulan musik Oele semakin luas dengan bermain bersama beragam musisi di banyak grup, diantaranya: Trio Pattiselanno, Melow Tones, Cruiser Four untuk bermain rutin di Hotel Sahid Jaya Jakarta, Mahadewa yang berangkat ke NSJF 1994, serta memimpin grup Oele Pattiselanno & Friends dimana banyak sekali musisi jazz tanah air pernah bermain bersama didalamnya.
Selain telah merilis beberapa album atas namanya, sebut saja album Oele Pattiselanno: Plays Standards, Riza Arshad-Oele Pattiselanno: Talks, Oele Pattiselanno: Worship Through Acoustic Guitar Vol.1-2, Oele banyak tercatat membantu di rekaman musisi, tidak sebatas musisi tanah air dan juga mencakup lintas generasi seperti dalam rekaman musisi jazz Singapura-Malaysia Jeremy Monteiro dan Mei Sheum serta di album Vakansi dari kelompok muda White Shoes & The Couples Company.
***
Projek bersama kedua musisi senior ini di Java Jazz Festival 2013 ternyata bukan sebatas reuni Idang dan Oele saja, tapi juga sebuah reuni keluarga dimana Shaku Rasjidi (drums) dan Shadu Rasjidi (bass) berbagi panggung bersama ibu mereka Happy Bayu Wardani (Happy Pretty) yang memainkan trumpet dalam brass section pementasan ini. Happy akan ditemani oleh saxophonist Noer Azmi Hairudin dan M.Ardiansyah ”Umay” Umar Bakri serta penyanyi soprano klasik yang juga memainkan flute, Sastrani Titaranti. Idang Rasjidi dan Oele Pattiselanno menjelaskan pada kesempatan terpisah bahwa mereka membawakan karya-karya Idang Rasjidi yang dikemas dalam sebuah tontonan ”Jazz yang enteng” dari gabungan musik jazz, pop dan soul ala The Crusaders. Untuk Anda, mari kita nikmati pesta reuni kolaborasi dua sahabat lama ini. (Roullandi)