GRP Klasik di BNI Hall: Dave Grusin – Lee Ritenour
Fans jazz tanah air yang masih paham hubungan antara dua benda, kaset dan pensil, tentu hapal juga logo tiga rangkai huruf berkurva “GRP” yang selalu terlihat pada sisi lipat kemasan kaset. Ambil satu dari pajangan (kalaupun sekarang bisa-bisa bingung mau diputar pakai apa), “Grusin/Rosen Productions” adalah asal muasal tiga huruf itu sebelum Dave Grusin hengkang medio 90-an dan singkatan tersohor itu tetap dipertahankan sebagai slogan baru “Great Records Period”. Entah perubahan itu berhasil mengalihkan orang dari ingatan pada Grusin atau tidak, sejarahnya tetaplah menakjubkan, bahwa Grusin dan Larry Rosen yang memulai sebagai freelance di New York tahun 1972 kemudian menandatangani kontrak-kontrak panjang yang meraih sukses komersial secara internasional bahkan jadi corong format smooth jazz yang rutin merajai tangga lagu jazz kontemporer.
Dave Grusin akhirnya main juga di Indonesia dan kalau dipasangkan dengan Lee Ritenour, sedikit nostalgia bukan masalah. Maka lunaslah kewajiban moral mereka saat bawakan “Mountain Dance” yang diambil dari sukses Grammy yang dibukukan Grusin-Ritenour pada “Harlequin” (GRP, 1985). Komposer lagu-lagu tema film itu pun mengambil contoh karyanya dari film “Tootsie” yang dulu jadi hit, menggandeng vokal lentur Phil Perry (lagi-lagi tak asing dengan kolektor kaset GRP), pada “It Might Be You“.
Phil menghilang ke balik panggung dan kur penonton yang menyesaki Hall BNI (02/03/’12) harus berhenti dulu karena sang Captain Fingers juga eksekusi nomer proyek era sekarang “Lay It Down” pembuka album affair para gitaris muda, “6 String Theory” (Concord/Universal, 2010). Lee tampil menyandang gitar Les Paul, bentuk bodi solid yang belakangan dibawa tur, bukan jazz box atau semi-akustik yang lekat dengan citranya untuk pilihan elektrik. Nomer rock dengan groove khas Lee itupun jadi peluang bagi solo akrobatik drummer Sonny Emory yang ditemani bas Melvin Davis.
Hari sebelumnya atmosfer GRP juga mewarnai Hall BNI lewat penampilan saksofonis Nelson Rangell yang dikontrak label ini setidaknya untuk delapan album mulai 1989, termasuk kompilasi the best. Ia berduet dengan gitaris akustik Earl Klugh yang sering jadi lawan main artis-artis GRP pada eranya. Walaupun pada masa 80-an itu Earl Klugh merilis banyak album di bawah Blue Note, permainannya tetap mencirikan deklarasi musikal yang sama dengan payung GRP.
Lee yang mengakhiri sesi dengan mengundang kembali Phil Perry, memilih reggae “Get Up Stand Up” dari salah satu preferensi musikalnya yang membuahkan album “A Twist of Marley: A Tribute“. Malam sebelumnya, atas permintaan populer ia membawakan “Rio Funk“, yang menurutnya adalah permintaan yang old school. Java Jazz Festival memperlihatkan bahwa ternyata kaset GRP masih bunyi.