An Homage to Bubi Chen, Penghormatan Untuk Legenda Jazz Indonesia
Bagi pecinta jazz Indonesia , nama Bubi Chen sudah tidak asing. Pria yang meninggal pada usia 74 tahun ini menjadi panutan dalam bermain jazz, baik dalam kemampuan atau skill bermain alat musik tetapi juga dari musikalitas serta totalitas dalam pengembangan kazz di Indonesia. Karya dan kontribusi dalam dunia jazz Indonesia khususnya Surabaya , menjadi salah satu alasan mengapa acara “An Homage to Bubi Chen” ini diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 26 April 2013 lalu. Acara yang diselenggarakan oleh Suara Surabaya Media bekerja sama dengan Rita Noya, promoter asal surabaya dan disponsori Djarum Super Mild ini dibuka dengan penampilan Bagus Adimas Trio, dengan Kevin Pieter pada bass dan Kelvin Andreas pada drum. Bagus merupakan salah satu murid Bubi Chen yang memiliki kemampuan bermain piano yang luar biasa , bahkan bisa dikatakan menyerupai sang guru. Lagu “Here’s That Rainy Day” menjadi lagu pertama yang dibawakan dengan baik oleh trio ini.
Selanjutnya Trio ini berkolaborasi dengan tiga orang vokalis yang berbeda. Dimana setiap sesinya membawakan lagu-lagu yang berbeda dengan gaya bermain mirip dengan Sang Maestro, Bubi Chen. Bersama dengan Gilly, vokalis muda berbakat asal Surabaya Trio ini memainkan lagu “That’s All” dan “Fly Me To The Moon”. Kolaborasi bersama Thya Anhar, seorang penyanyi yang tergabung dalam grup Virtuoso milik Bubi Chen menyanyikan “One Note Samba” dan“My One and Only Love” menjadi kolaborasi kedua untuk trio ini. Penampilan Benny Kartono, menjadi kolaborasi terakhir bagi Bagus Adimas Trio ini. Dalam kolaborasi terakhir ini, Benny menyanyikan “Yardbird Suite” ,“All Blues” karya Miles Davis dan “What is this Thing Called Love?” karya Cole Porter menutup penampilan mereka.
Sandy Winarta Quartet (Johanes Radianto pada gitar, Donny Sundjojo pada bass dan Fanny Kuncoro pada piano ) menjadi sajian utama dalam acara yang dihadiri kurang lebih 250 penonton ini. “Shang and Darin” karya dari Bubi Chen ,“Oleo “ karya Sonny Rollins dan ”Sandu” karya Clifford Brown menjadi tiga buah lagu pembuka dari quartet ini. Musikalitas serta kemampuan tiap individu membuat penonton berdecak kagum ketika mereka membawakan lagu-lagu tersebut. Setelah tiga lagu pembuka , sandy qinarta quartet berkolaborasi dengan Monita Tahalea. Sebelum berkolaborasi , Monita menyampaikan bahwa walaupun belum pernah berkolaborasi dengan Bubi Chen , tetapi merasa terhormat dapat menjadi bagian dari acara An Homage to Bubi Chen dimana dia dapat belajar banyak dari maestro jazz yang telah meninggal pada 16 februari 2012.Memakai dress berwarna biru , Monita membawakan “Waltz for Debby”, “Tenderly” , dan “God Bless the Child” dengan luar biasa. Penyanyi berusia 25 tahun tersebut menutup penampilannya dengan lagu “Autumn Leaves” yang membuat penonton memberikan tepuk tangan.
Tak berhenti disitu , malam itu terdapat sebuah kejutan dari Sandy Winarta quartet , dimana mereka juga berkolaborasi dengan Wilson Quah. Wilson merupakan teman dekat dari Bubi Chen yang berasal dari Penang , Malaysia. Wilson menggantikan Fanny Kuncoro dan memainkan sebuah karyanya berjudul “Blue in Green” . Pada kesempatan yang sama Wilson terkagum-kagum atas sambutan dan apresiasi dari penonton terhadap acara ini. Kolborasi bersama Wilson bukanlah penutup acara ini , melainkan “frog walk” yang dimainkan oleh sandy winarta quartet-lah yang menjadi penutup sebuah acara yang bertujuan menghormati dan mengenang jasa dari seorang legenda jazz Indonesia , Bubi Chen.
Bubi Chen memang sudah meninggal, namun karya, musikalitas, kenangan serta seluruh sumbangsihnya terhadap jazz di Indonesia tidak akan hilang. Selamat Jalan Bubi Chen, engkau akan selalu menjadi inspirasi dan legenda jazz di Indonesia.