Susunan line-up yang sangat menarik dan venue apik, lengkap dengan pemandangannya yang spektakuler, merupakan paket lengkap yang disuguhkan di Jazz Gunung 2013, 21-22 Juni 2013 kemarin. Kerinduan masyarakat penikmat musik Jazz akan merdunya alunan jazz yang dibalut oleh sejuknya udara Gunung Bromo nampaknya terbayar lunas, terlihat dari antusias para penonton selama acara berlangsung.
Pada hari pertama, cuaca nampaknya kurang bersahabat. Kabut tebal mulai datang di sore hari, sekitar pukul 3 sore. Tak hanya kabut, pada saat Sierra Soetedjo baru saja menyanyi, sekitar pukul setengah lima sore, hujan pun turun. Penyanyi yang 26 Juni besok menginjak umur 29 tahun ini pun bingung. Ia hendak meneruskan menyanyi, tetapi akhirnya panitia memutuskan untuk menghentikan pertunjukkan sementara karena hujan semakin deras. Penonton pun dievakuasikan oleh panitia ke titik-titik evakuasi hujan. Pertunjukkan akhirnya dimulai kembali pada sekitar pukul setengah tujuh malam. Sierra kembali tampil meski jadwal sudah sangat molor.
Setelah Sierra meninggalkan panggung, Sigit Pramono, salah satu penggagas Jazz Gunung, memberikan sambutan pada penonton serta meminta maaf atas terjadinya hujan. “Sebenarnya bisa dipasang tenda yang besar. Saya bisa buatkan gedung disini, tapi apa bedanya dengan jazz yang digelar di Jakarta, atau di tempat lainnya?”, ujar beliau. Komisaris BCA ini pun juga menambahkan bahwa tahun depan, Jazz Gunung 2014, event ini akan tetap mengusung tema “alam terbuka”, demi menjaga keorisinilan Jazz Gunung.
Selanjutnya ada duo cantik Bandanaira, Lea Simanjuntak dan Irsa Destiwi. Duo yang mengusung tema nasionalisme di tiap lagunya ini mengingatkan kembali kepada penonton Jazz Gunung 2013 akan pentingnya rasa cinta tanah air lewat lagu-lagu yang mereka suguhkan. Indonesia Pusaka, Cinta Indonesia dan Maju Tak Gentar mereka bawakan dengan komposisi yang anggun. Penonton pun dengan antusias ikut berdiri dan bernyanyi saat duo tersebut membawakan lagu-lagu nasional.
Grup yang mengusung fusion jazz dan musik Bali, Kulkul Band, ikut meramaikan Jazz Gunung 2013 di hari kedua. Permainan mereka dibuka dengan Welcome to Bali. Gerimis sempat turun di tengah-tengah penampilan mereka. Untung saja cuaca berujung membaik.
Setelah Kulkul, Ring of Fire Project tampil bersama Djaduk Ferianto, Idang Rasjidi dan Jen Shyu. Mereka membawakan beberapa lagu seperti Mother of Time, Tanah Airku yang telah dikomposisi ulang, dan juga Cublak-Cublak Suweng, yang tentu saja juga sudah dikomposisi ulang oleh mereka. Yang menarik adalah pada saat mereka membawakan Cublak-Cublak Suweng. Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan Indonesia yang kebetulan hadir di Jazz Gunung 2013, diundang maju ke depan untuk duet adu keyboard dengan Idang Rasjidi. Penonton sempat meneriakkan “main, main, main” beberapa kali supaya beliau menerima undangan untuk maju berduet dengan Idang.
Kemeriahan dari Jazz Gunung tidak berhenti di Ring of Fire saja. Rieka Reslan juga tak kalah dalam menghibur dan attracting antusias penonton. Pada lagu Manusia dan Dahulu, contohnya. Rieka kerap mengajak penonton bernyanyi, bahkan berjoget bersama. Suasana di venue yang adem mendadak hangat berkatnya.
Hari terakhir Jazz Gunung 2013 akhirnya ditutup oleh penampilan dari Barry Likumahuwa Project. BLP membawakan lagu Aku Hadirmu, Mati Saja, dan yang paling spesial, Like Father Like Son, yang dibawakan bersama ayahnya, Benny Likumahuwa. BLP menutup penampilannya dengan membawakan Generasi Synergy, yang disisipi dengan menyanyikan Indonesia Pusaka bersama para penonton. (Iyori/WartaJazz)