Jazz di SamarindaMahakam Jazz FiestaNews

Tampil perdana,Boi Akih getarkan Mahakam Jazz Fiesta Samarinda 2013

Untuk kedua kalinya, festival jazz pertama di Indonesia yang mengambil tempat di tepian sungai kembali digelar. Berlatar jembatan Mahakam melintasi sungainya, Mahakam Jazz Fiesta Samarinda (MJFS) edisi 2013 mengundang sejumlah pemusik internasional. Datang dari tiga negara yaitu Monica Akihary dan Niels Brouwer (Belanda), Yedo Gibson (Brasil) serta Owen Hart, Jr. (Amerika Serikat) tergabung dalam grup Boi Akih. Keempatnya menjadi salah satu menu utama pada MJFS kedua tersebut.

BoiAkih_1

Boi Akih tampil di hari pertama MJFS 2013 pada Jumat malam (1/11) setelah beberapa band asal Kalimantan Timur, dan acara ini merupakan manggung perdana Boi Akih di Pulau Kalimantan. Tanpa basa-basi, kelompok ini langsung menghardik dengan bunyi-bunyian chaotic—jeritan vokal Monica yang tajam, eksplorasi sound gitar Niels, disambut tiupan-tiupan meracau Yedo juga pukulan Owen yang responsif dalam untaian improvisasi bebas. Musik pembuka tersebut membuat pendengar awam terintimidasi dan bertanya-tanya.

Berikutnya adalah sebuah rendisi menarik atas “Wind Cries Mary” besutan Jimi Hendrix. Seperti diketahui bahwa penikmat musik di kawasan Kalimantan lebih condong kepada genre rock dan sejenisnya, banyak yang tidak mengira saat Monica mulai melantunkan lagu tersebut dalam cengkok blues kental. Belum lagi grammatika Niels, yang baik secara frase maupun gerak tubuhnya sangat jauh dari kesan kalem; ia beraksi layaknya seorang gitaris rock!

BoiAkih_3

Meskipun juru bicara Boi Akih ialah Monica, namun ketiga personil lainnya bukanlah sekadar pengiring belaka. Tampak Yedo dengan saksofon sopran dan tenornya yang suguhkan teknik serta interpretasi impresif, Owen yang sigap juga presisi dan Niels lewat olah harmoni atas harp guitar pula dirinya begitu fasih mengeksplorasi bebunyian elektronik.

Berawal sajian musik zonder struktur konvensional, kemudian blues dekonstruktif, mengayun swing lalu merajut ragam unsur musik dari penjuru dunia, Boi Akih menutup penampilan lewat alunan merdu “Redemption Song.” Teriring hembusan angin sejuk tepian Sungai Mahakam, lagu milik Bob Marley tersebut dinyanyikan Monica secara empatik pun memberi sugesti keteduhan. Penggalan lirik yang ada di dalamnya, “emancipate yourself from mental slavery, none but ourselves can free our minds,” mewakili pesan dari musik Boi Akih untuk pendengarnya.

Thomas Y. Anggoro

Lulusan ISI Yogyakarta. Telah meliput festival di berbagai tempat di Indonesia dan Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker