
Dengan melihat susunan pemainnya, sepertinya Idang menginginkan adanya regenerasi, untuk menularkan ilmu dan pengalaman bermusik yang ia miliki kepada generasi penerus. Di antaranya ialah perkusionis Iwan Wiradz, peniup trumpet Indra Artie Dauna, basis Samuel Song serta putera Idang, Shaku Rasjidi selaku penabuh drum.
Tampil di hari kedua MJFS, Idang merasa bangga untuk tampil di hadapan publik jazz Samarinda, pun ia melihat ada banyak musisi-musisi muda yang berpotensi namun kurang mendapat akses. Sehubungan dengan itu, ia pula memperkenalkan salah satu anak didiknya, penyanyi dari kampung halaman Idang, Kepulauan Bangka. “Dia ini sehari-hari kerjanya menyadap karet, dan menyanyi keliling dari satu kampung ke kampung lainnya,” ujar Idang. “Lalu saya ajak dia untuk bermain bersama saya, dan ternyata dia setuju,” tambahnya. “Para hadirin, saya panggilkan Yendri Belacan,” seru Idang.
Kentalnya cengkok Melayu dari vokal Yendri terdengar saat ia nyanyikan sebuah nomor lawas berjudul “Arti Kehidupan” yang membuat nama Mus Mujiono beken. Bagi penonton MJFS yang belum pernah menyaksikan penampilan Yendri tersebut, akan mendapati sesuatu yang unik, iringan jazz yang berdendang Melayu. Audiens pun memberi sambutan dengan tepuk tangan meriah.
Selain itu Idang dan rekan-rekan juga mainkan sejumlah nomor buatan Idang, memadukan ragam unsur yang biasa ditemui dalam musik jazz semisal swing, bossa nova dan tentunya fusion. Ada pula saat ketika masing-masing personil beraksi solo, bergantian dan bersahut-sahutan hingga nomor terakhir.
Kiprah Idang untuk menjembatani dialog lintas generasi layak diacungi jempol. Di samping Idang Rasjidi Syndicate serta World Youth Jazz Festival gagasannya, ia pun seringkali mengadakan pertunjukan di berbagai daerah. Terlebih lagi, dan sejalan dengan semangat MJFS, upaya Idang untuk berikan akses luas dan menampilkan musisi-musisi lokal patut mendapat apresiasi.