News

Jazz Gunung 2014 Hari Pertama: Gema jazz di gunung dan harmoni alam

Jazz kembali menggema di ketinggian gunung. Gelaran tahunan Jazz Gunung 2014 baru saja usai dan meninggalkan kesan tersendiri bagi penikmat jazz yang datang. Energi musik dan alam kembali disatukan dalam harmoni pentas musik selama dua hari. Angin gunung, suasana berkabut, udara dingin, dan ketinggian gunung tak menyurutkan antusiasme Jama’ah Al-Jazziyah untuk datang ke amfiteater Java Banana Bromo dan menikmati sajian dari para penampil.

Monita Tahalea menjadi pembuka manis hari pertama. Masih bersama the Nightingales, ia mengajak semua yang hadir sore itu untuk bersyukur lewat lagu “How Great Thou Art.” Setelahnya tembang yang sempat menjadi hits berjudul “Kisah Yang Indah” dibawakan dengan sendu. Sore itu, vokal lembut Monita dipadu iringan musik pop jazz ringan ala the Nightingales menghangatkan suasana amfiteater yang mulai berkabut.

Monita Tahalea (foto oleh Ari Kurniawati)
Monita Tahalea (foto oleh Ari Kurniawati)

Hari pun mulai gelap dan sebuah tembang berjudul “Sedekah Bumi” yang didedikasikan untuk gunung Bromo dibawakan Bintang Indrianto Trio. Sedikit memberi warna etnik-fusion, Bintang yang petang itu ditemani Denny Chasmala tak lupa akan permainan energiknya. Humor cantik ia tampilkan lewat tembang “Madu Racun” dan “Oplosan.” Dua tembang yang versi aslinya mungkin tak tepat dimainkan di panggung jazz, namun basis kelahiran Jakarta 49 tahun silam itu sukses membawakannya dalam komposisi etnik dan hasilnya adalah gemuruh sambutan penonton di panggung terbuka tersebut.

Bintang Indrianto (foto oleh Ari Kurniawati)
Bintang Indrianto (foto oleh Ari Kurniawati)

Gema etnik kian terasa saat Djaduk Ferianto dan rekan dari Kua Etnika yang tergabung dalam Ring of Fire Project “menyihir” panggung terbuka Java Banana Bromo. Nicole Johänntgen, saksofonis wanita asal Jerman melengkapi penampilan mereka. Djaduk menyanyikan lagu “Piknik Ke Cibulan” yang merupakan lagu daerah Indramayu dilanjutkan dengan komposisi “Jawadipa.” Sebuah persembahan untuk Jazz Gunung berjudul “Bathari” tak luput dari permainan apik khas Kua Etnika.

Nicole Johänntgen (foto oleh Cholid  Sulistyawan)
Nicole Johänntgen (foto oleh Cholid Sulistyawan)
Nicole Johänntgen dan Ring of Fire Project (foto oleh Ari Kurniawati)
Nicole Johänntgen dan Ring of Fire Project (foto oleh Ari Kurniawati)

Harmoni musik dan alam kian terasa lewat “Ritma Khatulistiwa” dan “Swarna Dipa.” Pukulan kendang, perkusi dan alat musik tradisional jawa berupa saron dipadu dengan alat musik modern berupa bas, gitar, saksofon, drum dan electone menghasilkan ritme ciamik. Ditambah lagi dengan kabut tebal yang seakan menyelimuti venue serta hawa dingin gunung. Elemen manusia, musik, dan alam bersatu malam itu.

Trio Ligro tampil setelahnya membawakan anasir rock progresif dilanjutkan dengan Mika Angelo dan rekan yang tergabung dalam the Overtunes. Terasa sedikit antiklimaks, untuk memasang the Overtunes di akhir acara, namun gema jazz tetap terasa bahkan mungkin hingga ke sudut terjauh. Standing applause dan wajah-wajah sumringah menandakan gelaran hari pertama mampu memuaskan dahaga para penikmat jazz. (Ari Kurniawati/WartaJazz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker