Gending Djaduk, Memaknai Dan Memperingati Perjalanan Berkesenian
Genap sudah 50 tahun usia Djaduk Ferianto. Dengan usia yang sudah tidak bisa dibilang muda lagi, Djaduk masih saja tetap gatal untuk bereksplorasi dan membuat karya. Untuk memperingati setengah abad usianya, kali ini Djaduk membuat karya dengan judul Gending Djaduk. Gending adalah komposisi / lagu dalam karawitan Jawa, Bali dan Sunda. Memaknai Gending Djaduk disini juga bisa diartikan itu nama tua yang disandangnya yaitu G. Gending Djaduk Ferianto , Djaduk berharap karya-karya yang dibuatnya kali ini bisa lebih sareh dan nges seperti halnya dalam gending-gending Jawa yang sangat luwes akan keterbukanannya menyangkut ruang dan waktu.Sesuai dengan bertambahnya tuntutan kesabaran pada usianya yang tidak disebut muda lagi tapi tetap produktif dan kreatif. Djaduk Ferianto tetap konsisten masuk dalam eksplorasi dan memproduksi ulang dengan Tafsir baru yang prosesnya banyak mengambil dari nuansa-nuansa budaya yang ada di Nusantara.
Bersama Kuaetnika, Djaduk melakukan proses pembuatan komposisi dengan tidak melupakan kaidah-kaidah yang selama ini masih selalu dipakai Kuetnika untuk proses dan pengerjaan karya.Seluruh penciptaan komposisi yang telah dilakukan,Djaduk dan Kua Etnika selalu didasari oleh semangat untuk berkomunikasi dengan penikmat sehingga setiap bunyi dan suara bukan sekadar menjadi “materi musikal” melainkan juga media komunikasi. Sehingga, karya-karya yang dikerjakan tidak bersifat egois, namun familiar di telinga penikmat.
Untuk instrumen, digunakan gamelan Jawa, combo standart (keyboard, drumsett, Gitar dan Bass) dan perkusi lainnya. Yang didalam penggarapannya tidak lagi membedakan antara musik barat dan timur, namun dicari upaya secara estetis agar dua sisi ini menjadi kental. Sehingga karya-karya Kua Etnika akhirnya batasan antara Barat dan Timur dapat melebur dan menyatu, juga diharapkan dapat tercipta komposisi atau gending-gending yang nges versi Kuaetnika. Setelah komunikasi, tema utama yang terus diolah oleh Kua Etnika adalah dialog dan interaksi antar tradisi sebagai interaksi antar individu. Setiap tradisi bukan sesuatu yang statis dan final melainkan sebuah proses yang tidak pernah selesai. Kua Etnika memang berangkat dari tradisi tertentu, dan dalam melakukan pencarian estetik senantiasa hendak berdialog dan berinteraksi dengan tradisi lain.
Judulkomposisi-komposisiterbaru yang ingin dipergelarkan adalah :Samudera Hindia, Jawa Dwipa, Piknik ing Cibulan, Barong, Angop, Khatulistiwa, Swarna Dwipa, Arum Manis, Molukken (kole-kole), Ritma Nusa.
Konser dan sekaligus lanching album Gending Djaduk akan digelar di GBB-TIM Jakarta tanggal 13 Agustus 2014 pukul 20.00 WIB dan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta tanggal 17 Agustus 2014 pukul 20.00 WIB.
Untuk di Yogyakarta tiket bisa dipesan dan diperoleh di Harian Kedaulatan Rakyat jalan Mangkubumi, Radio Sonora FM, Radio Ardia FM dan Wartajazz.