News

Menikmati Ubud Village Jazz Festival 2014 (Bagian kedua)

Baca sebelumnya: Menikmati Ubud Village Jazz Festival 2014

Di panggung Subak yang berada di depan Museum Arma ada sebuah penampilan menarik dari Eko Sumarsono Band.

UVJF 2014 - Eko Sumarsono Band
UVJF 2014 – Eko Sumarsono Band

Eko Sumarsono yang memainkan bass, membawakan komposisi orisinal “Kesari” – diambil dari sebuah Jalan di kawasan Sanur – yang bercerita tentang pengalamannya berkumpul dengan para musisi-musisi di Komunitas Kesari Bali.

Berlanjut pada komposisi “Panen Raya” yang bercerita tentang seorang petani yang menanam tanamannya lalu kemudian setelah menghasilkan, membawanya ke pasar dan lalu menjualnya. Komposisi milik Eko ini digarap dengan jenaka. Ada unsur keriang-gembiraan yang dipertontonkan para personilnya. Kesan main-main yang sebenarnya sangat serius.

Selanjutnya pada “Petak Umpet” sebuah permainan kanak-kanak yang populer di Jawa, komposisi milik Yuvensius Donny Hermawan pemain klarinet yang pernah tergabung dalam Sono Seni Ensemble bersama alm Wayan Sadra di Solo. Untuk menampilkan efek suara yang berbeda Donny menggerak-gerakkan klarinetnya mendekati dan menjauhi microfon. Sesekali ia melakukan call and response bersama Henokh Santoso yang memainkan keyboard. Pada dua lagu terakhir ini Eko juga memberikan kesempatan pada Bogie Prasetyo (drums) dan Nidom Mashuri (perkusi) untuk melakukan solo improvisasi.

UVJF 2014 - Donny Hermawan
UVJF 2014 – Donny Hermawan

Diakui oleh Eko, latar belakang musisinya yang berbeda-beda seperti pop, etnik dan mainstream jazz justru membuat kelompok yang lahir lantaran undangan Yuri Mahatma untuk tampil perdana di Ubud Village Jazz Festival 2013 justru menjadi kekuatan mereka. Orisinalitas karya dengan gagasan dan konsep, menjadi ramuan yang pas. Kita tentu berharap mereka dapat melanjutkan ke dapur rekaman dan merilisnya dalam sebuah album.

Hari pertama Ubud Village Jazz Festival 2014 ditutup oleh kelompok asal Australia, The Gapp Project feat Dale Barlow yang terdiri dari Nick Fowler (keys, synth), Dale Barlow (sax), Christian Young (bass), Tim Lockwood (guitar), dan Deva Permana (drums). Nama terakhir yang disebut memang bukan dari Australia, melainkan musisi Indonesia yang bermukim di Sydney.

UVJF 2014 - Nick Fowler, Dale Barlow & Tim Lockwood
UVJF 2014 – Nick Fowler, Dale Barlow & Tim Lockwood

 

Mereka memainkan lagu-lagu “Dimensions”, “Lines & Spaces”, “Symmetry”, “Last Time We Were Here”, The Abstract Fact”, “Maketu” dan “Vino’s Place”.

UVJF 2014 - Nick Fowler
UVJF 2014 – Nick Fowler

Kelompok yang dikomandani Nick ini memang sudah memiliki sekitar sepuluhan album. Corak jazz mereka  fusion dengan pengaruh dari kelompok fusion kenamaan seperti Yellowjackets, terutama pada permainan Nick yang banyak terinspirasi dari Russel Ferrante.

***

Di hari kedua, Ubud Village Jazz Festival 2014 menampilkan sejumlah musisi yang sama yang telah tampil pada hari pertama. Seperti Dian Pertiwi yang tampil bersama Uwe Plath saksofonis asal Jerman. Selain itu turut mendampingi Ondrej Stveracek (sax), ‘Gaga’ Dominique Elhert (drums) dan Arne Donadell (piano). Membawakan nomor standard, kakak dari gitaris Yuri Mahatma ini tampil dengan penuh semangat. 

UVJF 2014 - Uwe Plath
UVJF 2014 – Uwe Plath

Dalam dua penampilannya, Dian menyanyikan “Come With Me” sebuah karya dari tahun 1982 yang populer lewat pianis/vokalis Tania Maria asal Brasil. Tampaknya upayanya berhasil membuat para penonton ikut bernyanyi pula.

UVJF 2014 - Dian Pertiwi
UVJF 2014 – Dian Pertiwi

Mengawali pertunjukan di Subak Stage, Ida Bagus Putu Brahmanta (Gustu Brahmanta) tampil bersama Bagus Indra Gupta (kontrabass) dan I Wayan Suastika (rindik) dalam formasi Gustu Rindik Trio yang terbentuk sejak 2012 dan telah merilis sebuah album.

Mereka membawakan lima komposisi antara lain terinspirasi dari tarian klasik  “Legong Keraton” dan “Uber barong” dari tari Barong dengan modifikasi solo drum dan rancaknya. Lagu lain “Jenggot Uban” sebuah lagu anak-anak yang menceritakan tentang cucu yang sayang pada kakeknya, Nasihat seorang ibu yang hendak pergi berbelanja ke pasar kepada anaknya, disajikan dalam “Putri cening ayu”, dan terakhir “Curik-curik” berupa dolanan atau permainan tradisional anak-anak di Bali.

UVJF 2014 - Gustu Brahmanta Trio
UVJF 2014 – Gustu Brahmanta Trio

Tampak sekali Gustu dan kawan-kawan berusaha menciptakan karya yang unik. Karena gamelan adalah hal yang dekat dalam kehidupan mereka, tak ada hal yang sulit bagi Gustu dalam menyesuaikan musiknya. Meski demikian, ia tidak menyertakan peralatan elektronik dalam penampilannya di Ubud Village Jazz Festival.

Lebih jauh tentang musiknya, Gustu yang sedang menggarap album kedua ini menyatakan bahwa pada dasarnya mereka memainkan gamelan dengan spirit jazz.

Sore harinya di Panggung Padi, kelompok Shadow Puppets tampil dengan personil Robert Mulyarahaja (guitar) dan pianis Irsa Destiwi. Musisi tambahan Kevin Yosua (bass) dan Elfa Zulhamsyah Warongan (drums) turut mendampingi.

UVJF 2014 - Shadow Puppet
UVJF 2014 – Shadow Puppet

 

Memainkan nomor “Aku Pasti Datang”, “Esok kan Masih Ada”, “Damai Tapi Gersang” dan menutup pertunjukan lewat karya Benyamin Suaeb, “Malem Minggu Nonton Bioskop”, seolah ingin menyampaikan pesan bahwa lagu tersebut cocok sebagai sajian jelang malam Mingguan.

Gitaris Yuri Mahatma yang merupakan pencetus komunitas Underground Jazz Movement – juga Ubud Village Jazz Festival juga tampil bersama sang istri pianis Astrid Sulaiman, didukung  Steve Bolton (drums), Helmy Agustian (Kontrabass),  dan saxophonis Pramono Abdi Pamungkas.

UVJF 2014 - Yuri Mahatma, Astrid Sulaiman
UVJF 2014 – Yuri Mahatma, Astrid Sulaiman

Mereka membawakan empat nomor standard yaitu “I Didnt know what time it was”, “Hallucinations”, “Sushi” dan “Whisper not”, sebuah karya Benny Golson yang mengingatkan kita pada sebuah kelab jazz kenamaan Storyville milik George Wein, founder New Port Jazz Festival.

Sementara itu pada saat yang bersamaan di Panggung Subak Erica Tucceri tampil bersama Catur Kurniawan (bass), keyboardis Ade Surya Firdaus  dan drummer Tommy Harrison.

UVJF 2014 - Eric Tucceri
UVJF 2014 – Eric Tucceri

Sebagai informasi saja, Erica adalah pemenang Penerima Lionel Gell Foundation Scholarship for Improvisation dan juga pemenang Future Leaders Jazz Award 2013. Sebagai hadiahnya, ia berkesempatan datang dan manggung di Ubud Village Jazz Festival, demikian penjelasan yang kami dapatkan dari Yuri Mahatma, sang founder festival – saat ditemui disamping panggung Subak.

Membawakan komposisi “Sunset Drive” Erica mampu memukau penonton yang duduk sebagian di kursi dan tangga depan museum dalam suasana sore menjelang malam. Tata suara panggung Subak – yang menurut kami terbaik sepanjang penyelenggarakan Ubud Village Jazz Festival – membantu menghantar suasana magis yang ditimbulkan dari alunan flute Erica.

Hari beranjak malam, penonton makin ramai saja memenuhi area tengah festival yang dikelilingi booth yang dibangun dari konstruksi berbahan bambu dan anyaman tikar. Aroma daging yang dibakar ditimpali mentega yang dipanaskan sesekali membuat siapapun yang hadir di tempat pertunjukan pasti merasa lapar.

UVJF 2014 - Dwiki Dharmawan
UVJF 2014 – Dwiki Dharmawan

Bersiap-siap menuju penampilan maestro Dwiki Dharmawan, panitia menyuguhkan sebuah permainan video mapping yang di proyeksikan ke backdrop panggung di Museum Arma. Usai video diputar dengan iringan beberapa lagu Jazz tersebut, panitia lantas mengajak penonton menikmati sajian wawancara dengan sang pianis dari belakang Panggung.

Dwiki menjelaskan apa yang akan ia tampilkan dan mengomentari seputar kegiatan Ubud Village Jazz Festival. Ia menyampaikan penyesalannya karena sedianya Kamal Musallam tampil bersama. Namun karena masalah yang didera keluarganya di Palestina, membuatnya urung hadir.

UVJF 2014 - Sandy Winarta
UVJF 2014 – Sandy Winarta

Dwiki mengajak Didiet (Violin) – mereka berdua terbang dari Jakarta dan partner mereka, adalah dua musisi Sandy Winarta (drums) dan Indra Gupta (contrabass). Dwiki seolah ingin menyampaikan pesan keseimbangan antara Jakarta-Bali.

UVJF 2014 - Dwiki Dharmawan, Dale Barlow & Didiet
UVJF 2014 – Dwiki Dharmawan, Dale Barlow & Didiet

Lazim dalam penampilannya beberapa tahun terakhir ini – Dwiki memulai pertunjukan dengan solo piano yang bernafaskan free jazz. Ia mengimbuh “Cik Cik Periuk” dalam sebelum masuk pada melodi lagu “Paris Barantai” dari Kalimantan Selatan yang termaktub di albumnya World Peace Orchestra.

Menghormati Kamal, Dwiki memainkan komposisi dari East Mania – bersama Billy Cobham, Kai Echart – milik Kamal Musallam berjudul “Rima” yang dilanjut “Arafura”, “Janger Bali” dan “Numfor”. Dwiki berhasil pula meyakinkan Dale Barlow dan Deva Permana untuk turut tampil bersamanya. Sebuah surprise tentu saja bagi para penonton.

Satu hal unik Dwiki tampil bersama seluruh pengiringnya mengenakan batik dari Sidji Batik asal Jl. Kaliurang Yogyakarta.

UVJF 2014 - Chika Asamoto, Michael Verapen
UVJF 2014 – Chika Asamoto, Michael Verapen, Toshiki Nunokawa & Daniel Foong

Setelah itu tampil Saksofonis Chika Asamoto, Toshiki Nunokawa (guitar) dari Jepang bersama Michael Veerapen (piano) dan Daniel Foong (bass) serta Steve Nanda (drums) dari Malaysia di Panggung Padi. Disaat yang bersamaan Alexandre Cunha kembali tampil di Panggung Subak.

Pertunjukan berikutnya yang paling ditunggu tentu saja penampilan gitarist muda Gilad Hekselman. Pria asal Israel ini beberapa tahun ini memang mendapat perhatian dunia jazz internasional. Sejak menjejakkan kakinya di “The Big Apple” tahun 2004, pemenang Gibson Montreux International Guitar Competition 2005 ini, telah berbagi panggung dengan musisi top seperti Mark Turner, Jeff Ballard, John Scofield, Ari Hoenig, Chris Potter, Anat Cohen, Greg Hutchinson, Gretchen Parlato, Jeff “Tain” Watts, François Moutin dan lain-lain. (Baca: Resensi album Gilad Hekselman – Hearts Wide Open)

UVJF 2014 - Gilad Hekselman, Joe Martin, John Davis
UVJF 2014 – Gilad Hekselman, Joe Martin, John Davis

Bersama kontrabasis Joe Martin dan John Davis (drum), Gilad menampilkan permainan yang rapih penuh presisi, terkadang cepat dan sesekali melambat dalam kompleksitas ritme. Emosi penonton diaduk-aduk, sesekali nafas tertahan utamanya saat Gilad dan Davis saling bersahut-sahutan dan melakukan solo.

Joe Martin sendiri musisi yang telah tampil bersama Kurt Rosenwinkel dan rekaman bareng Brad Mehldau, Chris Potter, Mark Turner dan lain-lain. Sedang John Davis tur bareng bersama Cassandra Wilson, Myron Walden, Nicholas Payton, Marcus Strickland dan lain-lain.

UVJF 2014 - Deva Permana, Agus Setiawan Basuni, Gilad Hekselman, Yuri Mahatma,
UVJF 2014 – Deva Permana, Agus Setiawan Basuni, Gilad Hekselman, Yuri Mahatma

Gilad bahkan sempat mampir ke Booth WartaJazz dan menitipkan penjualan CDnya. Sesuai manggung, ia bahkan “standby” untuk melakukan signing-sessions, atau sesi membubuhkan tanda tangan bagi siapa saja yang membeli albumnya.

Seusai penampilan Gilad, di panggung Padi, segera bersiap lima pria yang akrab di panggung-panggung jazz seantero Bali. Mereka adalah Koko Harsoe (gitar), Ito Kurdhi (bass), Rio Sidik (trumpet), Erik Sondhy (piano) dan Sonny Rywis (drums).

Tergabung dalam Jiwa Band, kelompok yang lama vakum ini akhirnya berkumpul kembali setelah tiga belas tahun. Berawal dari pertemuan Koko dan Ito pada tahun 1997, yang disusul bergabungnya Rio dan Erik Sondhy dalam sesi-sesi Jam-sessions. Drummer Edi (Saharadja Band) sempat bergabung, sebelum akhirnya digantikan Sonny Rywis, karena kesibukannya.

UVJF 2014 - Jiwa Band
UVJF 2014 – Jiwa Band

Mereka sempat rekaman ketika masih memainkan atau membawakan lagu-lagu standard atau cover. Namun sayang album rekaman mereka tidak pernah dirilis.

Dalam penampilan reuni Jiwa Band di Ubud Village Jazz Festival mereka mengusung konsep baru, yakni membawakan nomor orisinil. Dua karya milik Ito Kurdhi, “Put Yourself Together” dan “When I Miss You” serta sebuah nomor yang lumayan panjang “Singasari Suita – No 1.” yang mengisahkan cerita tentang Ken Dedes dalam setting konflik di Kerajaan Singasari – komposisi milik Koko Harsoe – sukses mereka sajikan dan menghapus dahaga penonton yang kangen dengan penampilan lima pria ini.

Rio dan Erik yang ditemui seusai manggung merasa bersyukur bisa kembali tampil. Mereka berharap bisa segera masuk studio rekaman dengan karya-karya yang ‘fresh’. Kita nantikan saja kelanjutannya.

***

Ubud Village Jazz Festival 2014 adalah satu diantara puluhan jazz festival yang tumbuh beberapa tahun belakangan di Indonesia. UVJF memiliki lansekap yang unik di Bali – yang juga memiliki sejumlah festival yang menampilkan para musisi Jazz – dengan Ubud dan Arma Museum sebagai settingnya.

UVJF 2014
UVJF 2014

Kesukseskan penyelenggaraan selama dua hari patut diapresiasi disertai dengan harapan kegiatan ini bisa menumbuhkan pasar baru bagi kegiatan jazz, yang akan bermanfaat bagi para musisi dan penikmatnya tentu saja.

Kegiatan Bali Summer Jazz School yang baru pertama kali diselenggarakan tahun ini mungkin dapat diteruskan tahun depan dan lebih disosialisasikan lagi kekantong-kantong jazz yang tersebar di seantero tanah air.

Kritik yang dialamatkan kepada panitia seperti kesulitan sebagian penonton mencari parkir ditambah lokasinya yang dijam-jam tertentu juga mengalami kemacetan agaknya perlu mendapat perhatian dalam penyelenggaran diwaktu mendatang.

Selamat kepada Ubud Village Jazz Festival, semoga bisa bertemu kembali tahun depan!.

 

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker