News

Konser “Gending Djaduk” hadir di Yogyakarta

Djaduk Ferianto kembali menggelar konser di Taman Budaya Yogyakarta. Pria kelahiran 19 Juli 1964 ini tampil bersama band Kua Etnika masih dengan tajuk yang sama dengan gelaran di Taman Ismail Marzuki beberapa waktu lalu. Ia seakan ingin menuntaskan hajat perayaan setengah abad usianya di kota kelahirannya ini.

Tembang-tembang dalam album teranyar Kua Etnika menjadi materi utama yang dibawakan Djaduk dan kawan-kawan. Tak lupa ia berkolaborasi dengan vokalis lokal, Paksi Raras. Dalam kolaborasi ini ia memberi kejutan lewat tembang “Molukken” yang bernuansa Indonesia timur. Memang repertoar yang ada dalam album tersebut berkisah tentang keindahan Nusantara dari Sabang hingga Merauke.

G Djaduk Ferianto 3_res

Djaduk mengawali performanya dengan membawakan tembang asal Indramayu “Piknik Ing Cibulan” yang diaransemen khas Kua Etnika. Lagu ini awalnya dibawakan oleh Hj. Dariah, seorang penyanyi tarling. Alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ini seolah ingin menunjukkan kepada publik bahwa musik tarling yang dicap sebagai musik pinggiran pun bisa menjadi repertoar menarik dan layak diapresiasi. Tak lupa Djaduk menuangkan ekspresi keprihatinannya terhadap para wakil rakyat dalam “Angop” yang bermakna kekosongan.

Keakraban menjadi poin yang tak kalah menarik dalam  konser ini. Seperti biasanya, ia menyisipkan guyonan khas kota Yogyakarta di sela permainan. Ini ditambah dengan kehadiran sang kakak, Butet Kertarajasa yang naik panggung pada tengah acara. Tentu saja suasana menjadi kian “gerrr”, paduan antara guyonan musisi dan monolog.

G Djaduk Ferianto 2_res

Humor yang ia tunjukkan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal terhadap audiens, kepiawaiannya berinteraksi dengan sesama penampil melalui bunyi  pun memberi kesan tak berjarak. Djaduk seolah mengikutsertakan audiens dalam penampilannya. Tak ayal, standing applause pun menjadi konsekuensi logis dari penampilan mereka.

“Gending Djaduk” menjadi penanda bahwa usia 50 tahun tidak menjadi halangan baginya untuk terus berkarya. Ia merasa lahir kembali dan baginya ini merupakan proses dalam hidup. Ia ingin terus menjadi muda dan melahirkan karya-karya baru dan momen ini menjadi penting baginya untuk memulai lagi penjelajahan kreatifitas seni. (Ari Kurniawati/WartaJazz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker