FestivalNews

Kemeriahan jazz aneka warna dalam Ngayogjazz 2014

Kemeriahan dan antusiasme tergambar jelas dalam gelaran sehari, Ngayogjazz 2014 di Desa Wisata Brayut, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (22/11). Jazz yang egaliter terlihat dari tidak adanya jarak antara penampil dengan penonton. Bahkan materi yang dibawakan para penampil pun bervariasi – pop, dangdut, sastra, etnik – memberikan  wawasan baru bagi masyarakat yang memadati venue. Jazz is freedom!

Paduan indah sastra dan jazz oleh Jay & Gatra Wardaya tampil berbeda dengan kehadiran seorang musisi asal Korea, Gamin. Nuansa Oriental dibawakan pada komposisi pertama berjudul “Shinawi,” berasal dari Korea Selatan yang artinya tidak bertema. “Komposisi dibawakan secara bebas dan masing-masing pemain melakukan improvisasi,” jelas Jay. Selanjutnya mereka membawakan puisi “Doa Seorang Lelaki Tua.”

Jay_Gamin_res

Everyday_res

Band jazz kenamaan asal Jogja, Everyday, menemani para pengunjung di Ngayogjazz 2014 sore itu. Tidak seperti biasanya, Everyday membawakan tembang populer  tahun 90an. “Kali ini Everyday ingin memberi penghargaan utuk karya 90-an yang memang patut untuk dihargai.” ucap Reagina sang vokalis seusai membawakan lagu “Inikah Cinta” dilanjutkan dengan “Bocah,” “Snow on the Sahara,” “Zamrud Khatulistiwa,” dan ditutup dengan lagu andalan mereka “Kapan Ke Jogja Lagi (KKJL).” Everyday sekali lagi menyihir para penonton untuk  larut dalam suasana nostalgia.

Budjana_res

Audiens1_res

Jalan antar panggung Ngayogjazz sempat tersendat oleh ramainya pengunjung yang berdesakan menuju panggung Bang-Bung, di mana Dewa Budjana akan tampil tepat pukul 18.30. Ini adalah kali kedua Dewa Budjana menjadi pengisi acara di acara Ngayogjazz, sebelumnya pada tahun 2009 di Bantul. Tanpa mengurangi antusias, dengan hanya beralas tanah dan beratap langit yang mulai gelap, para pengunjung rela menunggu lebih dari satu jam demi melihat sang maestro gitar Indonesia bermain secara langsung. Dewa membawakan komposisi “Gangga,”  “Lamboya,” “Joged Kahyangan,” dan “On the Way Home.” Malam itu Budjana mengajak serta Shadu Rasjidi (bass), Martin Siahaan (kibor), Yandi (drum), dan Saad Syah (suling).

YK_res

Masih di panggung Bang-Bung, seusai Dewa Budjana, YK Samarinda, band jazz asal Kalimantan Timur menunjukkan kehebatannya. Lengkap dengan atribut tradisional dayak dan sedikit stage act khas suku Dayak, mereka mebawakan komposisi jazz yang ciamik. “Borneo” menjadi pembuka dan dilanjutkan dengan komposisi “Paris Barantai” komposisi jazz khas tanah air yang sudah mendunia.

Audiens2_res

Klan Rasjidi tak ketinggalan unjuk kebolehan, setelah menjadi band pengiring untuk Dewa Budjana, Shadu Rasjidi dan kawan tampil dengan gaya  muda dan fresh. Ditemani dua anggota The Groove N Roll Dauud Debu dan Ali, juga Yandi dan Martin, Shadu menunjukkan kepiawaiannya dalam memainkan alat musik bas elektrik.  Kemeriahan dan keceriaan lain tercipta saat penutupan Ngayogjazz 2014. Bintang Indrianto membawakan komposisi jazz bergaya dangdut yang khas, membuat para penonton yang hadir bergoyang bersama sambil berteriak “Tung Tak Tung Jazz!” (Kurnia Fajar/WartaJazz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker