Cuplikan evolusi jazz oleh Ramsey Lewis (Java Jazz Festival 2015)
“Kalau Ramsey Lewis ditaruh jadi main performer, pasti yang dateng ke Java Jazz tahun ini bakal jauh lebih rame,” komentar dari salah satu pengunjung tersebut tersebut mengisi antrian panjang menuju Hall C1 JIExpo pada hari Sabtu, 7 Maret. Pertunjukan seorang Ramsey Lewis, sang pianis jazz legendaris untuk pertama kalinya tampil di Indonesia dalam perhelatan Jakarta International Java Jazz Festival 2015.
Mr. Ramsey Lewis, yang dinanti oleh para penonton, memasuki panggung tepat pukul 20.05 WIB. Ia berjalan perlahan menuju tengah panggung, mencoba melihat para penonton. Kedatangannya langsung disambut dengan gemuruh tepuk tangan. “This is my first time, to ever play in this festival. I never thought I’d be able to see so many smiling faces. I hope all of you enjoy this show,” sambutnya.
Penampilannya didampingi oleh Henry Johnson pada gitar, kontrabasis Joshua Ramos, dan Charles Heath di kursi drum. Satu permainan musik jazz yang utuh memenuhi ruangan yang padat dengan penonton yang menanti, dan mendengar dengan perhatian penuh. Nada-nada upbeat, swing, bebop, gospel, mereka mainkan dengan indah.
Mereka memainkan “Blessings” yang dirangkai medley dengan “Dear Lord” dari John Coltrane. Solo Joshua Ramos dalam lagu itu benar-benar memusatkan perhatian penonton ke panggung, terpaku oleh permainan jari Joshua. Tidak sedikit dari audiens yang termangu dengan mulut menganga, tersenyum kecil dengan mata terpaku ke arah panggung. Maurice Brown muncul setelah pengenalan dari Ramsey Lewis, namun permainan terompetnya yang energik terdengar kurang maksimal karena faktor penyediaan suara (sound system). Seperti beberapa notnya yang menusuk telinga sebab pengambilan suara yang terlalu dekat dengan mikrofon.
Penampilan Ramsey Lewis malam itu bagai melihat sebuah perjalanan panjang evolusi jazz. Tarian jari Ramsey di atas tuts hitam-putih, petikan dan gesekan Joshua Ramos pada kontrabasnya, sentuhan gitar Henry Johnson dan ketukan drum magis Charles Heath yang mengambil alih panggung pada lagu “Clouds,” hingga rekan satu panggungnya melipir sejenak untuk memperhatikan gebukan-gebukan melodisnya. Sungguh, pertunjukan malam itu memiliki keindahannya sendiri. (Hafendra Adam/WartaJazz)