FestivalJava Jazz FestivalNews

Mehliana: Gengsi 11 tahun Java Jazz Festival datangkan Brad Mehldau

Mehlianaportmanteau dua nama musisi–Brad Mehldau dan Mark Guiliana adalah salah satu headliner Java Jazz Festifal 2015 (JJF) yang menjaga gengsi festival ini dalam sirkuit jazz internasional. Maret mulai identik dengan Jakarta, disusul pembicaraan seberapa aktual isinya. Soal isi kekinian, duo inilah representasi garda depan skena jazz hari ini. Tur intensif 2013 mematangkan “Taming the Dragon” (Nonesuch, 2014) yang membungkus jazz dalam bahasa mimpi surealis electronica.

Mehliana_Akbar_3

Luas panggung Mehliana di Simpati Hall D1 (07/03/’15) cuma diisi dua estate. Sisi kiri adalah sisi Mehldau. Piano akustik ditumpuk Moog Little Phatty, lalu Fender Rhodes ditumpuk Prophet ’08 menyiku sebagai huruf “L”, sebetulnya relatif tidak wah mengorbiti sang pianis–bandingkan dengan Rick Wakeman legenda YES misal. Virtuositas kemudian terlihat ketika lagu bergerak: kaki menyambar pedal menahan kord bersugesti kosmik, sementara tangan itu sigap berpindah ke deret tuts piano akustik beraksen terang, turun ke lantai Rhodes atau loncat ke bunyi bas sintetik di tingkat atas kiri, cekatan hingga jatuh bar berikutnya dan tangan itu tak berhenti mengejar lagi deret tuts Prophet. Mehldau menjadikan semua prosedur rutin itu mulus tak berjahit untuk mengirimkan pesan bahasa mimpi.

Mehliana_Thomas_1

Mehliana_Thomas_2

Di sisi kanan, Guiliana mengolah kerja mekanikal di atas drum akustik dengan tambahan minim metal toy. Korg Kaoss dan pad–”barang elektronik” garis bawah–cenderung suplemen saja. Itulah nalar musik electronica, begitu mekanikal sepanjang putaran jarum jam dan tak mesti dihasilkan setumpuk piranti elektronik karena musik sejatinya adalah proyeksi gambaran mental.

Trek “Hungry Ghost” di tengah dengan latar permainan bergelombang organ pipa memberikan kesan gotik pada konser Mehliana. Nominasi Grammy 2015 untuk solo jazz terbaik, “Sleeping Giant”, meluncur berikutnya, mempertajam lagi decak kagum para musisi penampil yang bertukar peran jadi penonton Brad Mehldau. Bila dalam konteks drum “ambidekster” artinya kendali otak bisa dibelah untuk dua lengan yang bekerja saling-lepas, maka dengan pendekatan yang sama pianis bisa dibelah jadi 10 jari yang murni independen, seolah masing-masing berkehendak bebas. Mehldau kuat tangan kirinya, istimewa. Motif rumit dieksekusi sama baiknya tanpa kendala menyilangkan kanan-kiri menambal yang lemah.

Mehliana_Akbar_2

Pidato Amelia Earhart yang muncul sebagai spoken word “Elegy for Amelia E.” adalah salah satu sampel yang meluncur dari perangkat Guiliana malam itu. Elegi itu dilukis ulang untuk lanskap yang berbeda dari takwil rekaman. Jelang akhir “Swimming” dibawakan dengan kesan bunyi kanonik silinder kotak musik, lagi-lagi mimpi gelombang alfa. Trip hopLondong Gloaming” menutup pertunjukan dengan sedikit petunjuk reffMy Favorite Things” yang mengundang interaksi audiens. Ujungnya dibuat klimaks dalam bunyi sub-bas dan sinkopasi dubstep. Sesi esok malamnya (08/03/‘15) Mehliana tampil lagi di C1 bawakan mimpi yang lain.

“…
Questions are answered, but the answers are in a language he has never heard before.
He understands that language though, in the dream.
Everything is resolved in the dream, so it seems.
But it all must remain in the dream.
When he awakens, he will forget that language, and it will be incomprehensible again
…”
(spoken word Brad Mehldau dalam “The Dreamer”)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker