Java Jazz FestivalNews

Dwiki Dharmawan Meets Violet Spin (Java Jazz Festival 2015)

Semeru Straight Ahead Jazz Hall tak pernah sepi. Hari terakhir gelaran Java Jazz Festival, 8 Maret 2015, terasa semakin lengkap dengan suguhan penampilan dari musisi dalam dan luar negeri. Setelah musisi klasik Indonesia—Ananda Sukarlan—sukses berkomunikasi lewat Rapsodia Nusantara, panggung pun diambil alih oleh Dwiki Dharmawan sejam kemudian. Kali ini, ia bersama rekan-rekannya mengusung konsep Dwiki Dharmawan Meets Violet Spin. Sebut saja Donny Sundjoyo pada bas akustik, Irene Kepl (violin 1, principal), Paul Dangl (violin 2), Mario Gheorghiu (viola) dan Fabian Jäger (cello).

Dwiki Violet Spin_Griven_1

Musisi jazz berdarah Sunda ini memulai penampilannya dengan membawakan lagu “Tribal Dance”—lagu yang pernah dibawakan di Wina. Selain itu, lagu dari album Passion Love Life seperti “Return of the Lamafa,” “The Dark of The Light” dan “Jazz for Freeport” tak lupa didendangkan dengan apik oleh Dwiki. Begitu pula dengan keempat anggota kuartet gesek asal Austria tersebut yang tampak begitu antusias saat memainkan repertoar bersama Dwiki di panggung.

Pria yang memulai karirnya dengan belajar piano klasik dan piano jazz itu selalu meramaikan perhelatan Java Jazz Festival dengan konsep yang berbeda. Lewat debutnya tahun ini: Dwiki Dharmawan meet Violet Spin String Quartet, ia berhasil menciptakan nuansa fusion yang ceria. Juga, tonal dan irama yang dimainkan cukup fluktuatif sehingga tensi pertunjukan semakin naik.

Dwiki Violet Spin_Griven_2

Dwiki Violet Spin_Griven_3

Paduan harmoni tradisi dengan jazz sungguh tampak manis dan menyatu saat melantunkan melodi “Cik Cik Periuk.” Irama-irama cantik dan penuh semangat juga ditunjukkan dalam “Paris Barantai,” lagu daerah asal Kalimantan.

Tak dimungkiri, Dwiki Dharmawan memang lihai memainkan akor-akor variatif, dan terbilang segar. Ia menyulap Semeru Straight Ahead Jazz Hall menjadi sangat berwarna, juga ekspresif. Dwiki mengaku, di awal kariernya, ia memang banyak dipengaruhi oleh musik-musik tradisional Indonesia. Nada-nada yang kental akan gambaran kultur di Indonesia telah banyak mengilhami karya-karya terbaiknya. (Idha/WartaJazz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker