Profile

KONSER KEMERDEKAAN – WUJUD PENGHARGAAN INSAN MUSIK JAZZ INDONESIA TERHADAP BUDAYA NEGERI SENDIRI

“…jika kata tak mampu lagi memberi makna, katakanlah lewat nada…”

Adalah Tjut Nyak Deviana Daudsjah, pendidik yang ahli dalam menyusun kurikulum pendidikan musik yang juga menjadi pengajar di Insititut Musik Daya – sebuah lembaga pendidikan yang berupaya menghasilkan sarjana musik – karena keprihatinannya pada pendidikan musik di Indonesia serta apresiasi masyarakat terhadap musik tradisional khas Indonesia saat ini mengadakan sebuah rangkaian kegiatan pendidikan musik bertajuk Indonesia Open Jazz.

Dalam kesempatan kali ini digelar KONSER KEMERDEKAAN, sebuah konser musik jazz dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke 56 Republik Indonesia yang dilangsungkan Jumat (17/08) dengan mengambil tempat di Gedung Serbaguna Museum Nasional Jakarta.

Meski sempat telat hampir 1 jam, Acara yang dimulai pukul 21.00 ini dibuka dengan alunan musik keroncong yang dibawakan oleh Orkes Keroncong “Sakti Irama”. Suguhan pembuka ini cukup apik dan mereka memainkan 3 buah nomor.

Acara kemudian dilanjutkan dengan permainan string orchestra dari Amadeus dan Maya Hasan(harpa). Dua nomor berturut-turut dimainkan adalah “Indonesia Pusaka” dan “Rindu Lukisan” ciptaan Ismail Marzuki.

Selepas dua nomor lagu tersebut, acara yang dipandu oleh Becky Tumewu ini menghadirkan The Choir A Capella dengan menyajikan “Payung Fantasi” dan “Bunga Rampai”, keduanya juga ciptaan Ismail Marzuki.

Puncaknya ketika konser dilanjutkan dengan menghadirkan 5 lagu berturut tanpa henti. Lewat alunan suara dari Daya Swara hadirlan lagu-lagu daerah “Gundul Gundul Pacul”, “Bungong Jeumpa” dari Aceh, “Esa Mokan” dari Minahasa, “Tanase” dari Maluku dan diakhiri dengan “Yamko Rambe Yamko” dari tanah Papua.

Para pemain tamu seperti Carola Grey(drum), Karoline Hoefler(contrabas), Peter Tuscher(trumpet), ikut berkolaborasi dalam pertunjukan yang berlangsung selama 60 menit ini. Ketika ditanya seusai pertunjukan, Carola Grey mengungkapkan kepada WartaJazz, “…Ini sebuah pengalaman yang menyenangkan buat saya, mereka (para pemain yang lain -red) sangat memahami lagu yang dimainkan sehingga penjiwaannya sangat kuat. Saya berharap bisa bermain lagi dengan mereka tahun depan”.

Para penonton yang hadir mendapatkan sebuah suguhan kolaborasi yang kompak antara String Orchestra, Big Band dan paduan suara. Semua lagu yang dimainkan diaransi sendiri oleh wanita berdarah campuran Aceh dan Menado ini dengan format jazz dan sentuhan etnik yang cukup unik.

Memang harus diakui, langkah yang dilakukan oleh Deviana ini hanya merupakan langkah awal. Mudah-mudahan hal ini bisa terus dilanjutkan diwaktu-waktu mendatang demi kemajuan pendidikan bangsa Indonesia.

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker