“Suoni Italiani,” jazz multimatra à la Stefano Bollani

Liputan konser Stefano Bollani Suoni Italiani, Usmar Ismail Hall Jakarta, 28 April
Je so’ pazzo, je so’ pazzo
nun ce scassate ‘o cazzo!
Larik akhir lagu satiris berlogat Napolitano “Je sò’ pazzo” milik Pino Danieli di atas benar-benar menutup konser tunggal bertajuk Suoni Italiani, oleh jawara piano asal Milan, Stefano Bollani. Ia menyanyikannya sambil mengiring dengan piano yang ingatkan pada gramatikal blues Horace Silver. Tembang ini menjadi encore kedua, memenuhi antusiasme penonton yang tak rela beranjak. Pun, Stefano telah lebih dahulu memainkan request audiens secara on-the-spot, merangkai medley “Água de Beber,” “Happy Birthday to You,” “Speak Softly, Love,” hingga “Non Dimenticar.”
Dimulai lepas pukul delapan, malam itu Stefano membuka penampilan lewat kepekaan piano ballad “Out of Nowhere” yang kemudian terkait nuansa Brasilia atas sebuah rendisi nomor kepunyaan Caetano Veloso. Setelah menyapa hadirin, Stefano mulai menunjukkan gaya panggung uniknya, berawal ucapan “Nomor selanjutnya adalah waltz in D-flat major by Chopin by me,” seloroh Stefano. Maksudnya tak lain adalah The Waltz in D-flat major, Op. 64, No. 1 alias “Minute Waltz” yang ia suguhkan secara dekonstruktif, sembari pamerkan tarian pianistik seorang virtuoso.
Selain musikalitas luar biasa yang Stefano miliki, ia pun menghibur audiens dengan kejutan-kejutan teatrikal. Antara lain saat dirinya memerankan dua karakter sekaligus, di sebuah adegan sensual teriring latar bunyi tango, yang tentunya membutuhkan koordinasi motorik dan emosi secara terpadu. Atau ketika Stefano berani mengambil risiko dalam rendisi “Bobby Brown (Goes Down)” dari Frank Zappa (simak liriknya di sini) yang sarat kritik sosial, menjadi salah satu trek pada rekonstruksi Sheik Yer Zappa (Decca, 2014).
Kecerdikan Stefano yang lain adalah dengan jeli meramu berbagai spektrum auditif yang seringkali bertentangan, ibarat berupaya untuk melepaskan bunyi dari beban kulturalnya. Seperti halnya irama ostinatik “Alobar e Kudra,” dan “Easy Healing,” merujuk pada album Joy in Spite of Everything (ECM, 2014) yang malam itu dibawakan lewat denting Rhodes, hadirkan impresi berbeda dengan versi kuintetnya.
Stefano pula menjalin komunikasi dengan audiens secara interaktif yang tampak jelas terutama saat ia sajikan hadiah ekstra, “menantang” hadirin untuk mengajukan request secara spontan. Seorang penonton, Matasha, pun berikan komplimen: „konser ini untuk saya seperti sebuah self-indulgence, interaksi dia (Stefano) dengan penonton menjadi satu pengalaman dengar yang membebaskan. Kado spesial juga buat saya, karena hari ini saya berulang tahun,“ ujarnya.
Konser malam itu adalah sebuah pertunjukan jazz yang tidak lazim; penuh kejutan, sarat improvisasi nakal, interaktif, serta bentangan preferensi bunyi yang amat luas. Menampilkan juga suatu pencapaian artistik yang jarang dimiliki dan ditemukan pada musisi lain. Inilah keunggulan Stefano Bollani yang patut diberi acungan jempol. Molte grazie, Maestro!