Yuppie… Dave Koz Ada di Economicjazz 20th 2015


Sabtu Petang, 16 Mei 2015 Auditorium Ghra Saba Pramana atau yang kerap disebut GSP, Universitas Gadjah Mada mulai ramai. Tepat pukul 6 sore gate utama dibuka sampai 7.30 malam. Akan ada Dave Koz dan sederet penampil keren disuguhkan bagi kurang lebih 2300 penonton. Memasuki Auditorium utama GSP, penonton disuguhi dua booth—booth Bank Permata di sisi timur sedang booth Wartajazz di sisi barat—sebelum memasuki ruang konser. Lantai pertama menjadi ruang penukaran tiket. Baik di lantai satu maupun lantai dua, beberapa stand foto EconomicJazz Bergambar Dave Koz dipasang guna memberi akses penonton mengambil gambar dirinya. Selama satu setengah jam pertama, penonton baik tua muda, single, couple(s) maupun berkeluarga dengan pakaian—termasuk gadget—terbaiknya memasuki ruang konser. Bahkan beberapa penonton yang masih sakit memutuskan untuk tetap mononton. Ini mengamini nama Dave Koz menjadi penarik hati konser yang sudah direncanakan sejak tahun lalu.
Choky Sitohang didapuk menjadi master of ceremony. Tepat 07.35 konser dibuka—meski demikian—masih ada penonton yang baru datang setelah konser dimulai. The show must be run!! Economicjazz bertajuk “Economic Jazz 2015 Live Part XX” merupakan konser jazz perdana dari dua konser jazz yang dikawal FEB UGM tahun ini. sebagai bocoran, konser jazz yang kedua yang digelar FEB UGM ini Casiopea akan tampil—rencananya oktober 2015.
Dewa Budjana dan Tohpati keluar dari belakang panggung langsung mengambil kursi dan memainkan dua lagu sekaligus sebelum menyapa penonton. Dua lagu pertama seolah menjadi penanda “Hei!! Konser sudah dimulai.” Dua nomor lagu ini menurut Budjana dan Tohpati belum berjudul resmi—meskipun di layar besar sempat tertulis “Gitar Simphoni” pada salah satu lagu dimainkan. Toh, penonton cukup menikmati dua lagu tersebut. Bagian penting yang ingin disampaikan Budjana dan Tohpati adalah tahun ini mereka menyiapkan album bareng—hanya Budjana dan Tohpati, tanpa Balawan yang biasanya main dengan Trisum. Rencananya album duo akan release sebelum album solo ke delapan baik Budjana maupun Tohpati.
“Lukisan pagi” dirasa lebih adem ketimbang dua lagu yang sebelumnya dibawakan. Bisa jadi, Budjana dan Tohpati bersepakat untuk membawa penonton cooling down sejenak. Seolah tak berhenti di situ, “Lukisan Pagi” selesai, Budjana dan Tohpati justru berganti mini gitar. Apa yang disuguhkan dengan mini gitar sontak membuat para penonton bertepuk riuh—terutama pada petikan lagu yang sangat familiar di telinga penonton. Budjana dan Tohpati memainkan “Dan” milik Sheila On 7 lalu disambung dengan “Panah asmara” Afgan. Dua lagu yang dikombinasi apik untuk membuat penonton menikmati musik akustikan. “Mahabarata” dari album Serampang Samba tahun 2002 milik Tohpati menjadi lagu pamungkas penampilan Budjana dan Tohpati. Selama permainan gitar, baik Budjana maupun Tohpati lihai membiarkan siapa yang memimpin siapa yang melanjutkan; dan kemudian bersama-sama menyelesaikan masing-masing part hingga utuh.
Marcell Siahaan dan band memulai pertunjukan pada 8:40 malam setelah sebelumnya Choky Sitohang berbincang dengan penonton dan mengingatkan agar penonton mematikan blitz camera dan tidak merekam selama pertunjukan. Habit ini agaknya masih susah untuk diterapkan. “Ketika Kau Menyapa” mengajak penonton beranjak dari Budjana dan Tohpati. Agaknya Marcell dipilih Economicjazz 2015 untuk mewakili penyuka popular jazz. Marcell dan bandnya merampungkan beberapa lagu setelah “Ketika Kau Menyapa” meskipun sound system pada malam itu kurang mendukung vocal Marcell agar terdengar lebih jelas—terutama bagi yang duduk di tribun. Its fine!! Sebab Marcell bisa mengajak penonton untuk berkompromi dengan masalah sound ini lewat lagu-lagu andalan yang dibawakan—semoga lain kali economicjazz tampil tanpa masalah sound. “Setia” milik Chrisye diaransemen ulang khusus dibawakan pada Economicjazz 2015 Live Part XX. Tak hanya itu, “Tolong Bu Dokter” milik The Flowers, sebuah band musik rock n’ roll Indonesia berhasil digayakan secara jazz. Ada lagu berbahasa inggris yang dibawakan Marcell—namun sayang judulnya luput dari catatan. “Mau dibawa kemana” milik Armada dan “Cinta Mati” ditampilkan bersahaja—meskipun “Kau Tak Akan Terganti” lebih mengena hati penonton. Tanpa aba-aba, penonton langsung ber-karaoke ria lagu tersebut. Terakhir, tembang yang ditampilkan Marcell adalah “Firasat”. Penonton masih terhanyut untuk menyanyikan lagu lama milik Marcell ini tetap koor bareng.
Konser Dave Koz dan tim dimulai pada jam 10.02 malam. “Manusia Bodoh” milik Ada Band dilanjutkan “Life is fast line” membuka pertemuan Dave Koz dengan penonton selama satu setengah jam berikutnya. Perubahan kentara pada penonton riuh ramai semangat dan lebih lepas setelah dua setengah jam berada pada masa penantian Dave Koz. Dari “Honey Dipped” dimainkan, Dave Koz mengajak Nathaniel Kearney Jr pembetot bass dan Adam Hawley pada gitar memainkan atraksi yang unik mulai dari merapatkan tubuh mereka bertiga—bermain kaki sambil tetap memainkan alat music mereka masing-masing. Atraksi ini membuat suasana lebih meriah. Tanpa mengambil jeda lama, tembang “All I see is you-Anything is Possible” dimainkan.

Selama pertunjukan, Dave Koz memainkan tiga saxophone secara bergantian. Setelah mengganti saxophone yang kecil, “Together Again” dilantunkan. Kali ini, pada part tertentu, Dave Koz dan David Hooper sang drummer menampilkan kolaborasi elegan. Melalui “Together Again,” penonton seakan diajak menelan geliat energi tak terbatas milik Dave Koz dan David Hooper pada “battle” ini. Toh, permainan sax-drum duo memperlihatkan pertemanan yang hangat diantara keduanya. Suguhan tak terbayangkan! Dave Koz, Tracy Carter (keyboards), Nathaniel Kearney Jr, Adam Hawley dan David Hooper kembali bermain bersama pada part akhir “together again.”
Selama jeda istirahat, Dave Koz menyapa lewat kalimat-kalimat bahasa membuat penonton bersorak riuh. Jika “Together Again” menjadi tembang ng-beat penuh hentakan ala smooth jazz maka “Castle” mewakili smooth jazz yang tenang. Melalui part dari “Love is on the way,” kerja sama Dave Koz dan Tracy Carter disuguhkan apik. Permainan keyboard dan saxophone menghasilkan melodi yang cukup simple untuk menyampaikan para pemainnya menikmati konser ini juga.
Michael Paulo sempat dikabarkan sakit tepat sebelum pertunjukan Dave Koz dimulai ternyata tetap urun dua lagu. Pertama, lagu “Got To Get You Into My Life.” Duet saxophone Dave Koz — Micheal Paulo mengajak pendengarnya menikmati “obrolan saxophone”—saling mendahului, kemudian saling mengalah, saling melengkapi. Sementara Michael Paulo memainkan Part “Got To Get You Into My Life” secara solo, Dave Koz juga menikmatinya. Lagu kedua yang dimainkan bersama adalah “I Feel Good.” Lagu ini menghangatkan suasana, apalagi Michael Paulo sempat menampilkan kelihaiannya menari Irish dancing selagi memainkan saxophonenya. So, konser jazz tidak melulu fokus pada permainan music.
“Keliru” milik Ruth Sahanaya dimainkan, serta-merta penonton menyanyi tanpa aba-aba. Lagu “Keliru” seakan menjadi penghubung Dave Koz dan masyarakat Indonesia di masa lalu dan akan selalu terhubung di masa depan. Bagi Dave Koz, Indonesia merupakan rumah keduanya. “Silver Lining” yang funky dan segar memberikan Nathaniel Kearney Jr porsi lebih untuk mengeksplore permainan bassnya.
Tak hanya memainkan saxophone, Dave Koz juga menyanyi. Pertama, “All you need is love” yang merupakan lagu dari milik The Beatles. Dave Koz meramu “All you need is love” rasa jazz. Penonton diajak terlibat dalam lagu ini—menyanyi bareng dan menyalakan blitz gadget yang dibawa sedemikian rupa hingga seluruh ruangan konser menjadi bak kelipan bintang-bintang. Suara Dave Koz masih stabil padahal sudah lebih dari satu jam meniup saxophone. Lagu kedua yang dinyanyikan “That The Way I Like It,” Tracy Carter turut melantunkan lagu tersebut. Lagu “You Make Me Smile” menjadi lagu pamitan konser Economicjazz 2015 Live Part XX. Melalui “You make me smile” Dave Koz dan band menyampaikan pesan tersirat “meski kita berpisah, please stay happy!!!”
Pukul 11.32 malam, konser Economicjazz 2015 Live Part XX selesai. Penonton berhamburan ke luar auditorium—dan sampai jumpa pada Economicjazz selanjutnya. Semoga dengan sound yang bagus dan tiket tetap terjangkau. [Penulis : Kurnia Cahyaningrum Effendi]