Solo City Jazz tidak terasa sudah memasuki penyelenggaraan yang keenam kalinya. Sejak dimulai pada penyelenggaraan edisi pertamanya di tahun 2009, Solo City Jazz (SCJ) ternyata sudah melewati 7 tahun perjalanannya. Dimana pada 2010, sempat terpaksa ditiadakan, lantaran musibah letusan gunung Merapi.
Sejauh ini, SCJ terus berupaya mempertahankan konsep dasarnya, yang sudah menjadi landasan dasar sejak awal yaitu, guyub, akrab dan menghibur. Menghibur siapa? Siapa lagi kalau bukan para penonton, yang notabene adalah warga masyarakat kota Solo dan sekitarnya. Dan karena senantiasa disajikan secara gratis, tentulah diharapkan menghibur semua kalangan.
Mempertahankan bentuk sebagai arena pertemuan seluruh warga masyarakat, untuk semua bisa hadir dan sama-sama menghibur diri. Sajian hiburan musik yang melepaskan kepenatan, menjauhkan kegalauan hati dan menyejukkan pikiran. SCJ memang bisa diibaratkan suplemen untuk menambah gairah hidup dan vitalitas!
Dan adalah jazz, sebagai ramuan dasarnya. Nah, jazz yang bagaimana? Jazz yang dijaga betul untuk jangan berjauhan dengan keberadaan Solo sebagai kota budaya, kota batik, kota yang ramah. Senantiasa diupayakan menjadi suatu alternatif musik hiburan. Jazz menghibur, kenapa tidak?
Salah satu upaya untuk mengemas jazz, yang seringkali dianggap musik yang rumit, berat dan tak mudah dicerna, menjadi musik yang bisa mudah ditangkap telinga dan dinikmati oleh hati semua orang. Ya, harus semua orang bisa mengapresiasi, tanpa terkecuali!
Perwujudannya, tergambar dari keberagaman musik yang dihidangkan, pada setiap tahun penyelenggaraannya. Itu pula yang juga terasa pada penyelenggaraan di tahun 2015 ini. Beragam, dengan tak melupakan keunikan dan kwalitas. Ini tanpak pada pilihan yang diundang untuk tampil memeriahkan SCJ 2015 ini.
Bengawan Symphony Orchestra misalnya. Ini orkestra, yang terdiri dari para musisi muda, siswa sekolah dan kursus musik di Solo dan sekitarnya. Bayangkan saja, sebuah orkestra anak-anak muda melakukan interpretasi terhadap jazz, I Know You Well Miss Clara. Grup ini datang dari kota Yogyakarta. Musik dasarnya progresive yang kental nuansa illustratif elektronik. Jazz nan progressive kreasi anak-anak muda Yogyakarta, yang telah disebarluaskan ke dunia internasional. Album mereka, Chapter-One, diedarkan ke seluruh dunia oleh label internasional yang bermarkas di kota New York, Moon June Records.
Lalu datang dari kota hujan, Bogor. Gadis belia, penyanyi dan bermain alat musik pula, Selma namanya. Ia akan berkolaborasi dengan Kyra. Sebuah Kolaborasi musisi generasi masa depan. Tentu saja, layak untuk dinikmati dong! Berikutnya ada pula nama yang relatif senior, Ivan Nestorman. Ivan, penyayi dan gitaris berdarah Nusa Tenggara Timur. Musiknya juga tak kalah uniknya. Apalagi Ivan juga berpengalaman bermain di banyak negara!
Kalau disebut nama Gugun Blues Shelter, rasanya sih siapa yang tak kenal dari trio blues masa kini ini.yang juga berpengalaman bermain di depan khalayak internasional, dengan tampil di pelbagai panggung musik dunia di berbagai negara.
Tidak hanya itu, nama yang datang dari Bandung apsti sudah bisa ditebak jalur keunikannya. Mereka adalah para pengamen jalanan, yang telah dibentuk dengan intens oleh alm. Harry Roesli. Sepeninggal ayahnya, yang adalah salah satu ikon penting musik kontemporer mbeling kita, kedua putra almarhum melanjutkan kepedulian sang ayah. Si kembar Lahami Roesli dan Layala Roesli meneruskan pembinaan atas kelompok yang bernama 57Kustik ini.
Selain 57Kustik yang akustikan itu, ada juga para musisi muda bertalenta, asal ibukota. Mereka menyuguhkan kreasi musik mereka, yang kental banget aroma progressive fusion. Dimana. jazz, blues, rock sampai metal menjadi bahan dasar ramuan bermusik mereka. Van Java namanya. Mereka tengah menyiapkan album rekamannya, setelah ikut meramaikan album kompilasi fenomenal, Indonesia Maharddhika.
Satu nama, juga perempuan belia. Multi talenta, dan kini berdomisili di Bali. Vickay namanya. Ia musisi multi instrumentalis yang pandai pula menyanyi. Wajahnya rupawan pula! Calon bintang masa depan potensial ini, sudah berani membawakan lagu karya sendiri. Iapun juga punya talenta sebaai pelukis! Album perdananya telah dirilis awal tahun ini, yang memperoleh respon positif di berbagai kota, terutama Jakarta dan Bandung. Janganlah menyesal, kalau luput menikmati penampilannya!
Ini 2 sahabat, begitu kesohor sebagai penyanyi dan penulis lagu ternama, terutama di era 1980-an. Tapi sampai sekarang sejatinya, nama mereka tetap saja eksis, sebagai bintang pujaan banyak kalangan penggemar musik, terutama jazz(y) dan pop. Ingat dong dengan 2-D? Yup, Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun. Dan publik Solo mudah-mudahan belum lupa, keduanya juga ikut meramaikan SCJ edisi pertama di 2009 silam.
Mereka sukacita untuk memenuhi undangan tampil kembali memeriahkan SCJ di tahun ini. Dimana kali ini, mereka akan didukung oleh kelompok jazz-fusion yang bolehlah disebut, nama baru muka lama. Publik penggemar musik jazz(y) harusnya sih akrab dengan nama Clorophyl. Mereka juga bak “tuan rumah” di ajang SCJ, karena nyaris saban tahun tampil. Nah Clorophyl itulah yang seolah ber-metamorfosa mejadi Sopana Sokya, begitu nama yang mereka pilih saat ini.
Pecas Ndahe! Bukan salah tulis kan? Pecah Ndase? Keusilan nama mereka sudah seperti menggambarkan “keusilan” karya kreatif mereka dalam bermusik. Kelompok muda berpenampilan seru ini, pastinya sudah dikenal akrab penggemar musik Solo. Mereka dengan “usil sekaligus nakal” melakukan re-interpretasi terhadap jazz, selain macam-macam musik lain. Tentulah diharapkan mereka akan lebih memanaskan pentas SCJ di tahun ini. Oho!
Tak hanya nama-nama itu saja, yang akan mengisi panggung utama SCJ 2015. Ada nama-nama muda lain, juga bibit-bibit berbakat, dan datang dari berbagai kota. Seroja dari Pekalongan, misalnya. Jazz, Clssica & Concerta dari Salatiga. Kyra Entertainment, Ebuzz, Starfive, dari kota Solo. Selain Jakarta Ska Foundation, dari ibukota. Mereka akan mengisi panggung Musik Asyik SCJ 2015.
Ya, teristimewa di tahun ini SCJ akan menyajikan 2 panggung. Untuk mempertebal unsur keberagaman jazz, yang “ditemani” unsur-unsur musik lain. Tetap saja dong, konsisten dengan niat dasar yang adalah, menyodorkan tontonan hiburan alternatif yang menyehatkan dan menyegarkan!
Marilah menyambut kembali Solo City Jzz di tahun 2015 ini. Yang akan diadakan pada 18 & 19 September di Taman Balekambang. Tetap diadakan oleh C-Pro Jakarta, yang adalah penggagas dan pembuat konsep festival ini. Dengan didukung oleh local-organizer, Mataya art&heritage, partner tetap sejak SCJ 2009.
“Monggo” ke Solo, liat jazz-nya Solo…. SOLO CITY JAZZ!
Salam Jazz!