News

Duaji & Guruji, Konser Para Maestro, John McLaughlin & The 4th Dimension, Dewa Budjana

Duaji & Guruji
Duaji & Guruji

I Dewa Gede Budjana, setelah berkarir sebagai pemain gitar lebih dari 30 tahun, ia mulai berpikir apa yang akan ia wariskan, bukan hanya kepada anak cucunya, tapi kepada dunia musik, setidaknya di Indonesia. Muncul gagasan untuk membuat museum gitar yang tidak hanya memeragakan gitar-gitar yang pernah ia gunakan, tapi juga berbagai gitar dengan cerita di belakangnya. Gagasan yang muncul karena kesadaran bahwa dirinyapun terinspirasi oleh gitaris hebat, baik orang Indonesia maupun gitaris hebat dari belahan dunia lainnya. Gitaris yang telah menandatangani gitar yang akan diperagakan di museum tersebut, diantaranya Mike Stern, Pat Metheny, Ebiet G. Ade, Steve Vai, Allan Holdsworth, Bill Frisell, Mike Lukather, Ludwig Lemans, Robby Krieger, Michael Landau, Eross Candra, Scott Henderson, Michael Angelo Batio, Aria Baron dan Guthrie Govan.

Museum Gitarku di Ubud, Bali, akan menjadi museum gitar pertama di Indonesia. Ada banyak gitar yang akan dipamerkan di sana. Diantara gitar yang dipamerkan, mendapat sentuhan seni dari jagoan senirupa Indonesia, seperti Nyoman Nuarta, Joko Pekik, Sunaryo, Srihadi Soeharsono, Agus Suwage, Erica Hestu Wahyuni, Teguh Ostenrikt, Midori Hirota, Nyoman Meja, Runi Palar, Nyoman Gunarsa, dan banyak lagi.

Dalam rangka melengkapi koleksi gitar tersebut, John McLaughlin, seorang legenda gitar dunia yang dikenal sebagai pelopor gitar jazz rock/fusion dunia hadir untuk melengkapi koleksi gitar di museum tersebut. John McLaughlin adalah orang tua dan guru yang dihormati dan terus akan menjadi inspirasi bagi seorang I Dewa Gede Budjana.

John McLaughlin sedang dalam tur Australia-Asia bersama grupnya John McLaughlin & the 4th Dimension yang baru meluncurkan album terbarunya “Black Light” bulan September 2015. Bersamanya akan tampil Gary Husband, Ranjit Barot, dan Etienne Mbappé. Tiga musisi yang disebut John McLaughlin sebagai musisi favoritnya. Penampilan John McLaughlin & the 4th Dimension pada tanggal 18 Oktober 2015 di Arma Ubud, Bali, merupakan bagian dari road to Museum Gitarku.

Baca:
Profil John McLaughlin

John McLaughlin & The 4th Dimension

Formasi awal grup ini adalah John McLaughlin (guitar), Gary Husband (keys), Mark Mondesir (drums), dan Hadrian Fereud (bass). Permainan formasi ini muncul di Official Pirate: The Best of the American Tour 2007. Pada tahun 2009, Etienne ‘Mbappé menggantikan Hadiran Fereud yang patah jari tangannya. Mereka meluncurkan album perdananya “To the One” pada tahun 2010. Disusul album “Now Here This” (2012) dimana drummer Ranjit Barot menggantikan posisi Mark Mondesir. Album John McLaughlin & the 4th Dimension yang ketiga adalah sebuah live recording, “The Boston Record” (2014).

Tur John McLaughlin & the 4th Dimension ke Australia-Asia dimulai dari tanggal 6 Oktober di Perth. Setelah berkeliling di empat kota di Australia, John McLaughlin & the 4th Dimension-nya akan tampil di Arma, Ubud, Bali, pada tanggal 18 Oktober, sebelum meneruskan tur ke kota-kota di Asia lainnya. Lebih menariknya, ini adalah tur pertama setelah mereka meluncurkan album keempat mereka, “Black Light”, yang mulai dapat dibeli pada tanggal 21 September Abstract Logix.

 

John McLaughlin & the 4th Dimension memang unik. Selain kehebatan permainan John McLaughlin yang tidak perlu dipertanyakan lagi, grup ini diperkuat oleh jagoan rhythm, selain Etienne ‘Mbappé dan Ranjit Barot, Gary Husband meski bermain keyboard, tapi ia seorang drummer hebat. Belum lagi, Etienne ‘Mbappé yang membawa rhythm musik tradisional Kamerun dan Ranjit Barot dengan rhythm musik tradisional India, band ini menyajikan musik unik dengan cara yang luar biasa. Sebuah jalinan musik yang terinspirasi dari warisan seni bermusik nenek moyang manusia di bumi, untuk menginspirasi dan diwariskan ke generasi berikutnya.

Penampilan John McLaughlin & the 4th Dimension akan didampingi oleh I Dewa Gede Budjana yang tampil bersama Sandy Winarta, Shadu Rasjidi, Saat, Martin Siahaan, dan Indra Lesmana menampilkan format album “Hasta Karma”. Sebuah penampilan cantik dari musik fusion dengan akar musik tradisi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker