Java Jazz FestivalNews

Richard Galliano Sang Inventor “New Musette”

Richard Galliano di Java Jazz Festival 2016 (photo : ajiewartono/wartajazz.com)
Richard Galliano di Java Jazz Festival 2016 (photo : ajiewartono/wartajazz.com)

“Seperti halnya aku menemukan new tango, adalah tergantung padamu untuk menemukan new musette,” begitu Richard Galliano menuturkan kembali pesan penganjur nuevo tango, Astor Piazzolla, yang memperkenalkan instrumen saksofon dan gitar listrik serta struktur melodi dan harmoni baru kepada tango tradisional sebagai revolusi konsep. Galliano yang sudah menganggap Piazzolla sebagai ayah ke dua dan sama-sama memikul citra folk instrumen prinsipalnya–masing-masing akordeon dan bandoneón–mengambil tanggung jawab yang sama atas inovasi lantai dansa bal-musette kafe-kafe Perancis seperti halnya Piazzolla merasa perlu menerapkan fugue ke musik jalanan Argentina.

Rekaman “New Musette” (Label Bleu, 1991) adalah yang spesifik mengangkat identitas sang inventor pada format kuartet akustik swing, chamber-jazz Eropa, ballad, dosis waltz dengan seri liuk siklik khas akordeon, temperamen musette, dan tentu saja tango sebagai tribute yang penting secara personal. Nomer signature “Waltz for Nicky” mendemonstrasikan peran gitar sebagai elemen solo, diametral antara Galliano dengan Philip Catherine. Di BNI Java Jazz Festival 2016 (JJF), pengisi asli gitar “New Musette” yang di waktu lain digantikan Biréli Lagrène atau Sylvain Luc itu membawa rekan sesama lingkar musisi Belgia, Philippe Aerts, pada bas. “Fou Rire” dari koleksi “New York Tango” (Dreyfus Records, 1997) yang berwarna optimis jadi tak kehilangan watak tango-nya saat sampai bagian unison tim kuat ini.

Richard Galliano dan Philip Chaterine di Java Jazz Festival 2016 (Photo : ajiewartono/wartajazz.com)
Richard Galliano dan Philip Chaterine di Java Jazz Festival 2016 (Photo : ajiewartono/wartajazz.com)

Dengan tantangan menjadikan akordeon orkestra tunggal, “Tango pour Claude” adalah bagian solo yang personal di tengah konser, kali ini untuk Claude Nougaro. Galliano yang pernah menjadi anggota band Nougaro selama beberapa tahun juga memilih lagi dedikasi untuk penyanyi-penulis-penyair itu pada “Des Voiliers” yang menutup panggung Brava Radio Hall C2 (06/03/’16). Permintaan encore pun dipenuhinya dengan chanson populer Serge Gainsbourg “La Javanaise” yang di tahun 60-an sukses menggambarkan Java sebagai slang maupun era melantai bal-musette.

***

Galliano bukan sekedar mengangkat derajat musik Paris abad 19 dari latar dansa dansi jadi artform, akordeon pun jadi punya tempat di jazz sebagaimana Toots Thielemans turut mereposisi harmonika dalam linimasa jazz selamanya. Pria kelahiran Cannes 1950 ini menyadari absennya akordeon di jazz saat mulai mengopi ide jazz Clifford Brown (terompet) di usia remaja. Tak cuma tafsir tunggal jazznya Amerika, ada tango Piazzolla, permainan oud multidimensional Anouar Brahem di 90-an, interpretasi klasik Bach dan Vivaldi berturut-turut 2010 dan 2013 lalu, yang kesemuanya berkelindan eklektik dalam jati diri musikal Galliano. Musisi yang mengaku dipengaruhi mendiang Johnny Meijer soal akordeon jazz ini memilih untuk buka jalan sendiri, bukan swing dipindahkan ke akordeon, justru musette yang dihadirkan ke jazz.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker