

Meleburkan eksotisme lembah bukit Parahyangan dengan pesona improvisasi musik jazz, maka anda akan mendapatkan citra musik seorang Tiwi Shakuhachi. Tidak banyak seorang pianis sekaligus vokalis, dan lebih langka lagi bila mencari seorang pemain akordion perempuan yang mampu menyanyi semenarik Tiwi.
Wanita kelahiran Bandung, 27 Maret 1978 ini merupakan Lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, dengan jurusan Musik Karawitan ini sebagian perjalanan seni dan bermusiknya kental dengan nuansa etnis. Selain itu, Tiwi juga lama berkiprah di panggung seni peran yang membuatnya akrab dengan banyak pekerja seni, terutama yang berkiprah di kota Bandung.
Pengalaman tersebut menjadikan Tiwi sering diminta untuk berkolaborasi dengan pelaku seni non musik, seperti halnya dengan W.S. Rendra ketika tampil di Jakarta International Java Jazz Festival 2008. Tiwi memang mampu menjadi musisi pendamping di suatu pertunjukan, dan di saat lain ia menjadi front liner di grupnya, dengan siapapun Tiwi bermain. Bila di Jakarta International Java Jazz Festival 2007, Tiwi bergabung dengan grup pimpinan musisi senior, Bambang Nugroho, di tahun berikutnya Tiwi memimpin grupnya berkolaborasi dengan Tineke Postma (peniup saksofon dari Belanda).
Daftar penampilan Tiwi Shakuhachi tentu lebih panjang lagi, tidak sebatas di ajang Jakarta International Java Jazz Festival. Selain tampil reguler di beberapa tempat di Jakarta, pengajar di Sekolah Musik Farabi ini juga pernah tampil di beberapa acara beraroma musik jazz. Permainan nada dan kord pianonya tidak rumit, dipadu dengan cara bernyanyi yang tak banyak meliuk, penampilan Tiwi menarik dan mudah dinikmati, bahkan buat orang yang awam jazz sekalipun.
Hingga sekarang ini, Tiwi tidak hanya mengakrabi musik jazz. Tiwi Shakuhachi masih kerap berkolaborasi dengan musisi tradisional, seperti grup angklung dari Bandung. Di tahun 2008, mereka berkesempatan tampil sekurangnya di dua negara Eropa, Belanda (di bulan Mei) dan Jerman (pada bulan Agustus).
Bagi seorang Tiwi Shakuhachi tidak cukup hanya berkesempatan tampil di ajang bergengsi di dalam dan luar negeri. Minat dan kesungguhannya bermusik membuatnya tetap terus belajar mengasah dan meningkatkan kemampuannya bermusik. Perempuan kelahiran Bandung (27 Maret 1978) ini juga menggali ilmu dengan salah satu empu jazz di Indonesia, Deviana Daudsjah. Sebuah album rekamanpun sedang mulai dijajaki produksinya bersama dengan sang guru. Tiwi Shakuhachi sedang berproses menghadirkan musik jazz yang meliuk bagai penari Pasundan.
Tiwi menjadi makin menonjol ketika bernyanyi sambil bermain akordion. Ia memang seorang front liner yang mampu menyita perhatian penontonnya, bukan sekedar karena berbeda. Beberapa penonton mengatakan, penampilan Tiwi eksotis ketika menyanyi sambil bermain akordion. Itu yang membuat penampilan Tiwi banyak diingat orang.