Gelaran Java Jazz Festival hari Minggu, sungguh tak kalah seru dibanding dua hari sebelumnya. Tepat rasanya bila energi para penonton dihabiskan di Hall A1. Pasalnya, Barasuara diberi kesempatan unjuk gigi lagi tahun ini, tetapi dengan nuansa yang berbeda. Dipasangkan dengan Ron King Horn Section, warna Barasuara terdengar lebih unik dan harmonis. Band yang digawangi Iga Massardi ini pernah tampil di Java Jazz Festival 2016 dengan mengusung tema ‘saling bertukar kostum’, sementara tahun ini mereka kompak mengenakan kostum bernuansa hitam-putih.
Mereka membuka penampilannya dengan memainkan lagu “Nyala Suara”, disusul “Samara” dan “Menunggang Badai” sebagai penghidup energi di panggung. Tak lupa, aransemen Ron King Horn Section pun mulai dihadirkan pada lagu kedua dan seterusnya. Ron membubuhkan komposisi trumpet, saksofon, trombon, dan picolo pada beberapa lagu yang dibawakan Barasuara.
Selain kostum dan kolaborasi apik, aksi beberapa personel Barasuara juga terbilang atraktif: Gerald—bassist Barasuara—dengan kaus bertuliskan LINCAH, terlihat andal memainkan bass sembari sesekali melompat tinggi. Asteriska—salah satu vokalis—juga membawa properti kecil untuk menemani tarian ajaibnya di sela-sela intro lagu.
Sore itu, Barasuara menghadirkan sebuah kejutan, yakni menyuguhkan dua lagu baru yang belum pernah mereka bawakan di panggung-panggung sebelumnya: “Masa Mesias Mesias” dan “Tentukan Arah”. Iga menuturkan bahwa ia dan teman-teman telah menyiapkan lagu “Masa Mesias Mesias” sekitar dua bulan sebelum perhelatan Java Jazz Festival digelar. Lagu ini bernuansa agak ketimurtengahan, tetapi tetap dalam petikan khas Barasuara: magis dan penuh makna. Meski Iga tidak bercerita tentang isi lagu tersebut, “Masa Mesias Mesias” setipe dengan “Hagia” dan “Taifun”: unik, tak tertebak.
Iga Massardi—sosok yang menginisiasi terbentuknya Barasuara sejak 2012—bersama Puti Chitara (vokal), TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang (Bass), Marco Steffiano (drum), dan Asteriska (vokal), memang tak pernah mengecewakan penontonnya. Setiap mereka tampil, ada saja ‘napas baru’ yang disajikan. Selain “Masa Mesias Mesias”, lagu “Tentukan Arah” yang mereka bawakan secara medley dengan “Sendu Melagu”, kali itu diaransemen menjadi komposisi yang lebih syahdu di awal-awal lagu, tidak up-beat, dan terasa sangat kawin dengan sentuhan para solois horn Ron King.
Bagi pendengar musik indie Indonesia, nama Iga Massardi pastilah sudah tak asing lagi. Gitaris yang sebelumnya tergabung dalam The Trees and The Wild, Tika & The Dissidents, dan Soulvibe ini juga sering merangkap sebagai gitaris pengiring penyanyi pop ternama, Raisa Andriana.
Meski ia banyak bergabung sebagai pemusik dalam kelompok band indie, kemampuannya menulis lirik juga tak perlu diragukan. Terbukti dalam album perdananya—Taifun—yang lirik-liriknya tidak lagi pada ‘level membicarakan cinta’, tetapi justru menyoal dasar-dasar hidup; problematika dalam pikiran-pikiran manusia; serta ‘mars’ penumbuh bara dalam setiap ketidak-karuan yang sering dihadapi banyak orang. Seperti yang tertuang dalam lagu penutup mereka, “Api dan Lentera”, lirik “lepaskan rantai yang membelenggu, nyalakan api dan lenteramu”, ditambah lengkingan trompet Ron, cukup membuat atmosfer sekitar benar-benar ‘menyala’. Tak dapat dimungkiri, paduan Iga dkk. dan Ron King Horn Section sore itu memang berhasil menciptakan sebuah energi baru.