FestivalNewsNgayogjazz

Ngayogjazz Berduka. Setelah Itu Bagaimana?

Logo Ngayogjazz dokumentasi penyelenggara. Foto Djaduk Ferianto oleh Tj Singo

Saat Ngayogjazz 2019 akan terlaksana dalam hitungan hari, penyelenggara berduka. Bagai mendapat petir di siang bolong, salah satu pencetusnya, Djaduk Ferianto, meninggalkan alam fana menuju ke keabadian. Semuanya tidak siap menerima kenyataan. Semuanya tak percaya atas kepergiannya yang begitu tiba-tiba. Beberapa rekannya mengeluarkan sumpah serapah di hadapan jenazahnya. Sumpah serapah khas Yogyakarta tanpa menyakitkan hati namun lebih karena menyayangkan kepergiannya yang begitu cepat.

Di akun sosial media Instagram milik Agus Noor, pemilik akun membagikan cerita bagaimana dia mendapatkan kabar duka dari Butet Kartaredjasa lewat aplikasi Whatsapp. “Uasuuu og, yang jantungnya kepatil saya, koq yang mati Djaduk.” Agus Noor melanjutkan: “Saya tahu, dengan gaya candanya itu Butet sedang berusaha ikhlas dan tabah atas duka yang menyesaki dadanya. Saya berdoa untuk Djaduk, juga keluarganya. Tuhan tahu apa yang terbaik buat kita.”

Purwanto dan Danny Eriawan, rekan almarhum di Kua Etnika, menceritakan mereka mengucapkan sumpah serapah di depan jenazah Djaduk. Ketika ditanya mengapa melakukan itu, dia menjawab: “dia terlalu cepat pergi. Kami sedang menyusun banyak rencana tapi malah dia tinggalkan kami.” Sumpah serapah apa yang diucapkannya? “Asuog, kowe malah ujug-ujug tindak.” (Sialan, kamu malah tiba-tiba meninggalkan kami, red). Ungkapan ini  bukanlah hal yang keterlaluan tapi lebih sebagai ungkapan keakraban yang biasa terjadi di antara mereka. Intinya adalah mereka menyayangi Djaduk tapi dia terlalu cepat pergi. Atau jika mengambil judul lagu, “Gone Too Soon” milik Michael Jackson dari album Dangerous (1991) adalah ungkapan yang tepat.

Hampir semua pelayat yang kenal baik dengan almarhum berpendapat sama. Novindra Diratara yang akrab dipanggil Vindra juga menunjukkan kesedihannya. Dia yang biasanya terlihat tegar, siang itu tak bisa menyembunyikan kegalauannya. Apalagi, kepergian Djaduk terjadi hanya beberapa hari sebelum perhelatan tahunan ini terlaksana sehingga tidak mungkin acara ini dibatalkan. Selain Vindra, Ahmad Noor Arief, Aji Wartono, Bambang Paningron, Hatta Kawa dan Hendy Setiawan yang merupakan board of event creative juga terlihat sedih. Namun, mereka memastikan bahwa acara Ngayogjazz tetap harus berlangsung.

Begitu dekatnya jarak pelaksanaan acara dengan peristiwa kehilangan salah satu pendirinya tentu tak bisa membatalkan acara. Persiapan di lapangan sudah dijalankan dan sudah matang. Seluruh pengisi acara sudah siap berangkat. Tiket tak mungkin dibatalkan. Ongkos kerugian yang ditanggung terlalu besar jika ini terjadi. Tapi bagaimana dengan pelaksanaan di tahun-tahun selanjutnya?

Pertanyaan ini wajar muncul mengingat Djaduk punya peran yang sangat penting dalam pelaksanaan Ngayogjazz sejak awal. Jamak terjadi ketika salah satu pencetus dan sekaligus orang yang memiliki peran penting dalam sebuah organisasi tak lagi ada, organisasi tersebut berubah secara ekstrim atau kemungkinan terburuk bubar. Akankah ini terjadi pada Ngayogjazz?

Silir Pujiwati, vokalis Orkes Keroncong Sinten Remen sekaligus Kua Etnika yang telah bekerja sama dengan Djaduk selama dua puluh tahun memberi gambaran tentang seorang Djaduk Ferianto. Baginya, Djaduk adalah seorang kawan, pimpinan sekaligus bapak. Djaduk orang yang selalu memberi dukungan bagi karir Silir. Kepemimpinannya di kedua grup yang diikuti Silir bisa memberi gambaran bagaimana Djaduk menjadi seorang leader, bukan boss. Dengan sifat kebapakan Djaduk membimbing anggotanya untuk berkreasi. Djaduk memberi ruang yang luas untuk seluruh anggota band agar bisa berkarya dan tidak terpusat pada dirinya.

Karya-karya yang dihasilkan Sinten Remen dan Kua Etnika selama ini tak hanya merupakan kreasi Djaduk tapi kreasi bersama. Semua anggota band dipersilahkan menciptakan lagu atau komposisi. Kedua grup ini sudah memiliki pola yang jelas sehingga setiap anggota sudah tahu kemana arah grup ini melangkah. Bagi Silir, sifat Djaduk yang egaliter membuat grup mereka bisa bertahan. Djaduk juga orang yang supportif, bersedia memberi dukungan.

Dicontohkan oleh Silir bagaimana Djaduk memberi dukungan padanya untuk membuat album solo di tahun 2009. Djaduk bersedia membiayai seluruh ongkos produksi tanpa memperhitungan untung rugi penjualan album tersebut. Tak heran jika Silir merasa sangat kehilangan seorang Djaduk. Sepanjang hari di tempat jenazah disemayamkan sampai di tempat peristirahatan terakhir, Silir tak dapat menyembunyikan rasa duka mendalam. Matanya merah karena tangis yang tak henti.

Yang terjadi pada Silir terjadi juga pada rekan-rekan Djaduk di board Ngayogjazz. Mereka memiliki bidang kerja masing-masing yang saling melengkapi dan membantu. Djaduk yang memiliki kedekatan psikologis dan profesional dengan banyak musisi adalah keuntungan tersendiri saat mencari musisi untuk menjadi penampil di Ngayogjazz. Tapi, peran Djaduk bukanlah peran harga mati. Kedekatan dengan musisi telah terbangun oleh anggota board yang lain.

Itulah pendapat yang disampaikan Syaharani seusai acara pemakaman. Baginya, Ngayogjazz dipastikan bisa jalan terus meskipun Djaduk tak lagi bersama. Syaharani menambahkan Ngayogjazz adalah tim yang solid. Dia meyakini bahwa Djaduk telah meletakkan fondasi yang kuat pada tim sehingga sistem yang dibangun bisa berjalan dengan baik. Faktor teknis semacam ini ditambah dengan semangat tim yang tak putus untuk bisa jalan terus juga menjadi spirit yang ditanamkan Djaduk pada rekan-rekannya. Sifat egaliter Djaduk untuk tidak menjadi faktor sentral dalam organisasi Ngayogjazz telah bisa dipanen sebagai buah yang laku dijual dipasar dan siap menjadi santapan yang bervitamin untuk Ngayogjazz berikutnya.

Kesedihan dan kehilangan terjadi. Namun, langkah ke depan untuk tetap mempertahankan Ngayogjazz sebagai salah satu festival jazz yang diperhitungkan dan penghormatan kepada salah satu pencetusnya akan terus berjalan. Apapun yang terjadi, the show must go on! (Tj Singo/WartaJazz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker