News
Korelasi Jazz dengan Gerakan Black Lives Matter? (Bagian pertama)
Korelasi Jazz dengan Gerakan Black Lives Matter?

Apakah Ada Korelasinya Musik Jazz dengan Gerakan Black Lives Matter?
Sebaiknya kita terlebih dahulu mengupas asal mula timbulnya gerakan aktivis ini.
Bermula sejak tahun 2013, dengan menggunakan tagar #BlackLivesMatter di media sosial setelah George Zimmerman, pelaku penembakan Travyon Martin, seorang pemuda berkulit hitam pada Februari 2012.
Black Lives Matter menjadi gerakan yang dikenal secara nasional setelah demontrasi yang mereka lakukan selepas dua kematian warga kulit hitam Amerika Serikat lainnya: Michael Brown (menyebabkan demontrasi dan kerusuhan di Ferguson) serta Erik Garner di New York.
Sejak protes di Ferguson, anggota gerakan ini telah melakukan demontrasi memprotes kematian sejumlah warga kulit hitam oleh polisi maupun ketika ditahan polisi.
Pemrakarsa tagar dan penggerak Black Lives Matter: Alicia Garza, Patrisse Cullors, dan Opal Tometi, mengembangkan gerakan ini menjadi sebuah jaringan nasional dengan lebih dari 30 cabang antara 2014 hingga 2016. Namun gerakan ini secara keseluruhan adalah jaringan yang tersebar tanpa struktur resmi.
Dilansir dari BBC, Black Lives Matter dimulai oleh seorang aktivis di California bernama Alicia Garza yang menulis sebuah postingan di Facebook yang menyatakan; “Black people, I love you. I love us” tulisnya. “Our lives matter””.
Ia geram akan perilaku George Zimmerman, yang bukanlah seorang petugas polisi, melainkan relawan untuk skema pengawasan lingkungan penduduk setempat yang dibebaskan dari tuduhan pembunuhan seorang remaja kulit hitam bernama Trayvon Martin.
Unggahan Gatza kemudian diunggah ulang oleh Patrisse Cullors, diikuti dengan tagar #BlackLivesMatter yang dengan cepat menyebar dan pada akhirnya tagar itu selalu digunakan ketika ada kasus rasisme atau ketidakadilan terhadap warga kulit hitam.
Garza, Cullors, dan seorang wanita kulit hitam lainnya, Opel Tometi, kemudian memprakarsai pembentukan Black Lives Matter (BLM) sebuah gerakan yang fokus pada rasisme anti Afrika-Amerika di AS.
Gerakan damai BLM tidak lantas selalu mendapatkan dukungan. Pada tahun 2006 lalu, sebuah tragedi berdarah terjadi, seorang pemuda berkulit hitam, Micah Johnson 25 tahun melakukan penembakan yang menewaskan 5 polisi Dallas, mencederai 7 petugas lainnya, serta melukai pengunjuk rasa.
Mantan Walikota New York, Rudy Giuliani sempat menyatakan bahwa gerakan BLM secara inheren rasis, karena menurutnya semua hal tersebut justru memecah belah dan menyatakan bahwa semua penting, baik nyawa orang kulit putih maupun kulit hitam, dan semua kehidupan
Barack Obama yang saat itu menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat membela gerakan tersebut dengan menyatakan bahwa BLM adalah pergerakan yang memperjuangkan hak manusia untuk hidup sederajat.
“Ini bukan soal kita membandingkan nilai dari nyawa (manusia)” kata Obama, seperti dikutip dari BBC.