News

Alex Bugnon

Pianis jazz Alex Bugnon (baca: Alex Bunyon) telah menjadi kekuatan yang produktif dan energik di kancah musik kontemporer selama lebih dari dua dekade.

Seorang musisi, komposer, pemimpin band terkenal, Bugnon menarik perhatian. Ia dilahirkan 10 Oktober 1958 dari kota indah Montreux, Swiss, sebuah kota yang telah menjadi identik dengan festival jazz tahunan yang terkenal di dunia.

Dari beberapa nama pemusik jazz memainkan peranan penting dalam keputusannya mengejar karier musik, seperti halnya persahabatan awalnya dengan Herbie Hancock. Fakta bahwa pamannya adalah musisi jazz Donald Byrd yang legendaris yang lebih memperkuat keputusannya menjadi seorang musisi jazz.

Bugnon meninggalkan Montreux untuk melanjutkan pelatihannya di konservatori musik di Paris sebelum mendarat di Boston untuk lebih mengasah keterampilannya di Berklee College of Music.

Di Amerika Serikat paparannya terhadap keberagaman gaya musik dari R&B hingga gospel dan funk, mulai membentuk dan memengaruhi suara pribadinya.

Dia melakukan tur ke Selatan bermain dengan Gospel Leviticus dan setelah lulus dari Berklee, Bugnon memiliki kesempatan untuk bermain di band-band yang mendukung penyanyi hebat seperti Patti Austin, James Ingram, Melba Moore, Freddie Jackson dan Keith Sweat.

Disela-sela pertunjukkan dia menyetir taksi dan mengajar bahasa Prancis di Berlitz School sebagai sarana untuk mendukung karier musiknya. Tetapi pertemuannya dengan pemain saksofon Najee yang pada akhirnya akan mengubah keadaan baginya. Ia kemudian menanda-tangani kontrak dengan Orpheus Records.

Album pertama, “Love Season” (1989) dengan lebel rekaman yang masih baru, melambungkan namanya menjadi dikenal luas serta menempatkannya di jalur musiknya. Album ini meroket di nomor 2 di tangga lagu R&B dan dinominasikan untuk album jazz terbaik di Soul Train Awards.

Pada tahun 1991, Bugnon merilis album keduanya, “Head Over Heels” dan seperti yang pertama, album inipun menempati puncak tangga lagu yang memperkuat posisinya dan membuatnya mendapatkan penghargaan Black Radio Exclusive, “Best New Artist Award”.

Bukan kebetulan bahwa Bugnon dipeluk oleh penonton, setelah semua kecintaannya pada musik berakar pada apresiasi dan pemahaman tentang jazz klasik dan artis soul-based dari Memphis Slim dan Bill Evans, hingga Herbie Hancock, Thelonious Monk, Art Blakey, Earth Wind & Fire.

Pada tahun 1991, Alex Bugnon berpisah dengan Orpheus Records dan menanda-tangani kontrak dengan Epic Records untuk merekam album ketiganya yang memenangkan penghargaan, “107 Degrees in the Shade” (1991) di mana ia menerima Soul Train Award lainnya, hanya kalah dengan Quincy Jones di album, “Black on the Block”.

Bugnon merilis satu album lagi di bawah lebel Epic, “This Time Around” (1993) dengan penjualan terbaik, sebelum bersepakat melakukan kontrak dengan RCA untuk merilis albumnya, “Tales from the Bright Side” (1995) yang mendapat pujian kritis.

Saat melinium baru dimulai, Alex Bugnon juga memulai yang baru. Dia mendapat kontrak dengan Narada/EMI Records. Dia memproduseri album pertama dari empat album untuk lebel tersebut, “As Promised” (2000), diikuti oleh: “Soul Purpose” (2001), “Southern Living” (2003), dan “Free” (2005), tiga CD berikutnya dirilis di bawah lebelnya sendiri Xela Records, dan satu lagi, “The Best Of” dikeluarkan oleh lebel Mosaic milik Michael Curcuna.

Selama hampir tiga dekade, Alex Bugnon telah membangun basis penggemar yang kuat dan setia di seluruh negeri dan dunia. Jadwal turnya tidak pernah berkurang, bahkan mengalahkan rekor penampilan hebat Dizzy Gillispie di Blues Alley, Washington. DC.

Tahun lalu menandai penampilan dia yang ke-20 tahun berturut-turut di venue legendaris itu. Bugnon membuat titik tidak pernah melewatkan latihan bermaim piano atau menulis. Jika tidak menulis, dia mendengarkan artis favoritnya dan pengaruh terbesarnya: Herbie Hancock, McCoy Tyner, Ref Garland, Ahmad Jamal, Kenny Kirkland, Mulgrew Miller, Wynton Kelly, Joe Sample, George Duke dan Keith Jarrett.

Ahmad Jailani

Menyukai jazz sejak masih di SMP. Wiraswastawan yang mulai membentuk komunitas Balikpapan Jazz Lovers pada 2008 ini juga kerap menulis artikel jazz di koran-koran lokal di Balikpapan dan sejak 2009 rutin menulis tentang jazz di akun facebook.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker