BooksNewsReview

Buku To Be Or Not … To Bop (2009)

Sudah baca buku “To Be Or Not … To Bop” (2009)? Yang ditulis oleh Dizzy Gillespie, virtuoso jazz trompet Amerika, pemimpin band, penyanyi, dan komposer, merupakan salah satu pelopor gerakan bebop

Buku yang berisi tentang potret kehidupan hitam di masa itu, dan di luar dunia jazz yang tertutup, dan salah satu gambaran unik tentang dunia jazz oleh pelopor bebop yang paling flamboyan, juga sangat akurat secara historis.

Buku yang memberikan gambaran yang sangat positif tentang Dizzy Gillespie (1917-1993), seorang legenda jazz. Dia orang yang sangat cerdas dan bijaksana. Gillespie memberikan pemahaman tentang dunia bebop yang memainkan peranan penting dalam sejarah perkembangan jazz.

Bebop atau sering juga disebut bop merupakan gaya jazz yang dikembangkan pada awal hingga pertengahan 1940-an, menampilkan komposisi yang dicirikan oleh tempo yang cepat, progresi akord yang kompleks dengan dengan perubahan akord yang cepat dan banyak perubahan kunci, keahlian instrumental, dan improvisasi berdasarkan kombinasi struktur harmonik, penggunaan tangga nada dan referensi melodi sesekali.

Bebop berkembang saat generasi muda musisi jazz memperluas kemungkinan kreatif jazz di luar gaya swing yang populer dan berorientasi pada tarian. Sedang bebop tidak dimaksudkan untuk musik tarian, itu memungkinkan para musisi bebop bermain dengan tempo yang lebih cepat. Musisi bebop mengeksplorasi harmoni tingkat lanjut.

Istilah bebop sendiri berasal dari suku kata yang tidak masuk akal (vocables) yang digunakan dalam nyanyian scat, contoh pertama yang diketahui dari bebop digunakan dalam “Four or Five Times” milik McKinney’s Cotton Pickers, yang direkam pada tahun 1928. Itu muncul lagi dalam rekaman tahun 1938 di “I’se a Muggin” oleh Jack Teagarden, dan sebuah variasi re-bop muncul dalam rekaman tahun 1939.

Thelonious Monk, mengklaim bahwa judul asli “Bip Bop” untuk komposisinya, itulah asal usul nama bebop.

Tetapi beberapa peneliti berspekulasi bahwa itu adalah istilah yang digunakan oleh Charlie Christian karena terdengar seperti sesuatu yang dia nyanyikan bersama dengan permainannya.

Dizzy Gillespie menyatakan bahwa penonton-lah yang menciptakan nama itu, setelah mendengar Gillespie menyebarkan sebuah komposisi tanpa judul kepada para pemainnya dan akhirnya pers pun mengutip-nya.

Ahmad Jailani

Menyukai jazz sejak masih di SMP. Wiraswastawan yang mulai membentuk komunitas Balikpapan Jazz Lovers pada 2008 ini juga kerap menulis artikel jazz di koran-koran lokal di Balikpapan dan sejak 2009 rutin menulis tentang jazz di akun facebook.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Perlu bantuan?

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker