FestivalNews

World Music Festival @Taiwan 2023 “Our World” puaskan dahaga pecinta musik Taipei

Sejumlah signage tergantung di tiang-tiang besi melambai tertiup angin dari tepi jalan hingga area akses masuk menuju gedung Taipei Music Centre terbelah menjadi dua. Disisi sebelah kiri dan kanan terdapat booth stand yang menjual dan memamerkan berbagai macam hal. Pada bagian kanan depan terdapat booth panitia yang menjual tiket serta menyajikan informasi buku program World Music Festival @Taiwan 2023.

Diarea tengah terdapat tulisan WMF @2023 dan dibelakangnya sejumlah orang berkumpul untuk sebuah street performance yang berganti-ganti penampilannya sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan panitia. Saat kami bergegas kearea tersebut seorang pemuda nampak menampilkan atraksi menaiki susunan kursi dan ia tampak berdiri ‘handstand’ atau menggunakan kedua tangan sambil menjaga keseimbangan.

Tepat pada pukul satu tampil Sun Son Percussion Ensemble membuka sesi “Our World” pada hari ketiga WMF@2023 digelar. Dipanggung Earth Stage selanjutnya ada grup rock yang merupakan buruh migran Indonesia yang bekerja di Taiwan bernama Southern Riot. Bukan sebuah kebetulan malam harinya kami sempat menyimak wawancara kelompok ini di Channel TV lokal Taiwan Plus. Mereka meneriakkan kegelisahan akan nasib buruh migran lewat karya mereka.

Kami lantas bergegas menuju lantai dua di panggung Chillin Stage dimana Duo DJ tampil dengan pemandangan senyap, karena semua orang menggunakan ‘Headphone’ dan hampir-hampir tak ada suara kecuali kepala yang bergerak bergoyang mengikuti irama lagu yang dimaikan ANKR dalam tema program Silent Disco.

Pertunjukan berlanjut dengan penampilan Ida Elina, seorang musisi asal Finlandia yang menyebut dirinya artis Pop Kantele, alat musik dawai Baltik. Penampilannya yang energik dan menarik terbukti membuat penonton nampak berdiri mengantri lumayan panjang untuk mendapatkan autograph atau tandatangan usia penampilannya.

Pertunjukan berlanjut dengan penampilan Reality Punch Percussion, Harusame di panggung Earth. Sementara Labaga Taru, dan Leaf’s Fantasy World tampil di Chillin Stage. Kami mendapatkan info kalau konser Pipo Romero asal Spanyol di Frameless Stage disesaki penonton sehingga banyak yang tidak bisa masuk, Namun hari ketiga WMF@2023 ini bisa dikatakan milik ADG7 asal Korea yang berhasil menghipnotis penonton untuk berdiri, bergoyang dan mengikuti instruksi para 3 penyanyi perempuan yang memikat. Personil ADG7 mengajari beberapa bahasa Korea dan audiens nampak antusias.

Tak mengherankan karena ADG7 sudah pernah tampil di ajang World Music Expo (WOMEX) 2019 dan program resmi Festival Musik Global 2020, serta akan tampil di Atlantic Tour Concert pada pertengahan 2020-2021.

Hitoto Yo, Sangpuy, dan Tzu-lung Hung, Photo 2023 World Music Festival @Taiwan

Hari ketiga WMF@2023 ditutup dengan kolaborasi pertama antara sensasi J-pop Taiwan-Jepang, Hitoto Yo, vokalis suku asli Taiwan, Sangpuy, dan pemain aransemen generasi baru, Tzu-lung Hung. Mereka melangkah di luar batasan-batasan tradisional dan menggabungkan budaya dan estetika yang berbeda dalam menciptakan karya musik yang brilian.

***

Hari keempat yang juga merupakan hari terakhir WMF@2023 tak kalah seru. Dibuka dengan penampilan perkusif PAPI BUCKET yang padukan juggling dan interaksi penonton. Dengan konsep permainan, ia mengajak semua orang untuk terlibat.

Berlanjut dengan Pighead Newskin Taiwan wave menghadirkan Hokkien Hip-Hop dan Rock yang dipimpin oleh Jutoupi (Chu Yueh-hsin) yang meraih ketenaran pada tahun 1990-an dan merupakan bagian dari gelombang popularitas musik Hokkien Taiwan. Uniknya ia memimpin sebuah band jazz dalam menginterpretasikan ulang klasik-klasik musik Hokkien Taiwan dan berkolaborasi dengan musisi generasi baru, memulai gerakan baru musik Hokkien Taiwan untuk World Music Festival.

Penampilan Ohelen dari Korea, Photo 2023 World Music Festival @Taiwan

Usai penampilan kelompok ini saya bergegas ke Frameless Stage dan menyaksikan penampilan spesial Ohelen, penyanyi perempuan asal Korea membuat penontonnya berhalusinasi ditammbah karya gambarnya  yang menarik ditampilkan sebagai background layar LED besar. Musiknya mencakup unsur-unsur dari berbagai gaya, termasuk pop, folk, blues, dan avant-garde. Ia menyajikan pertunjukan audio-visual dengan konsep yang bisa dikatakan mencuri perhatian pada hari terakhir ini.

Tak hanya itu, hari terakhir WMF@2023 juga menghadirkan Joanna Wang adalah seorang penyanyi-penulis lagu yang lagunya menggabungkan berbagai genre, mulai dari pop klasik, rock, punk, musik latar permainan video, jazz, musik barok, hingga folk. Tema-temanya mencakup kedekatan masa kecil, humor, dan sikap skeptis. Kami tak dapat berlama-lama menyaksikan penampilannya lantaran masih ada jadwal wawancara bersama Balaklava Blues dan Ida Elina.

Balaklava Blues Photo 2023 World Music Festival @Taiwan

Penampilan berikutnya Balaklava Blues yang terdiri dari Mark Marczyk (violin dan bass drum) dan Marichka Marczyk (keyboard & bass drum), Oscar (percussion & drums) tampil memukau dengan menggabungkan polifoni Ukraina dan tradisi folk lainnya ditambah EDM, trap, dub step, dan lebih banyak lagi sebagai basis suara yang terdengar menggelegar. Ada semangat perlawanan, perjuangan dan suka-cita yang luar biasa dari lirik dan musik yang mereka sajikan dalam lagu ‘Night Vision’, ‘Broken’, ‘Shelter our Sky’ hingga
‘Let me Out’.

WartaJazz berkesempatan mewawancarai usai penampilan Ohelen sebelum ia bersiap tampil dengan musisi Leaf Yeh, seorang musisi Taiwan yang vokalnya, baik dalam bahasa Mandarin maupun Hakka, memikat pendengar dengan sebelas nomor diantaranya ‘ Save if for the Rainy Day’, ‘Smiles after Tears’, 鴨子 (The Duck) dan  花樹下 (Under the bloom tree). Omong-omong soal penampilan duet mereka, seperti merasakan masakan fusion, keduanya  menggabungkan keunggulan masing-masing dan memberikan penonton kosakata baru dalam percampuran musik mereka yang mencakup bahasa Korea, Mandarin, Hakka, dan Inggris.

***

World Music Festival @Taiwan 2023 dapat dikatakan sebagai etalase musik dari Taiwan yang menghadirkan menu lengkap. Menghargai dan menjaga tradisi sambil membuka peluang terjadinya kolaborasi dengan budaya lain termasuk modernitas tanpa harus menjadi canggung.

Festival yang juga ramah difabel ini selain memanjakan telinga dan mata, juga menyediakan cukup beragam sajian kuliner dengan satu outlet makanan halal. Barangkali jika ada saran yang pantas diberikan kepada panitia adalah lebih banyak lagi kuliner jalanan di festival tahun depan, karena kuliner dan musik adalah paduan yang sempurna!.

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker