FestivalOpini Jazz

Kurasi Bandung World Jazz Festival 2009

Tidaklah berlebihan apabila saat ini jazz dikatakan sebagai aliran musik global, cukup flexible terhadap banyak situasi dan adaptif terhadap kemungkinan bunyi yang ada untuk bisa masuk kedalam lingkaran arus harmoni musik jazz. Jazz mengalami perjalanan secara organis dari Amerika ke berbagai belahan dunia, melalui mekanisme imigrasi dan emigrasi pula jazz mengalami pertukaran budaya melalui berbagai hal.

Amerika menjadi tempat kelahiran aliran musik tersebut, akhir-akhir ini di dunia jazz ada pendapat atau klaim yang agak aksiomatis yaitu bahwa jazz saat ini tidak bertanah air. Seandainya jazz adalah manusia maka dia telah menjadi stateless dan bukan lagi merupakan bagian dari sepotong sejarah. Dengan demikian jazz bukan lagi menjadi milik bangsa amerika. Amerika adalah hanya merupakan tempat lahir saja dimana selanjutnya jazz menjadi dinamis, saat ini tanah air jazz ada dimana-mana. Hal ini akan terus berlanjut karena musik terus mengalami revolusi dan evolusi.

Akan tetapi sebagai sebuah kenyataan sejarah dari perut jazz telah lahir aliran-aliran seperti: Rag time, tahun 1890-1915 dimana tahun-tahun tersebut merupakan jaman keemasan awal jazz lahir dengan birama 2/4 sebagai penanda musikalnya dan Scot Joplin menjadi orang paling penting untuk aliran ini. Berikutnya adalah Blues dimana vokal menjadi dominan karena ini awalnya merupakan afrikan folk music tahun 1890 awal kelahirannya dan mengkristal pada tahun 1910, bentuk yang paling terkenal adalah Memphis Blues pada tahun 1912, St Louis Blues 1914. Yang paling fenomenal adalah ketika album Besiie Smith terjual 1 juta copy. New Orleans Style lahir antara tahun 1900 hingga tahun 1917 disini terkenal dengan gaya dixiland, dengan musisi Ferdinand Jelly Roll Morton, Joseph king Oliver dll.

Swing merupakan perkembangan bentuk jazz berikutnya sekitar tahun 1920an masa keemasan aliran ini antara tahun 1935-1945. Dengan tokohnya Duke Ellington, Count Bassie, Benny Godman dengan sebutan The King of Swing. Be-bop merupakan perkembangan dari aliran jazz berikutnya, bebop merupakan bentuk pemberontakan kreatifitas pada improvisasi, penulisan aransemen dari bentuk swing. Bebop merupakan gaya yang sangat kompleks dari aliran sebelumnya dengan Charlie Parker sebagai tokoh utamanya. Pada tahun 1950 jazz mengalami banyak inovasi Coll Jazz adalah bentuk nyata dari inovasi tersebut, cool jazz merupakan lawan dari bentuk jazz sebelumnya. Laster Young, dan Stand Getz, Milles Davis, merupakan tokoh pada jaman ini.

Tahun 1960an muncul aliran free jazz dengan tokohnya yang paling terkenal yaitu Ornette Coleman dan John Coltrane. Free jazz banyak mengusung kebebasan gaya kompositoris dimana bentuk komposisi tidak terikat pada pakem jazz sebelumnya juga dalam hal improvisasi aliran ini banyak mengetengahkan improvisasi yang keluar dari kaidah baku improve. Jazz Rock barangkali merupakan aliran terakhir yang masuk kedalam jazz unsur hentakan musik rock dipadu dengan improvisasi jazz menjadi bagian paling dinamis pada gaya ini. Harbie Hancock, Miles Davies, Chick Corea, Joe Zawinul, Wayne Shorter merupakan orang yang paling giat mempopulerkan aliran ini. Jazz sebagai sebuah aliran ataupun gaya musikal telah pula mengalami sinkretisme dengan musik kontemporer, musik abad XX seperti tampak nyata pada karya-karya komponis besar seperti Stravinsky, Bella Bartok, Edgar Varese, Piere Boulez dll
New World

Kurang lebih 2 abad yang lampau ketika seperangkat gamelan jawa di bawa ke perancis untuk sebuah expo, Debusy menyaksikan dengan seksama bagaimana gamelan itu dimainkan. Dia begitu terperangah dan kagum akan kekayaan harmoni dari gamelan tersebut, Debusy berpendapat, inilah musik sebenarnya, musik yang ia idam-idamkan harmony yang ia cita-citakan. Itulah musik sebuah dunia yang penuh misteri, kekaguman debusy tersebut paling tidak membuka cakrawala baru bagaimana musik (gamelan) tersebut telah memberikan pencerahan baru bagi dunia penciptaan musik di eropah. Cikal bakal bahwa dunia makin tak berbatas sebenarnya sudah dirasakan oleh Debusy, artinya ketika dia melihat gamelan dimainkan dia merasakan katarsis yang lain. Dia merasa ada di wilayah itu, gamelan menjadi wakil pikiran dan perasaan Debusy, sebenarnya inilah harmony yang ia idam idamkan.Bahasa bunyi yang dihasilkan gamelan sudah tidak lagi berbicara pada tataran teknis permainan belaka, ada semacam wilayah permainan yang sangat dalam yang tidak dapat ditemukan dimusik barat pada saat itu. Sayangnya perasaan itu hanya dimiliki oleh seorang Debusy, boleh jadi beliau lahir mendahului jamannya dengan kata lain ia terlalu cepat lahir.

Saat ini ketika semua serba mungkin, ketika teknologi berubah setiap saat, kemunculan hal-hal baru bukanlah sesuatu yang sulit. Informasi dengan mudah diakses. internet menjadi bagian keseharian, memiliki computer adalah kewajiban. Dunia menjadi tanpa batas, kejadian di belahan dunia yang lain dengan cepat diketahui oleh belahan lainnya. Kemajuan teknologi telah memudahkan seorang musisi untuk dapat menikmati, mengambil dan menggunakan semua persoalan musical yang terjadi pada musik di dunia yang lain untuk kemudian dipergunakan pada karya musiknya guna melahirkan sebuah karya musik (komposisi) baru. Akan tetapi persoalan kekaryaan tidak berhenti pada klepto harmony ataupun pemakaian simbol dan tanda-tanda musikal semata dari musik yang diambil. Ada semacam ketulusan sikap dan penjelajahan sangat dalam yang diperlukan untuk membangun sebuah citarasa musikal yang kemudian akan melahirkan sebuah komposisi baru.

Pengalaman dari Debusy diatas barangkali merupakan sepenggal contoh otentik bagaimana membangun atmosfer musical dari sebuah ketulusan sikap, dan wilayah musical yang paling memungkinkan untuk melakukan hal tersebut adalah genre musik jazz. Hal ini dikarenakan jazz merupakan aliran yang sangat flexsibel, terbuka dan adaptif. Sebagai sebuah aliran musik yang paling demokratis, jazz telah banyak mengalami perubahan,Jazz mengalami arus bolak-balik yang sangat kuat, apabila dahulu perhatian jazz tertuju pada Amerika sebagai kiblat jazz, maka saat ini bahkan sejak tahun 60an telah terjadi lintasan-lintasan kecil ketika orang/jazzer Amerika pergi keluar mencari bahan mentah baru untuk kemudian dikembangkan menjadi aliran baru, Asia menjadi tujuan musik timur ini menjadi magnet yang kuat, India, Tibet, Afganishtan, Bali menjadi padang perburuan Jazz.

Ravi Shankar, adalah contoh nyata dari perburuan tersebut, dimana Aldi Meola pernah menjadi lawan mainnya. Jango Reinhard gitaris dengan sentuhan gypsi dan saxophonis Norwegia Jan Garbareck adalah korban berikutnya dimana mereka dengan sukses memasukkan gaya musik tradisionil negaranya digunakan kedalam musik Jazz di Arus Jazz modern menjadi semakin semarak, orang luar menyerbu Amerika dengan segenap gaya jazz yang mengagetkan. Saat ini jazz bukan lagi refleksi sosial masyarakat kelas bawah, akan tetapi jazz telah berubah menjadi semacam forum demokrasi besar dimana setiap orang,setiap bangsa bebas menggaulinya Jazz menjadi semacam musik pembebasan, jazz menjadi semacam musik yang paling terbuka dan dinamis untuk sebuah dialog, instrumen menjadi alat dialog dalam jazz, peluang besar ini paling tidak telah ditangkap dengan jauh seperti oleh grup Krakatau dari Indonesia, Arto Moreira, Oumar Sousa,Tewa Novel dari Thailand, Krzystof Scieranski dari Polandia atau bahkan Subramanivan dari India mereka melakukan

Sinkretikme baru kedalam musik Jazz dengan mengawinkan harmoni musik tradisi masing-masing dengan harmoni jazz, keduanya tidak saling mengalahkan bahkan yang terjadi adalah munculnya bahasa musik yang unik sehingga lahirlah World Jazz. Dengan demikian jazz telah melahirkan sebuah dunia baru, dengan sebuah tatanan baru, tradisi baru .

Dengan mengusung tema A Voice Of the New World, Bandung World Jazz ingin mengajak musisi dan masyarakat pecinta musik untuk bersatu dalam satu kesamaan minat dan kepentingan membangun dunia tanpa batas dan sebuah peradaban baru.

Oleh: Djaelani, Fasilitator musik di Jendela Ide, RMHR, Temasek Internasional School, Dosen Jurusan Musik UNPAS Bandung, Curator: Sabuga Jazz Fest 2008, Bandung World Jazz 2009.

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker