Opini Jazz

Pengantar Menuju Studi Komunitas Jazz di Indonesia

Oleh Oki Rahadianto M.Si

Produksi pengetahuan terdahulu mengenai komunitas jazz di Amerika masih diwarnai oleh diskriminasi rasial. Sebagai contoh, studi mengenai komunitas jazz yaitu The Jazz Community karya Mirriam dan Womack (1960) dan Theory of Jazz Communities karya Stebbins (1968) masih menggunakan teori labelling, komunitas jazz dianggap menyimpang dan terisolasi dari komunitas yang lain. Mirriam dan Womack (1960) menjelaskan bahwa ada berbagai alasan mengapa publik Amerika saat itu menolak eksistensi komunitas jazz antara lain: komunitas jazz identik dengan kejahatan, sifat buruk serta promiskuitas, anggapan bahwa musik jazz tidak berasal dari kultur pendidikan (dalam arti musik klasik) dan juga anggapan bahwa musik jazz ini akan menjadi ancaman bagi musik orang kulit putih.

Meskipun didominasi oleh reproduksi pengetahuan yang diskriminatif namun berbagai counter dilakukan, antara lain : The Community that Gave Jazz to Chicago karya Ted Vincent (1992) membahas mengenai peranan komunitas kulit hitam di Chicago bagi kesuksesan jazz era roaring twenties. Salah satu yang berperan adalah Jack Johnson seorang petinju kulit hitam yang ikut membangun club tempat dimainkannya musik jazz. Bahkan atas perannya bagi komunitas kulit hitam, Miles Davis (pioner fusion jazz) meluncurkan album “A Tribute to Jack Johnson” pada tahun 1971.

Buku-buku mengenai jazz yang lain lebih banyak menjelaskan bagaimana jazz merupakan percampuran antara berbagai budaya seperti Karibia, Afrika yang dibawa oleh budak-budak kemudian bercampur dengan budaya dari Eropa dan kemudian dalam perkembangannya menjadi blues, ragtime, dixie lalu kemudian muncullah “jazz”. Jazz kemudian mulai berkembang menjadi style-style yang berbeda, seperti swing, cool, bebop, hardbop, latin jazz, funk jazz dll. Varian-varian tersebut mempunyai narasi sendiri mengenai proses kemunculannya di Amerika (Wheaton, 1994; Meeder, 2008). Kebanyakan sejarah jazz yang ada hanya menceritakan versi resminya saja (Deveaux, 1991).

Lalu bagaimana reproduksi pengetahuan mengenai jazz di Indonesia? Studi-studi mengenai komunitas jazz di Indonesia masih jarang dilakukan, meskipun begitu terdapat berbagai studi dengan fokus yang berbeda. Wawancara yang dilakukan oleh wartajazz.com dengan Sudibyo Pr (2001) misalnya menjelaskan bahwa masuknya jazz di Indonesia dibawa oleh penjajah Belanda melalui piringan hitam dan banyak ditampilkan pada pesta-pesta elite kolonial. Musik jazz banyak dipertunjukkan di gedung societet, hanya kalangan tertentu saja yang dapat mengaksesnya. Seiring perjalanan waktu, jazz lebih berkembang di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makassar. Pasca kemerdekaan, musik jazz masih banyak diperdengarkan di tempat-tempat elite seperti café ataupun hotel berbintang.

Irawati dalam Musik Jazz dan Dangdut dalam Analisa Stratifikasi (1992), semakin meneguhkan jazz sebagai musik elite dimana menurutnya terdapat perbedaan antara konsumen musik jazz dengan dangdut, konsumen musik jazz lebih banyak dari golongan atas sedangkan dangdut sebaliknya. R.M Mulyadi dalam Industri Musik Nasional (Pop, Rock, Jazz) (1999) menjelaskan mengenai pengaruh rezim terhadap perkembangan musik nasional. Pada era orde baru, hanya ada satu acara jazz asuhan Jack Lesmana, TVRI tidak banyak membantu perkembangan musik jazz. Jazz lebih banyak dimainkan di hotel-hotel dan bar, pertunjukan musik jazz lebih banyak berupa ajang apresiasi sehingga tidak mendatangkan profit yang besar. Jazz mulai bergerak ke panggung besar pada era 80-an, dimana saat itu musisi jazz menggabungkan aliran jazz dengan rock (fusion). Fusion jazz yang pada waktu itu diwakili oleh Krakatau dan Karimata banyak memasukkan idiom gamelan dalam aransemennya, hal ini dijelaskan oleh Josias Adriaan dalam tesisnya Penggabungan Idiom-Idiom Gamelan dalam Musik Jazz (2007). Fenomena maraknya jazz fusion, dikritik oleh Heru Nugroho mengalami Mcdonaldisasi Jazz di Indonesia (2001). Musik jazz di Indonesia mengalami standardisasi layaknya makanan dalam gerai cepat saji McDonald, jazz dikemas dalam rasa yang sama serta cenderung easy listening.

Berdasarkan penjelasan diatas, diajukan pertanyaan lebih lanjut : lalu bagaimana studi-studi mengenai komunitas jazz di berbagai kota di Indonesia? Melihat pesatnya perkembangan komunitas-komunitas jazz di Indonesia akhir-akhir ini, menarik untuk dipelajari bagaimana “cerita-cerita” yang tercipta dari berbagai komunitas tersebut. Apakah terdapat “cerita-cerita” yang berbeda? Ataukah semua komunitas mempunyai “cerita-cerita” yang sama? Studi yang saya lakukan mengenai komunitas jazz Yogyakarta (2010) menunjukkan “cerita-cerita” yang berbeda, bagaimana dengan “cerita-cerita” yang terjadi dalam komunitas jazz di kota Anda?

Referensi

Heru Nugroho. Menumbuhkan Ide-Ide Kritis. Pustaka pelajar. Yogya. 2001.

Meeder, Christopher. Jazz : The Basics . Routledge. New York. 2008.

Wheaton, Jack. All That Jazz. University of San Diego. Ardley House Publisher. New York. 1994.

Jurnal

De Veaux, Scott. Constructing The Jazz Tradition : Jazz Historiography. Journal Black American Literature Forum, vol 25, St Louis University. 1991

Indera Ratna Irawati. Musik Jazz dan Dangdut dalam Analisa Stratifikasi. Jurnal Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta. 1992

Merriam, P Alan and Raymond Womack. Jazz Community. Social Forces Vol 38. University of North Carolina Press. 1960.

Stabbins, Robert. The Theory of Jazz Community. The Sociological Quaterly Vol.9. Blackwell Publishing. 1968.

Vincent, Ted. The Community that Gave Jazz to Chicago. Black Music Research Journal Vol.12, Center of Black Music Research. University of Illinois Press. 1992.

Tesis

Josias T. Adriaan. Penggabungan idiom-idiom Gamelan ke Dalam Musik Jazz. Prodi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. 2007.

R. Muhammad Mulyadi. Industri Musik Nasional (Pop, Rock dan Jazz). Jurusan Sejarah. Universitas Indonesia.1999.

Oki Rahadianto Sutopo. Dinamika Kekuasaan dalam Komunitas Jazz Yogyakarta 2002-2010. Jurusan Sosiologi. Universitas Indonesia. 2010.



One Comment

  1. sebuah info edukasi musik yg bagus…
    karna dalam bermusik itu kita tidak hanya cuma pandai atau bisa memainkan musik tersebut tp kita jg harus tahu asal,latar belakang n perkembangan musik itu tersebut…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker