Profile

WAWANCARA DENGAN GUNTER HAMPEL

Gunter Hampel seorang multi instrumentalis dari Jerman yang pernah konser di Jakarta pada tahun 1978 dan pendiri perusahaan rekaman Birth yang mengaku hanya sebagai seorang pembangun dan pengatur suara. Gunter Hampel telah banyak berkolaborasi dengan musisi-musisi jazz dunia terutama yang beraliran free jazz seperti Anthony Braxton, Marion Brown dan Cecil Taylor, dia juga konsen terhadap perkembangan musik jazz dan menyikapinya dengan kreatif dengan membentuk grup-grup yang bervariasi dan baru-baru ini namanya masuk sebagai salah seorang pemain vibraphone avangarde yang inovatif di All Music Guide dan masuk dalam jajaran the best vibraphone players di Down Beat Critics Choice pada tahun 2000. Berikut ini sekilas wawancara kami dengan musisi serba bisa ini.

WartaJazz (WJ) : Pertama-tama, apa awalnya anda tertarik dan memainkan musik jazz?

Gunter Hampel (GH): Saya lahir 13 Agustus 1937 di Jerman. Ketika usia saya 8 tahun, kira-kira setelah berakhirnya perang dunia II, banyak pasukan dari Amerika Serikat masuk ke kota saya (Goettingen) dan membebaskan kami dari kediktatoran Nazi. Waktu itu saya bermain piano dan akordion tampil di sebuah camp tentara AS dan mulai jam session dengan seorang GI pemain gitar. Kemudian di American-Force Radio Network AFN saya mendengar Louis Armstrong untuk pertama kalinya. Saya tidak tahu kata-kata yang sedang dia nyanyikan, namun seolah-olah dia sedang berbicara kepada saya. Dia memalingkan saya ke musik jazz. Mulai saat itu, saya bermain jazz. Apapun yang saya lakukan mengarah ke dalam bahasa musik jazz. Saya kira Louis Armstrong merubah kita semua, sampai sekarang. Ayah saya adalah seorang pemain piano dan biola yang hebat dan dia adalah guru pertama saya. Setelah itu saya bertemu dengan guru yang berikutnya, yang juga seorang komposer dan cukup mampu untuk mengembangkan bakat saya. Kakek saya adalah seorang komposer dan multi instrumentalis, meskipun sebagian besar berupa musik tarian dan folk Jerman (musik ini sering ditampilkan di kalangan masyarakat Jerman ketika ada sebuah pesta pernikahan atau musik tari tradisional dan pada hari perayaan tertentu). Pada awalnya ayah saya tidak suka saya memainkan musik jazz karena dia tidak mengerti. Namun ketika dia datang pada saat saya menampilkan musik itu, dia ikut menarikan dari irama musik Swing itu. Ketika itu saya lihat wajahnya ceria dan dia bangga akan penampilan saya. Kemudian dia berkata: “musikmu membuat saya menari”. Ini benar-benar melambungkan saya. Dia tidak mengetahui apa yang kita mainkan itu adalah Swing, meskipun dia mengerti caranya. Setelah itu dia sering hadir di dalam pertunjukan saya, barangkali di situ akan banyak gadis yang ditemuinya dan menari dengan mereka. Hal itu membuatnya merasa menjadi penting. Pada saat itu banyak orang menari dengan musik kami ini dan kamipun senang melakukannya.

(WJ) : Siapakah musisi yang paling mempengaruhi anda?

(GH): Ketika masih muda dan mulai memainkan sebuah alat musik, biasanya banyak musisi yang mempengaruhinya. Setiap orang yang bermain klarinet, saxophone, vibraphone dalam musik jazz maupun di musik lain mulai mempengaruhi saya pada awalnya. Kami pemain musik jazz belajar dari satu sama lain, yang tidak pernah berhenti. Selalu dapat memainkan lebih, menemukan cara permainan dan penampilan yang baru. Ini dapat menambah apa yang telah diketahui. Barangkali hal ini juga yang menjadikan akrab pendengar kami dengan musisi jazz besar yang mempengaruhi saya seperti; (pada klarinet) Jimmy Noone, Johnny Dodds, Benny Goodman, Edmond Hall, Sidney Bechet, Pee Wee Russell, George Lewis. Pada vibraphone; Lionel Hampton, Terry Gibbs, Red Norvo, Milt Jackson, Lem Whinchester, Walt Dickerson, Teddy Charles dan Bobby Hutcherson. Musisi saxophone; Benny Carter, Lester Young, Coleman Hawkins, Ben Webster, Stan Getz, Gerry Mulligans, John Coltrane, Eric Dolphy (dia menarik perhatian saya terutama dengan bassklarinet-nya). Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, sebagai seorang musisi dapat dipengaruhi oleh banyak tokoh musik yang memainkan musik dengan penuh arti. Barangkali semua daftar nama musisi besar akan masuk dalam buku saya. Namun ada yang lebih. Saya adalah seorang komposer, yang saya mulai menganalisa dan memahami perbedaan gaya dan pencapaian komposer-komposer seperti Benny Carter ataupun Duke Ellington. Serta pencapaian konsep yang lebih jauh lagi dari Benny Goodman Quartet bersama Lionel Hampton, Gene Krupa dan Teddy Wilson (mereka adalah kelompok pertama yang memainkan apa saja yang mereka inginkan, jika masyarakat menyebutnya free jazz, itulah mereka!). konsep Bebop dari Charlie Parker dan Dizzy Gillespie atau quartet tanpa pemain piano-nya Gerry Mulligans, Art Blakey, Lennie Tristano, Thelonious Monk, Eric Dolphy dan Charles Mingus. Selain itu, saya juga mengikuti pencapaian musik klasik Eropa kami dan bersama tokoh-tokohnya seperti Richard Wagner, Bela Bartok, Arnold Schoenberg, Alban Berg, Webern. Orang-orang itu bagi saya telah mengembangkan sebuah dimensi yang baru sepenuhnya untuk menggunakan dan berimprovisasi dengan musik. Bayangkan ruang free tonal. 12 nada (dedakofon) yang sama dan semuanya di antaranya.

WJ) : Apakah alasan anda memainkan beberapa macam instrumen dan menjadi multi-instrumentalis?

(GH): Musisi adalah sebuah persilangan yang unik. Misalkan anda mencintai seorang wanita, pria, alam, Tuhan atau alam semesta, namun anda juga jatuh cinta dengan sebuah alat musik akustik. Hati anda terasa melompat-lompat ketika mendengarkan atau melihat klarinet, vibraphone, saxophone, flute, trumpet, trombone, biola, bass atau apapulah. Terutama ketika anda mempunyai sebuah keahlian yang hebat dalam mengekspresikannya. Meskipun seorang manusia mengalami seperti itu hanya beberapa kali saja sepanjang hidupnya. Biasanya 3 atau 4 kali saja merasakan benar-benar jatuh cinta. Ini benar. Dan ketika bermain musik seperti saya ini, kebutuhan untuk ekspresi yang berbeda diperlukan lebih dari pada hanya satu macam instrumen saja. Alasannya, cakrawala satu instrumen saja itu terbatas dan diperlukan tambahan instrumen yang akan menambah cakrawala ekspresi tersebut.

(WJ) : Hal apakah yang membuat anda beralih menjadi musisi profesional dan memilih free jazz dan musik improvisasi?

(GH): Kategori yang disebut free jazz muncul di publik, karena seseorang mengambil ekspresi dari Ornette Coleman dalam albumnya yan berjudul “Free Jazz”. Kemudian sejak itu, semua orang apakah itu fan, musisi, kritikus, penulis mendapatkan kesan yang bodoh mengenai free jazz. Bahwa free jazz adalah sesuatu yang dimainkaan diluar kebiasaan dan memainkan apapun. Ada cerita ketika kami tampil dengan sebuah kelompok anak muda dimana mereka adalah musisi terdidik yang juga belajar bertahun-tahun di sebuah musik konservatorium yang belajar terus menerus. Ketika saya bermain dengan mereka dan masuk ke bagian yang bebas, selalu ada yang menggebrak. Mereka kira, itu penting. Mereka mempunyai ide-ide yang ideot di kepala mereka. Sekarang waktunya yang sebebas-bebasnya, dapat memukul semuanya dengan apa yang saya pegang. Saya bermain flute, bassklarinet, vibraphone yang kekuatan alat-alat ini sangat terbatas, namun saya mainkan dengan memaksanya sampai di ujung batasnya. Itu terjadi dengan musisi-musisi yang saya sewa untuk tampil dengan saya, fantastik!

Variasi lain darinya adalah ketika saya bermain dengan musisi-musisi yang instrumennya menggunakan amplifier, sebagai contoh yang paling ngeri adalah dengan pemain bass. Meeka mematikan suara saya, terutama untuk suara bassklarinet dan vibraphone. Namun selalu ada pengecualian bagi orang yang mendengarkannya dan saya berhubungan dengannya. Kembali ke kata free jazz dimana pengkatagoriannya telah disalah artikan dan diplesetkan dengan apa yang dilakukan generasi saya. Pengalaman saya dengan suara yang bebas kembali ketika masih umur 5 tahun. Saya terbiasa bermain piano yang kadang-kadang hanya memukul tutsnya maupun mendengarkan suara piano yang suaranya dilembekkan. Hal itu memang membuka ruang bagaimana nada disuarakan. Overtone dari semua gema senar piano dan diperpanjang dari satu nada menjadi satu keseluruhan. Itu permulaan eksperimentasi dan kemudian belajar dengan cara-cara yang berbeda. Saya hanya seorang yang membangun dan mengatur suara. Saya berikan kepada dunia dengan apa yang saya dengar, sukai, cintai maupun sebaliknya. Saya menulis sebuah komposisi atau membuat sket manual bagaimana pendekatan kami terhadap sebuah wilayah tertentu. Namun ketika kami main, kami satu sama lainnya saling mendengarkan. Masing-masing harus saling mendengarkan bahkan lebih keras daripada memainkan lagu-lagu standard. Jadi tindakan, reaksi dan permainannya disusun. Itulah satu-satunya cara terbaik dalam teamwork atau ketika pertama kali bermain dengan musisi yang terlibat itu dan anda adalah seorang yang dihormati. Perkembangan dan kelanjutan konsep dalam musik jazz mendorong saya untuk mengembangkan pola artistik. Saya dibantu oleh berbagai instrumen untuk mengembangkan musik, jazz atau apapun.

Apa yang membuat saya berkreasi dalam seni musik sebagai profesi saya? Karena saya suka melakukannya. Itulah yang terbaik dapat saya lakukan. Ketika saya tiba di New York kemarin, saya berbicara kepada seorang pengemudi taksi yang berasal dari Kalkuta, India. Dia bilang bahwa, “Bakat adalah dari Tuhan, termasuk menjadi seorang musisi”. Hanya itu. Tuhan dengan menendang saya mengatakan, “Sini kamu! Kamu akan menjadi seorang musisi.ok!”. Saya setuju. Hal-hal yang seperti itulah yang sedang terjadi orang seperti kita ini. Dimana kita akan mendapatkan porsi yang lebih tentang imaginasi, kreativitas, perasaan, kepekaan, atau semata-mata kegilaan. Untuk melakukan sesuatu di luar kebiasaan karena perasaan seperti itu sudah ada di dalam anda.

Saya dengan simpel mengatakan: di tahun 1958 saya mulai menjadi seorang musisi jazz profesional, meskipun saya sudah dibayar ketika bermain musik di tahun 1953 ketika saya masih sekalah. Saya tidak terlibat di dalam gaya permainan free jazz, karena saya selalu mengembangkan konsep musik saya sendiri yang oleh para jurnalis dikatagorikan sebagai free jazz. Saya membantu membentuk apa makna kata tersebut. Kelompok band saya di Jerman, Heartplants Quintet, adalah band saya di Eropa yang membawa sesuatu yang baru karena kami menginginkannya. Pengaruh besar kami dulu adalah Charlie Parker – Dizzy Gillespie – Bud Powell – Charles Mingus – Max Roach dari Toronto (album Jazz At The Messey Hall -red). Belum ada Ornette Coleman waktu itu. Kami hanya menggunakan peninggalan kami yaitu kebesaran musik Eropa, tradisi musik Afro-American-Eropean yang disebut musik jazz. Semangat pada setiap generasi adalam berkreasi dengan caranya sendiri. Pada waktu itu kami tahu betapa pentingnya kreasi kami yang akan berdiri sepanjang waktu sebagai pengisi antara tradisi dan hal-hal ke depan.

(WJ) : Apa alasan anda untuk mendirikan perusahaan rekaman BIRTH dan apa visinya?

(GH): Sebagai seorang komposer, saya harus bisa menghasilkan karya komposisi yang hebat. Sekarang saya sedang menulis komposisi saya berjudul Nr.997. meskipun saya sekurang-kurangnya masih mempunyai beberapa sket, yang belum pernah selesai utuh. Mudah dimengerti, tidak ada satupun perusahaan rekaman di dunia ini yang mau mengeluarkannya. Jadi, saya tetap memproduksi karya-karya saya sendiri untuk perusahaan manapun yang mau menanganinya atau paling tidak saya sudah menginvestasikan banyak uang dan hasilnya seperti “8th of July 1969” yang saya luncurkan melalui perusahaan rekaman saya sendiri; BIRTH RECORDS. Visinya adalah sekarang dan yang akan datang. Saya melakukan evolusi dengan cara saya sendiri, karena saya menulis komposi-komposisi saya sendiri. Saya juga tidak berusaha untuk mengkopi musik-musik yang dapat menghasilkan uang banyak. Saya menggunakan label tersebut sebagai outlet karya-karya saya yang benar-benar datang dari hati. Jika dari hal tersebut dapat menghasilkan uang, maka usaha saya dapat berlanjut. Hal ini sangat apresiatif. Di dunia ini, tetap ada pecinta musik yang datang benar-benar dari hati dan itulah musik. Inilah musik yang selalu diperlukan oleh dunia ini. Musik komersial yang anda dengarkan dari perusahaan rekaman komersial akan merusak otak, pikiran, organ-organ dan hati. Selain itu, dunia ini memerlukan orang seperti saya ini supaya ada sebuah keseimbangan. Satu-satunya cara supaya berhasil adalah memproduksi dan mengedarkan musik tersebut. Outlet BIRTH sekurang-kurangnya menjadi sebuah tempat kecil untuk berlindung dimana saya dapat mengedarkan karya saya dan saya sebagai musisi senang memainkannya. Memang ini terserah anda, yang membaca tulisan ini, ANDA. Siapkan diri anda dan belajarlah tentang segala sesuatu yang besar dalam hidup ini. WAKE UP!

(WJ) : Bagaimana menghapus pandangan sebagian besar masyarakat tentang jazz itu intelek, ‘high class’?

(WJ) : Saya kira “The 8th of July 1969” adalah salah satu album yang penting di era free jazz, anda bermain dengan musisi-musisi gaya free jazz dari Amerika Serikat maupun Eropa waktu itu.

(GH): Kami mulai menangkap potensi masing-masing. Pada waktu itu belum banyak orang yang tahu nama Gunter Hampel, Anthony Braxton, Jeanne Lee, Willem Breuker atau Steve McCall. Konsepnya adalah melemparkan 3 musisi Afro Amerika dan 3 musisi Eropa bersama-sama seperti sedang memperbarui kembali konsep kelahiran musik jazz. Sebagaimana sering dikatakan oleh Steve McCall “memperbarui sumber-sumber”. Setiap komposisi yang baru seakan-akan seperti seorang bayi yang baru lahir. Tumbuh dan tumbuh setiap saya menampilkannya dan menunjukan kemampuannya. Sebuah karakter yang berkembang. Sebuah kelahiran baru. Jeanne Lee memperkenalkan kepada saya simbol YIN / YAN yang menjadi simbol label saya.

(WJ): Dan bagaimana munculnya Galaxie Dream Band?

(GH): New York 1972. Kombo saya, The Gunter Hampel Trio bersama Jeanne Lee pada voice dan Perry Robinson pada klarinet. Kami bermain di sebuah Loft (istilah sebuah tempat yang pada era 1970an dipakai untuk tampil para musisi free jazz -red) dan kami tampil dengan 30 – 40 musisi yang duduk di dalamnya, bermain bersama. Setiap tampil di manapun saya tetap mempunyai segundang musisi. Saya pernah mempunyai serangkaian pertujukan di sebuah Theater di Sebuah kota baru, di mana setiap malamnya kami bermain bersama 45 musisi. Siang malam saya menulis lagu baru, kemudian bertemu didengarkan bersama. Kami tampil di Steve Bernbachs Center untuk pengembangan kesadaran itu, kemudian di Loft’s Rivbea-nya saxophonis Sam River, di The Slug, di sebuah Jazz Gallery rumah pribadi. Satu malam kami tampil di sebuah penthouse yang terbuka dan awan diatas memungkinkan. Saya bicara kepada Jeanne, “Saya seperti sedang dalam perjalanan menjelajah seluruh galaksi”. Kita waktu itu ada 20 orang. Jeanne berkomentar.”Bagaikan sebuah mimpi untuk memiliki sebuah band seperti ini”. Kemudian muncullah nama itu. GALAXIE DREAM BAND. Dan kami bersama lebih dari 20 tahun.

(WJ) :Sekarang kita melihat kecenderungan bahwa Jazz yang banyak dikenal sekarang adalah beraliran Fusion, bagaimana pendapat anda?

(BL) : Tidak ada kecenderungan apa. Karena lingkungan yang menyebabkan begitu. Pada masa kecil saya dulu, tidak ada fusion. Yang ada hanya jazz yang murni. Lingkungan pada saat itu banyak semua orang mendengar jazz, disamping jenis musik lain Rock n Roll dan Classic dan Pop. Tapi jazz itu porsinya lebih banyak. Saya berikan contoh begitu besarnya pengaruh jazz ini di Indonesia misalnya pada Ismail Marzuki, Mus Mualim, Bing Slamet, jika mendengar ciptaannya pada jaman itu, pengaruh jazz sangat terasa sekali.

(WJ): Anda bermain dengan beberapa musisi jazz muda berbakat dalam kelompok anda Next Generation. Apakah anda ingin kelompok ini menjadi kelompok Galaxie Dream Band yang lain atau anda mempunyai visi yang berbeda?

(GH): Dalam band Next Generation kami membangun sebuah konsep dalam bermusik. Sebenarnya kami kembangkan dari Galaxie Dream Band sebagai pengalaman bermain dalam sebuah team, satu untuk semua dan semua untuk satu. Next Generation dibuat dari musisi yang bergabung dengan saya yang masih berusia 17 – 19 tahun. Ini bukan tahun 1972, ini tahun 2000. Generasi sekarang ini senang menari. Hai.itu yang saya suka ketika saya masih berumur 17 – 20 tahun. Sebagaimana telah saya tunjuk sebelumnya, mereka biasa menari ke gaya musik jazz tahun 1950an. Mengapa sekarang tidak?
Sebenarnya, Galaxie Dream Band membawa orang-orang yang mengikuti tour kami, menari dengan gaya musik free kami. Jack Gregg memainkan bassnya dengan atrkaktif, orang-orang dan kita semua menari di panggung. Saya menyukai Next Generation. Sekarang kami sedang melakukan semua hal dan sedang mengembangkan musik kami lagi. Diperlukan waktu 5 tahun tampil di mana-mana sampai sekarang mereka mulai menangkap semangat band Nezt Generation yang sudah memiliki aturan dan evolusinya sendiri. Saya akan mengedarkan lebih banyak lagi rekaman konser dalam CD dari band saya yang berbeda-beda. Semua yang saya butuhkan adalah waktu dan uang. Saya juga mempunyai kelompok Trio yang hebat, yaitu dengan Christian Weidner bermain saxophone dan pada drum adalah Gerrit Juhnke (2 anggota dari Next Generation) dan saya juga telah banyak bermain dengan Heartplants Quintet akhir-akhir ini. Masing-masing kelompok tersebut mengembangkan sound dan musiknya sendiri-sendiri serta membangun pencapainnya seperti kelompok-kelompok sebelumnya, ya karena saya orang yang sedang membawa obor itu.

(WJ): Anda seorang soloist, apakah ada perbedaan antara bermain solo dengan kelompok atau duo?

(GH): Di dalam sebuah kelompok, energi itu dibawa oleh segenap anggotanya. Dalam permainan solo, semuanya datang dari saya sendiri. Di dalam sebuah kelompok, akan sangat berpengaruh dari permainan musisi lain yang ikut. Barangkali banyak ide yang lepas. Di dalam solo, semua berhubungan dengan anda sendiri. Kemudian saya lebih bebas dalam mengambil keputusan.

(WJ): Bagaimana kesan pertunjukan anda di Indonesia bersaman Goethe Institute pada tahun 1978?

(GH): Waktu itu saya bekerja sama dengan Goethe Institute sedang melalukan tour keliling Asia. Dan kami tampil di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Saya di Indonesia sangat menikmatinya dan Indonesia adalah salah satu tempat di mana saya ingin tinggal. Sebuah dataran yang dalam 1 tahunnya dapat panen padi 4 kali? Tempat di mana anda dapat menemukan tradisi musik Bali yang besar itu dan bertemu dengan orang-orang hebat yang banyak senyum dan mempunyai getaran yang besar.
Sebeum kami tampil di Jakarta, seseorang duduk di atas atap gedung yang sedang membakar sesuatu (sesajen) untuk menjaga supaya tidak turun hujan? Saya membantunya dengan memainkan lagu saya ‘Morning Song’ (dari sampul 8th of July 1969) karena itu merupakan hal yang sama. Saya memainkannya ketika hujan dan ternyata matahari muncul setelah itu. Ada lagi, pada waktu kami harus menunggu dimulainya pertunjukan karena ada “jin” yang tinggal di sebuah pohon di dalam taman terbuka tersebut. Orang-orang berkumpul mengelilingi pohan tersebut berusaha meyakinkan bahwa “jin” tersebut dapat diusir dari pohon itu.

(WJ): Saya lihat anda adalah musisi yang sibuk terutama dengan berbagai pertunjukan keliling dunianya. Apakah hal tersebut penting untuk para musisi jazz?

(GH): Tergantung dari aspek apa kita melihat. Pendapat saya, saya senang melakukannya karena saya ingin bermain musik. Saya seorang musisi. Saya akan pergi di suatu tempat dimana mereka mengijinkan saja untuk tampil. Dan jika orang-orang Eropa, AS, Amerika Selatan, Afrika atau manapun menginginkan saya tampil, saya akan melakukannya. Tentunya seseorang yang dapat mengatur semua kebutuhan dan pembayarannya. Aspek lainnya adalah supaya apa yang diterima band ini lebih baik dari pada sebelumnya. Itu seolah-olah dapat mengupas sekat-sekat diantara kita semua dan akan membentangkan sekat inti yang membuat lebih dekat lagi rasa kebersaamaan itu. Sebut semua itu sebuah teamwork. Barangkali mempunyai pengaruh yang sama di dalam dunia olah raga, dalam pengelolaan sebuah klub sepak bola misalnya. Kami juga memerlukan uang untuk membayar semua tagihan kepada kami. Jika dalam perjalanan, aspek yang lain adalah dapat berkeliling dunia dan dapat bertemu dan melihat berbagai macam negara, masyarakat dimana hal ini dapat menimbulkan dan membuka cakrawala yang lebih luas lagi. Musik akan lebih berkembang lagi.

(WJ): Apa album anda yang terbaru dan rencana ke depan?

(GH): 8th of July 1969 sebagai contoh lagi. Bagaimana dapat membawa orang-orang Eropa dan Afro Amerika bersama-sama tampil di New York. Christian bermain saxophone dan Nils Wogram pada trombone adalah 2 orang yang mungkin menjadi masa depan evolusi jazz di Eropa, kalau mereka dapat bertahan. Waktu akan bercerita. Musik tersebut membentangkan seluruh sejarah jazz sepanjang yang pernah saya mainkan. Ini proyek album yang saya suka dan bagus sekali. Saya sekarang sedang mempersiapkan rekaman baru untuk minggu depan dan saya memberi tahu anda kalau yang saya produksi itu banyak sekali. Dunia berubah dengan cepat, begitu juga konsep saya. Lebih banyak saya mempelajari sesuatu, menjadi lebih banyak lagi yang menjadi tidak mengerti. Saya juga mempunyai rencana untuk tampil di Jepang dan sebisa mungkin dapat tampil juga di Indonesia.

(WJ): Apa peran mendiang Jeanne Lee di dalam mendukung karier bermusik anda?

(GH): Ketika orang-orang dengan visi musikal yang kuat bertemu, saling mendukung. Dengan kata lain 1 + 1 = 2. Sebelum kami bertemu, saya telah mulai ke seluruh dunia untuk memantapkan diri saya sebagai seorang komposer, pemain vibraphone, bassklarinet, flute. Pada waktu itu saya telah bekerja sama dengan musisi-musisi hebat seperti Alexander Van Schlippenbach, Manfred Schoof, Pierre Coubois, John Tchicai, Marion Brown, Barre Phillips, Steve McCall, John McLaughlin, Willem Breuker, Boulou Ferre, Michel Waisfisz, Perry Robinson, Mark Whitecage, Thomas Keyserling, Don Cherry dan masih banyak lagi yang pada waktu itu (1958) merasa beruntung dengan adanya komposisi dan visi musikal saya dan saya sendiri senang karena ada pendamping yang hebat yang dapat mengembangkan gaya personal ke dalam komposisi saya dan membawanya ke cara yang lain. Orang lain pun berhasil cara membawakannya. Ada juga seorang penyanyi dalam band saya, yaitu Cecily Forde (apapun yang terjadi dengannya?), Inge Bradenburg, dan masih banyak lagi yang lupa. Ketika saya bertemu dengan orang-orang seperti itu, jelas kami tidak berpikir masing-masing karier kami, namun semacam bekerja mencari pemecahan-pemecahan musikal. Dapat saya katakan, saya membantu karier hampir semua orang yang pernah terlibat dengan saya. Tidak hanya itu, juga memperbanyak penonton ataupun penggemar sejak kerja sama kami terdokumentasikan di dalam label saya Birth Records yang telah melebarkan jangkauannya ke seluruh Amerika, Eropa, Jepang dan lain-lain. Dapat juga melalui pertunjukan langsung, piringan hitam atau CD, penyiaran di ratusan radio seluruh dunia dan resensi album di banyak majalah jazz dan majalah musik. Meskipun ada beberapa yang orang tidak suka kolaberasi itu dan menolak mendukungnya. Dengan itu semua kita hidup ini. Atau banyak orang yang selalu berkomentar bagus (serta yang tidak bagus), mengatakan anda tidak dapat melakukan ini, anda tidak dapat melakukan itu, seharusnya anda begini dan lain-lain. Namun yang saya tahu tentang Jeanne Lee bahwa dia meninggal terlalu cepat. Kami bekerja sama dalam banyak bentuk seni (teater, ballet, tari) yang sekarang karya tersebut belum selesai. Ada banyak orang di AS tidak suka dengan kolaberasi kami, mereka lebih suka Jeanne Lee menyanyikan lagu-lagu standard (seperti ‘Laura’ misalnya) dan tidak menggunakan suaranya sebagai alat musik seperti di Galaxie Dream Band. Namun mereka ada sesuatu yang dirindukannya, saya yakin. Ini juga pengaruh dari kemampanan yang telah muncul kembali di dalam semua sejarah musik. Mereka melakukannya seolah-olah sedang berada di tahun 1960an dan evolusi musik jazz yang sangat kreatif itu telah diambil, tidak pernah ada lagi. Sekarang kita mempunyai peninggalan “free music” pada tahun 1960an yang di New York maupun di Eropa musik tersebut masih hidup dan kuat. Orang-orang seperti Peter Brotzmann, Peter Kowald maupun saya sendiri, sekarang sedang bermain dengan musisi-musisi muda yang telah menata pikiran mereka menjadi pesiar yang lebih bebas lagi. Itulah yang mempertahankan gaya kami tetap bertahan. Sama halnya dengan para pemain Swing, Bebop dan yang lainnya. Saya yakin, setiap genre dalam musik jaz masih bertahan dan tetap berkembang dan sekarang memberikan dampak kepada para musisi mudanya untuk memberikan kesempatan berekspresi dengan cara mereka sendiri dan menambah konsepnya sendiri ke dalam musik jazz itu serta mengembangkan karakternya sendiri. Diperlukan sebuah genarasi dan ratusan tahun ke depan supaya benar-benar disukai, dimengerti dan menggunakan konsep yang telah kami bangun. Musik kami juga mempertahankan adanya multi ras, multi benua dan sintesis multi kultur “dengan tingkat orisinalitas yang tinggi, mengembangkan sesuatu yang cair di dalam improvisasi melodi yang bertemu dengan ide-ide musikal dan ritual mereka (Gunter Hampel dan Jeanne Lee) sebagai spritual transducer (? – red) . ” (Bill Shoemaker).

Saya bertemu Jeanne di Belanda pada tahun 1966. Saya sedang rekaman untuk perusahaan rekaman ESP -Music From Europe- dan Jeanne Lee bersama suami pertamanya David Hazelton dan putri 2 tahunnya muncul dalam sesi rekaman tersebut. 2 minggu kemudian, tepatnya 1 Januari 1967, kami tampil bersama di Amsterdam. Jalur kami bersinggungan, perjalanan musikal kami telah mulai. Secara instuisi, proses kreatif bermula sampai 33 tahun kemudian. Suara manusia kawin dengan vibraphone, flute, bassklarinet 2 tahun kemudian, hal itu yang membuat kita menjadi saling mencintai. Sejak kami menyanyi dan bermain dari hati kami, kami tidak dapat terpisahkan. Dimana cinta kami tumbuh secara proporsional dan kami semakin sukses. Ada puisi yang kami tulis pada tahun 1975 yang akan saya persembahkan untuknya:

THE MIRACLE IS.
THAT THE LAYERS CONTINUE TO BE STRIPPED AWAY,
EACH TIME UNCOV’RING
A CENTER
MORE BRILLIANT
AND REVEALING
THAN THE ONE
BEFORE
AMAZING.
THAT THIS SHOULD BE THE WAY
OUR LOVE
OUR KNOWLEDGE
AND OUR LIVES
KEEP UNFOLDING
TOGETHER
LEAVING US CONSTANTLY
RENEWED
KNOWING YOU EXIST
ANYWHERE IN THIS UNIVERSE
MAKES MY WORLD
THAT MUCH LARGER
AND THAT MUCH MORE
FILLED
WITH LIGHT. (Jeanne Lee, 1975)

Kami “memproduksi” musik, puisi, karya teater, permainan, ballet, video, workshop, cerita 2 orang anak, Ruomi dan Cavana. Bersama keliling seluruh Eropa, Israel, Rumania, Yunani, AS, Canada dan mungkin pernah tampil lebih dari 10.000 konser bersama trio, duo, quartet, quintet dan macam-macam, big band dari New York maupun dari Eropa sendiri. Pada tahun 1972 saya membentuk Galaxie Dream Band dengan musisi-musisi hebat seperti Peryy Robinson, Mark Whitecage, Thomas Keyserling, Steve McCall dengan bintang tamu Han Bennink, Willem Breuker, Sunny Murray, Jack DeJohnette, Jack Gregg dan masih banyak lagi. Saya terus mengembangkan konsep-konsep musikal yang jauh tidak terpadu, sebuah team musik dengan intuisi kolektif, dimana Jeanne dengan suara yang sangat fleksibel. Kami instrumentalis menjadi penyanyi dan penyanyi menjadi sebuah instrumental musik. Kami berkembang dan menyadari bahwa konsep-konsep tersebut telah keluar dari tradisi musik jazz, agar dapat mengekspresikan apa saja yang ada di benak kami. Generasi kami, telah berkreasi dengan bahan-bahan musikal yang baru, komposisi baru, platform baru agar kami dapat menjadi diri kami sendiri.

Untuk masalah ini, saya memulainya bahkan dari membuat perusahaan rekaman sendiri karena kami kesulitan menemukan perusahaan lain yang mau mengedarkan karya-karya kami pada waktu itu; BIRTH RECORDS. Sampai sekarang telah mengeluarkan 50 CD, piringan hitam, video maupun buku. Dizzy Gillespie mendengarkan penampilan duo kami di sebuah festival di Berlin Timur pada tahun 1980, begitu antusiasnya sampai lupa dia sendiri juga akan tampil di situ. Dia mengatakan kekagumannya, “Apa yang mereka lakukan sulit dipercaya, kalian melanjutkan tradisi kami, namun di luar cakrawala dan batas-batas kami. Kalian telah menemukan sebuah rangkaian yang baru, dan itu berhasil”.

Kolaberasi terakhir kami adalah di tahun 1996, dalam sebuah pertujukan keliling duo di Jerman dan kolaberasi pada tahun 1997 di Bert Nogliks Theater di festival jazz internasional Leipzig serta Berlin dan Dresden. (Ajie/WJ)

Untuk menghubungi lebih lanjut:
www.gunterhampelmusic.com atau hubungi: gunthampel@aol.com

Ceto Mundiarso

Pencinta buku yang banyak menelisik filosofi. Pernah menghadiri Konferensi Ekonomi Kreatif di Inggris. Merupakan bagian penting pada riset di WartaJazz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker