Profile

DAVID SANBORN – TAK PERNAH MEMUSUHI BUDAYA POPULER

Lahir di Tampa, Florida tanggal 30 July 1945, dan dibesarkan di St. Louis, Sanborn diperkenalkan pada berbagai jenis musik selama pendidikan Midwestern-nya – tidak hanya jazz, tetapi juga R&B, blues, dan rock. Awalnya ia tertarik pada para saxofonis soul-jazz seperti Gene Ammons, Arnett Cobb, Illinois Jacquet, Jimmy Forrest, King Curtis, dan Willis “Gator” Jackson – penggubah lagu yang keras dan bermulut besar tetapi juga sangat hangat, penuh penjiwaan dan ekspresif. Penggubah lagu yang membawa intelektual dalam pekerjaan mereka tetapi tetap dapat diterima. Walaupun Sanborn menghargai banyak pemain tenor, saxsofon alto menjadi instrumen utamanya – salah seorang yang memberikan pengaruh kuat pada Sanborn adalah Pemain besar alto Hank Crawford. Sama seperti Crawford, Sanborn menceburkan dirinya dalam jazz tetapi tidak pernah sedikitpun memusuhi budaya yang populer. Dan pandangan yang terbuka tersebut akhirnya menghasilkan banyak hal bagi Sanborn, yang telah meneladani setiap orang mulai dari raja blues Albert King hingga Raja Soul James Brown.

Tahun 1970-an, Sanborn memperoleh reputasi baik sebagai seorang penggubah jazz instrumental dan pemain R&B/pop/rock musiman yang sibuk. Pemusik jazz heavyweights seperti Gil Evans, Jao Pastorius, The Brecker Brothers, Joe Beck, dan Mark Murphy menampilkan Sanborn sebagai bintang tamu dalam album-album mereka di tahun 1970-an, dan dalam dekade yang sama, Sanborn mendukung David Bowie, The Eagles, Donny Hathaway, Bruce Springsteen, Carly Simon dan bintang-bintang non-jazz terkenal lainnya.

Sanborn memulai rekamannya sebagai bintang utama pada tahun 1975, ketika ia menandatangani kontrak dengan Warner Bros. Merekam dan membuat album debutnya ‘Taking Off’. Saksofonis ini merekam paling sedikit 10 album lagi dengan Warner Bros sebelum bermain bersama Elektra pada tahun 1990. Di Elektra, Sanborn merekam beberapa CD yang mendapat sambutan hangat, termasuk Another Hand (1991), Upfront (1992), Hearsay (1993), Pearls (1995) yang berkolaborasi dengan arranger Johnny Mandel, Songs from the Night Before (1996). Inside (1996) menjadi album terakhir Sanborn bersama Elektra. Awal tahun 2000 ia menandatangani kontrak dengan Verve.

Bersama Verve terakhir ia merilis Timeagain, diproduseri oleh Stewart Levine – yang sudah memproduseri mulai dari Artis pop-soulters asal Inggris, Simply Red, bahkan the Crusaders. Timeagain adalah proyek pertama Sanborn yang diproduseri oleh Levine, walaupun mereka berdua pernah bertemu sebelumnya pada tahun 1993 (ketika Sanborn bermain dalam album Evolution milik penyanyi Oleta Adams, dan Levine bertindak sebagai produser/arranger).

Timeagain tidak sama dengan album note-for-note covers: selain memiliki alur, juga memperlihatkan adanya improvisasi Interpretasi Sanborn dalam “Tequila” lebih moody dibandingkan dengan versi original The Champs, dan versi Sanborn dalam “Isn’t She Lovely” lebih santai dan ringan dibandingkan dengan versi original dari Stevie Wonder (1976). Sementara itu, kenangan terhadap Earl Hagen, “Harlem Nocturne” dibuat dengan langkah lebih lincah dibandingkan biasanya.

Membutuhkan seorang musisi yang betul-betul memiliki kemampuan memilah-milah pemikirannya, untuk dapat bermain dengan Gil Evans pada menit pertama dan kemudian bermain dengan Bruce Springteen pada menit berikutnya, dan kemampuan Sanborn tidak menjadi berkurang dalam beberapa tahun. Saat ini, ia mendengarkan seluruh musisi mulai dari ikon bop Sonny Stitt, bintang pop-rock Pink, hingga penyanyi country veteran George Jones. Sanborn adalah Ornette Coleman dan Athony Braxton; dia juga menghargai Gwen Stefani dan No Doubt sebagaimana ia menghargai juga Snoop Dogg. Pada intinya Sanborn percaya untuk membiarkan telinganya terbuka terhadap seluruh jenis musik, dan Timeagain menekankan pada album yang penuh pemikiran luas.

“Saya tidak pernah sekalipun mendefinisikan diri saya dalam jenis musik tertentu”, tegas Sanborn. “Orang-orang yang ada di sekitar saya, dimana saya dibesarkan di St. Louis mendengarkan jenis-jenis musik yang berbeda, dan memberikan penilaian baik buruknya menurut masing-masing, dan saya selalu merasakan hal yang sama. Saya tumbuh dengan mendengarkan musik menggunakan pikiran yang terbuka, dan memilah-milahnya dalam elemen-elemen yang berbeda, hal inilah yang sedang saya lakukan dalam rekaman ini. Tidak peduli apakah saya memainkan Joni Mitchell atau Stanley Turrentine, Timeagain merefleksikan perilaku yang selalu saya miliki: jika ini baik, maka ini memang baik.

(*/Dessy/VerveInteractive.com/WartaJazz.com)

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker