Profile

Anouar Brahem, Oudist asal Tunisia

Peran alat musik bersenar, seperti kecapi Arab oud, telah direvolusi melalui permainan Anouar Brahem. Dimana di masa lalu hanya digunakan untuk mengiringi vokalis, oud ditangan Brahem digunakan sebagai sebuah instrumen solo yang imajinatif.
Pada tahun 1988, surat kabar Tunisia Tunis-Hebdo menulis; “Jika kami harus memilih musisi tahun 80-an, tanpa ragu-ragu kami akan memilih Anouar Brahem”.
Brahem telah banyak membuat karya untuk film dan produksi teater musikal seperti: “Sabots en Or Bazness”, “Halfaouine”, dan “Les Silences Du Palais”. Dia berkolaborasi dengan Maurice Bejart pada sebuah karya balet “Mare Nostrum”, dan dengan Gabriel Yared pada film “Costa-Gravas Hanna K”.
Didorong oleh ayahnya yang mencintai musik, Brahem mulai mempelajari oud, pada usia 10 tahun. Ketika ia mendaftar di National Conservatory of Music. Selama hampir satu dekade, ia belajar dengan pemain oud berpengaruh Ali Sitri. Pada usia 15 tahun, dia bermain cukup baik untuk tampil secara teratur dengan orkestra lokal. Meski pada awalnya vokus kepada musik Arab, Brahem semakin memasukkan unsur jazz, ini diungkapkan selama enam tahun yang dia habiskan di Paris (1981-1987).
Dia tampil di festival dan berkolaborasi dengan kreografer Maurice Bejart dalam produksi “A Return to Carthage” yang menerima penghargaan National Award of Ezcellence in Music yang bergengsi.
Brahem kembali ke Tunis pada tahun 1987, dan tampil di Festival Kartogo dalam produksi multi-artis Ligua 85. Tak lama kemudian ia setuju untuk menjadi direktur Ensambel Musical de la Villa de Tunis. Selama dua tahun mengawasi ansambel, Brahem membagi kelompok menjadi kelompok yang lebih kecil dengan berbagai ukuran. Diantara produksi yang ia sutradarai adalah “Leilatou Tayu” dan “El Hizam El Dhahbi”.
Pada tahun 1980, Brahem mengundurkan diri untuk fokus pada kariernya sendiri. Setelah tur di Amerika Serikat dan Kanada, ia bertemu dan menanda-tangani kontrak dengan Manfred Eicher, produser dan pendiri lebel rekaman Jerman ECM.
Album debutnya, “Barzakh” dirilis pada 1991, direkam bersama: musisi Turki Bachir Selmi dan Lassad Hosni. Dalam review album tersebut, majalah musik Jerman Stereo memuji dengan mengatakan Brahem adalah musisi dan improvisionis yang luar biasa.

Album kedua Anouar Brahem, “Conte de L’incroyable Amour” dirilis pada tahun 1992, direkam dengan pemain: saksofon Norwegia Jan Garbarek dan pemain tabla Pakistan Shaukat Hussien. Album keempatnya, “Khomsa” dikeluarkan di tahun 1995, menampilkan interpretasi improvisasi dan komposisinya untuk film Tunisia dan produksi teater, yang direkam dengan: pemain akordion Richard Galliano dan pemain biola Bechir Selmi.

Selanjutnya Brahem melempar album, “Thimar” tahun 1988, kali ini ia berkolaborasi dengan: pemain saksofon sopran dan klarinet bas John Surman dan pemain bass ganda Dave Holland.
“Asrakan Cafe” dikeluarkan tiga tahun kemudian, dan disusul pada tahun 2003 dengan, “Les Pas Du Chat Noir”. Pada tahun yang sama, kolaborsinya pada tahun 2001 dengan Orchestra National de Jazz dirilis dengan judul, “Charmediterranèen”.
Brahem merilis, “The Ostounding Eyes of Rita” bermain dalam setting kuartet dengan klarinetis bass Klaus Gesing, bassis ganda Bjòrn Meyer, dan Khaled Yassine pada darbouka dan bendir.
Komposer dan oudist ini melakukan tur ke beberapa festival dan kota-kota tertentu di Eropa pada Oktober 2017.
Dipengaruhi secara mendalam oleh peristiwa yang terus berlangsung dari Revolusi Melati 2011 di negara asalnya Tunisia dan keributan politik yang mengikutinya. Brahem mulai mengarang menurut garis tematik. Ketika dia akhirnya masuk studio di Lugano bersama Eicher pada tahun 2014, dia merekrut: Gesing, Meyer, dan Counturier, serta seksi string dari Orchestra della Svizzera Italiana yang dipimpin oleh Pietro Mianiti. Selama sebulan mereka merekam cukup banyak materi untuk album ganda, “Souvenance” yang dikeluarkan pada musim semi 2015.
ECM merayakan ultah ke-60 nya dengan dirilisnya album studio, ‘Blue Maqams” (2017). Di produksi oleh Manfted Eicher dan direkam di Studio Avatar New York.

Ahmad Jailani

Menyukai jazz sejak masih di SMP. Wiraswastawan yang mulai membentuk komunitas Balikpapan Jazz Lovers pada 2008 ini juga kerap menulis artikel jazz di koran-koran lokal di Balikpapan dan sejak 2009 rutin menulis tentang jazz di akun facebook.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Perlu bantuan?

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker