Profile

Saksofonis Maceo Parker sang King of Funk

2% Jazz, 98% Funky Stuff

Namanya selalu berasosiasi dengan jenis musik bernama Funk. Ia bahkan dijuluki sebagai King of Funk. Ia juga digemari oleh ‘penguasa’ lain, James Brown diranah Soul dan George Clinton di freaky funk .

Lahir 14 Pebruari 1943 di Kinston, AS, alto saxophonis ini memulai karirnya dari tahun 70an dan masih aktif hingga kini. “Everything’s coming up Maceo,” yang dimuat oleh majalah DownBeat tahun 1991 merupakan kemunculan Maceo Parker sebagai solois, setelah dikenal sebelumnya sebagai sideman.

Setelah kurang lebih 15 tahun memainkan musik funk dengan konsekuensi tour yang mengelilingi dunia, ia mendapat julukan “Hardest Working Man in Show Business”. Uniknya ia bisa memadukan rekaman ataupun performance seperti proyeknya dengan Ray Charles, Ani Difranco, James Taylor, De La Soul, Dave Matthews Band dan Red Hot Chilli Peppers. Soundnya yang dianggap istimewa membuatnya disukai anak-anak muda.

**

Tahun 1964, Maceo dand saudaranya Melvin bersekolah di North Carolina, belajar musik ketika sebuah kesempatan merubah hidup mereka. James Brown, yang dijuluki God Father of Soul pergi kesebuah klub setelah jam kerja dan saat itu Melvin sedang nge-gig dengan drumnya. Brown yang lagi mencari hidangan larut malam terpesona dengan beat yang bombastis dari Melvin Parker. Brown menawarkan padanya sebuah gig. Setahun kemudian ketika Brown kembali melakukan konser di North Carolina, dua bersaudara Parker ini lantas bertemu dengan James Brown dan Melvin menanyakan tawaran setahun sebelumnya sementara Maceo hanya diam saja. Melvin lantas memperkenalkannya pada James Brown dan mengatakan bahwa Maceo bermain saksofon dan membutuhkan pekerjaan juga. Itulah awal cerita dengan James Brown.

**

Pamannya adalah mentor musiknya yang pertama. Sang paman memimpin sebuah band lokal bernama Blue Notes. Sementara Maceo dan dua saudaranya membentuk “Junior Blue Notes”. Dalam kesempatan di klub malam ketika sang paman bermain, Maceo dipersilakan bermain diwaktu antar set.

Maceo mengidolakan saksofonis David “Fathead” Newman, Hank Crawford, Cannonball Adderley dan King Curtis.“I was crazy about Ray Charles and all his band, and of course particularly the horn players”. Di usianya yang ke 15, Maceo telah memiliki style tersendiri dengan tenor saxnya. “I thought about Maceo Parker plays Charlie Parker, and then I thought how about Maceo Parker plays Maceo Parker, what would it be like to have young sax players listening to me and emulating my style of playing

Dipertengahan ’70’an Maceo bermain dengan Bootsy Collins, dan George Clinton dengan berbagai bentuk Funkadelic dan Parliament. Sebuah kesempatan datang untuknya di tahun 1990. Ia merilis dua solo album berjudul Roots Revisited (yang bertengger di jajaran puncak Billboard’s Jazz Charts selama kurang lebih 10 minggu tahun 1990) dan Mo’ Roots (1991). Namun solo album ketiganyalah yang menjadi favorit penggemar musik funk diseluruh dunia. CD bertitel Life on Planet Groove, direkam live tahun 1992, dan karena album ini ia lantas dikenang sebagai “2% Jazz, 98% Funky Stuff.”

Tahun 2004 ia berpartisipasi dalam acara Musicology Tour. Para kritikus memberikan penghargaan untuknya terutama untuk karya tribute-nya kepada almarhum Ray Charles dengan menampilkan lagu Georgia on My Mind.

Album Maceo Funk Overload, Dial M-A-C-E-O dan Made by Maceo masuk dalam jajaran top 40 di tangga musik Eropa. Album terakhirnya School ’s In! diyakini sebagai album yang paling funky. Dengan demikian Maceo membuktikan kesuksesannya dalam dua dunia sekaligus, rekaman dan pertunjukan live.

 

Diposting pertama kali Jan 26, 2006
Diupdate 14 Februari 2023

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker