Profile

Tierney Sutton sang nominator grammy dan mentor banyak penyanyi jazz ternama

Dalam sebuah dunia sensasi yang serba cepat ini, kesuksesan vokalis jazz kelahiran Milwaukee 28 Juni 1963 dari jalan yang tidak begitu terjal. Sebuah keputusan pada pertengahan dekade 1990an untuk pindah ke Los Angeles dari New England menghasilkan kolaborasi lamanya dengan bandnya sekarang ini. Gadis ini kurang menyadari akan bakat-bakatnya untuk menyanyikan musik jazz sampai dia masuk College.

Di kota tersebut lambat laun dia bertemu dengan beberapa tokoh seperti Natalie Cole,  Diana Krall, Ray Charles sampai Randy Brecker. Termasuk dengan teamwork-nya yang sampai sekarang masih bertahan: pianis Christian Jacob, bassis Trey Henry & Kevin Axt, serta drummer Ray Brinker. Kurang lebih sudah 10 tahun mereka bersama dan sudah menghasilkan 6 album yang dinilai bagus oleh para kritikus musik jazz.

Tierney Sutton mengajar dan menjadi mentor bagi beberapa penyanyi generasi baru terbaik, termasuk Gretchen Parlato dan Sara Gazarek.

Sebagai penyanyi studio dan penghibur sejati, suara Tierney masuk dalam sebuah film The Cooler yang menampilkan bintang William H Macy dan Alec Baldwin. Dia juga tampil dalam film Twisted dengan bintang Samuel L Jackson, Andy Gracia dan Ashley Judd. Pada tahun 2004, karya dan bandnya ikut tampil dalam sebuah film indi Blue And Green yang dikeluarkan oleh Unica Project. Tidak kalah populernya, ketika suaranya dijadikan pengisi iklan produk BMW, Coca Cola, JC Penny dan lain-lain.

Sutton lulus dari Berklee Collage of Music di Boston dan pernah menjadi semi-finalis dalam sebuah kompetisi vokal jazz Thelonious Monk Jazz Vocal Competition pada tahun 1998. Sementara album perdananya, “Introducing Tierney Sutton” pada tahun 1999 menjadi salah satu nominasi Indie Award dalam kategori Best Jazz Vocal Album. Setahun kemudian, Tierney langsung mendapat tawaran kontraknya dengan perusahaan rekaman jazz terkenal Telarc dan langsung menghasilkan album “Unsung Heroes” pada tahun yang sama. Album ini menampilkan koleksi-koleksi komposisi jazz yang biasanya lebih sering ditampilkan secara instrumental seperti ‘Recordame’ (Joe Henderson), ‘Joy Spring’ (Clifford Brown), ‘Speak No Evil’ (Wayne Shorter) dan masih banyak lagi. Dengan cepat dia menjadi bahan pembicaraan para kritisi dan musisi jazz.

Proyek keduanya adalah album “Blue In Green” yang dikeluarkan pada tahun 2001. album ini menggarap karya-karya pianis jazz modern legendaris Bill Evans, termasuk menghadirkan matan pemain drumnya Joe La Barbera. “Something Cool” merupakan albumnya di tahun 2002 yang dengan cepat meroket dalam posisi puncak di beberapa tangga lagu jazz di segenap radio jazz di Amerika dan Eropa. Pada tahun 2004, muncul albumnya yang berjudul “Dancing In The Dark” yang secara cepat juga mampu masuk Jazz Top Ten Album versi Billboard dan tetap bertahan dalam posisi tersebut selama 15 minggu.

Kesuksesan yang diperoleh baik pengakuan secara musikal maupun ekonomis ini membimbingnya untuk tampil di tempat bersejarah New York, Oak Room dan akhirnya bisa tampil di gedung pertunjukan bergengsi New York Carnegie Hall pada di bulan Februari 2005. Pada bulan Maret tahun yang sama, kelompoknya tampil di hadapan sahabat-sahabat dan penggemarnya di sebuah jazz klab legendaris Birdland. Dalam kesempatan tersebut didokumentasikan dalam albumnya yang berjudul “I’m In The Band”.  Kepopulerannya semakin tinggi saja ketika panitia penghargaan musik paling bergengsi sedunia Grammy Award, menjelang akhir tahun lalu mengumumkan album terakhirnya tersebut menjadi salah satu nominator penerima Grammy Award dalam kategori Best Jazz Vocal Album. Sayangnya, dia masih belum berhasil mendapatkannya dari hasil pemenang Grammy yang baru saja diumumkan pada awal Februari 2006 yang lalu.

Meskipun demikian, Tierney masih mengantongi penghargaan dari JazzWeek Award sebagai Vocalist Of The Year pada bulan Juni 2005. Sampai sekarang, kesibukannya juga ditambah sebagai staf pengajar di Jazz Studies Department University Of Southern California. Dan tentunya juga masih aktif untuk memberikan klinik dan workshop musik di mana berada dia tampil.

Penyanyi jazz Tierney Sutton, yang telah dinominasikan delapan kali untuk Grammy, telah menerima nominasi “Album Vokal Jazz Terbaik” untuk setiap proyek yang dia rilis dalam dekade terakhir. Dikenal karena suaranya yang luar biasa dan pengolahan kreatif dari The Great American Songbook, Sutton dianggap sebagai seorang penyampai cerita jazz yang ulung dan memiliki kemampuan untuk menggunakan suaranya sebagai alat musik. Dalam 12 rekaman yang dia pimpin, dia mengangkat tema-tema seperti materialisme (“Desire” 2009), pencarian kebahagiaan (“On The Other Side” 2007), serta menghormati musik dari Bill Evans (“Blue In Green” 2002), Frank Sinatra (“Dancing In The Dark” 2004), dan ikon pop Sting (“The Sting Variations” 2016). Tribute Joni Mitchell-nya pada tahun 2013, “After Blue,” menampilkan keyboardis Larry Goldings, drummer Peter Erskine, legenda vokal jazz Al Jarreau, dan pemain seruling NEA Jazz Master Hubert Laws.

Pada bulan Mei 2016, Tierney dihubungi oleh sutradara legendaris Clint Eastwood. Skor asli untuk film blockbuster-nya, “Sully,” dibuat oleh pianis Tierney Sutton Band, Christian Jacob, The Tierney Sutton Band, dan Clint Eastwood. Lagu penutup film “Flying Home” menampilkan musik oleh Eastwood dan lirik oleh Tierney Sutton dan JB Eckl. Lagu ini dinyanyikan oleh Tierney Sutton dan The Tierney Sutton Band.

Ketika tidak sedang tampil, Tierney banyak diminati sebagai produser vokal di studio dan pendidik vokal. Pada tahun 2016, dia bekerja dengan soprano legendaris Natalie Dessay untuk “Pictures of America” dari Sony Classics dan film yang akan segera dirilis, “Between Yesterday and Tomorrow”.

Tierney mengajar selama lebih dari satu dekade di Thornton School of Music di USC dan menghabiskan 6 tahun sebagai Kepala Departemen Vokal di Los Angeles College of Music di Pasadena, CA.

Dipublikasikan pertama kali Apr 3, 2006 
Diupdate 29 Juni 2023

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker