Ahmad Jamal sang pianis jazz dengan reputasi lebih dari 8 dekade

Ahmad Jamal, seorang pianis jazz yang mengubah cara kita memahami jazz, lahir pada 2 Juli 1930 di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat.

Selama delapan dekade kariernya, Jamal menciptakan rekaman-rekaman luar biasa baik sebagai seorang pemuda yang ambisius maupun seorang veteran yang bijaksana. Bagi kebanyakan penampil jazz, sebuah lagu adalah bagian dari penampilan. Namun bagi Jamal, setiap lagu adalah sebuah penampilan.

Jamal lahir dengan nama Frederick Russell Jones di Pittsburgh pada 2 Juli 1930. Ketika dia berusia 3 tahun, pamannya menantangnya untuk menirukan apa yang ia mainkan di piano, dan anak kecil itu benar-benar bisa melakukannya. Dia mulai belajar piano secara formal pada usia 7 tahun dan dengan cepat mengambil kurikulum yang lebih tinggi. Dia mengatakan bahwa ia belajar dari Art Tatum, Bach, Beethoven, Count Basie, John Kirby, dan Nat King Cole. Ia juga belajar musik klasik Eropa dan Amerika. Ibunya memperkenalkannya pada seorang guru, Mary Cardwell Dawson, yang memulai perusahaan opera Afro-Amerika pertama di negara ini.

Jamal tumbuh di lingkungan Pittsburgh yang kaya akan sejarah jazz. Tetangganya termasuk pianis legendaris Earl Hines, Errol Garner, dan Mary Lou Williams. Saat masih muda, Jamal mengantar koran ke rumah Billy Strayhorn. Ketika Jamal memulai karir profesionalnya pada usia 14 tahun, Art Tatum, salah satu titan awal di keyboard, menyebutnya “seorang bakat besar yang akan datang.”

Saat berada di tur di Detroit, pria yang dilahirkan dari orang tua Baptist ini memutuskan masuk Islam menjadi mualaf dan mengganti namanya menjadi Ahmad Jamal.

Baca:
Nama-nama muslim di dunia jazz

Kemahirannya dalam musik klasik Eropa – Jamal meremehkan istilah jazz dan lebih menyukai musik klasik Amerika sebagai deskripsi untuk karyanya – adalah sorotan dari gaya bermainnya. Dia melampaui batas-batas dan kedalaman improvisasi. “Improvisasi jazz umumnya dipahami sebagai garis melodi naratif yang dibuat secara spontan terkait dengan struktur harmonis dari sebuah lagu,” tulis Waltzer. “Jamal memperluas konsep ini dengan menggunakan riff berulang, vamps, dan ostinatos – kiasan jazz big band yang digunakan sebagai latar belakang pengiring bagi musisi instrumental – tidak hanya sebagai kerangka solo, seperti banyak musisi lakukan, tetapi sebagai bahan improvisasi itu sendiri.”

Berikut beberapa rekomendasi album dari Ahmad Jamal:

  1. “At the Pershing: But Not for Me” (1958) – Album ini menjadi salah satu album terlaris dalam sejarah jazz. Salah satu lagu di album ini, “Poinciana”, menjadi hit besar dan menjadi salah satu lagu jazz paling terkenal sepanjang masa.
  2. “The Awakening” (1970) – Album ini dianggap sebagai album yang menandai kembalinya Jamal setelah beberapa tahun hiatus dari industri musik. Album ini menampilkan solo yang mengesankan dari Jamal di lagu-lagu seperti “Dolphin Dance” dan “You’re My Everything”.
  3. “Digital Works” (1985) – Album ini menunjukkan sisi kreatif Jamal di era digital. Meskipun menggunakan teknologi modern, album ini tetap mempertahankan keaslian dan keindahan musik Jamal.
  4. “Blue Moon” (2012) – Album ini menampilkan interpretasi Jamal yang indah dan khas pada lagu-lagu klasik seperti “Autumn Leaves” dan “Blue Moon”. Album ini juga menampilkan kolaborasi dengan beberapa musisi jazz terkenal seperti Reginald Veal dan Herlin Riley.

Sepanjang hayatnya Ahmad Jamal juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan antara lain NEA Jazz Masters (1994), lalu Grammy Lifetime Achievement Award (2017), Harlem Jazz and Music Festival Legends of Jazz Award (2007) dan DownBeat Hall of Fame (1981).

Baca:
Pianis Ahmad Jamal sang arsitek musik tingkat tinggi wafat dalam usia 92 tahun

Ahmad Jamal meninggal pada hari Minggu tanggal 17 April 2023 di Ashley Falls, Massachussetts, setelah berjuang melawan kanker prostat. Ia berusia 92 tahun demikian keterangan Sumayah Jamal putrinya dikutip dari situs NPR.

Exit mobile version