Profile

Dizzy Gillespie sang perintis Afro-Cuban Jazz

John Birks “Dizzy” Gillespie, bersama Charlie Parker, adalah salah satu pelopor era Be-Bop dalam tradisi jazz Amerika . Ia memainkan trompet, menjadi pemimpin band, komposer sekaligus penyanyi jazz.

Lahir di Cheraw, Carolina Selatan 21 Oktober 1917, ia adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Gillespie mulai bermain piano pada usia empat tahun dan menerima beasiswa musik di Laurinburg Institute, North Carolina. Salah satu ciri khasnya adalah “pipi bengkak” saat bermain trompet, gaya yang diakuinya terinspirasi dari trompetis Roy Eldridge di awal karirnya.

Gillespie menggantikan Eldridge di band ‘Teddy Hill’ setelah Eldridge hengkang, dan mulai mengembangkan gaya bermainnya sendiri. Eksplorasi musiknya menarik perhatian Mario Bauza, “Godfather of Afro-Cuban Jazz”, yang saat itu bergabung dengan Orkestra Cab Calloway. Gillespie bergabung dengan Calloway pada tahun 1939, tetapi dipecat setelah dua tahun karena insiden perkelahian dengan Calloway. Meskipun begitu, mereka kemudian menjadi sahabat seumur hidup dan sering menceritakan kembali kejadian tersebut dengan penuh tawa.

Selain dikenal karena sikapnya yang kerap bercanda di atas panggung, Gillespie adalah salah satu tokoh utama dalam pengembangan tradisi Afro-Cuban atau Latin Jazz.

Dipengaruhi oleh Bauza, yang ia anggap sebagai ayah musiknya, Gillespie berhasil memadukan jazz Afro-Amerika dengan ritme Afro-Kuba, menciptakan suara CuBop yang sedang berkembang. Sebagai duta musik, ia berkeliling Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin dengan dukungan dari Departemen Luar Negeri AS. Dari tur tersebut, ia sering membawa ide-ide musik baru serta musisi-musisi yang kemudian menjadi terkenal di dunia.

Beberapa kolaborator dan protegenya termasuk Chano Pozo, pemain perkusi Afro-Kuba; Danilo Pérez, pianis dan komposer asal Panama; Arturo Sandoval, trompetis dan pendidik musik asal Kuba; Mongo Santamaria, conguero dan komposer Afro-Kuba; David Sánchez, saksofonis dan komposer; Chucho Valdés, pianis virtuoso Afro-Kuba; serta Bobby Sanabria, pemain perkusi, komposer, dan pemimpin band dari New York yang ahli dalam tradisi musik Afro-Kuba.

Banyak komposisi jazz Latin klasik seperti “Manteca”, “A Night in Tunisia”, dan “Guachi Guaro (Soul Sauce)” yang diciptakan oleh Gillespie bersama para kolaboratornya.

Dengan kebanggaan yang besar terhadap warisan Afro-Amerikanya, Gillespie meninggalkan warisan musik yang tak hanya merangkul semua bentuk musik, tetapi terutama yang berakar dalam di Afrika, seperti musik Kuba, negara-negara Amerika Latin, dan Karibia. Selain itu, ia juga meninggalkan warisan keramahan dan humor yang menyebarkan semangat jazz sebagai bentuk musik yang melampaui batas-batas nasional dan etnis. Karena itu, Dizzy Gillespie dianggap sebagai harta karun internasional.

Ia wafat 6 Januari 1993 akibat  kanker pankreas, setelah sebulan lebih terbaring di RS Englewood, New Jersey Amerika Serikat.

Agus Setiawan Basuni

Pernah meliput Montreux Jazz Festival, North Sea Jazz Festival, Vancouver Jazz Festival, Chicago Blues Festival, Mosaic Music Festival Singapura, Hua Hin Jazz Festival Thailand, dan banyak festival lain diberbagai belahan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker