Review

EITHER / ORCHESTRA – MORE BEAUTIFUL THAN DEATH

EITHER / ORCHESTRA – MORE BEAUTIFUL THAN DEATH
(Accurate AC-3282)

 

Musisi :
Tom Halter, Colin Fisher : trumpet & flugelhorn
Joel Yennior : trombone
Jaleel Shaw, Miguel Zenon : alto sax
Russ Gershon : tenor & sopran sax
Charlie Kohlhase : bariton sax
Dan Kaufman : piano, elec piano, Hammond B3 & Wurlitzer
Rick McLaughlin, Atemu Aton : bass
Harvey Wirht : drum
Vicente Lebron : conga, bonga, perkusi Komposisi:

1. Amiak Abet Abet 10:03
2. Number Three 10:20
3. More Beautiful Than Death 10:46
4. Musicawi Silt 6:21
5. Breaktime For Dougo 8:35
6. All Those Sobs 8:58
7. Slow Mambo For JJ 4:53
8. Feker Aydelmwey 7:09
9. The Eighth Wonder 6:54

Generasi demi generasi yang akan selalu muncul untuk menandai dinamika sejarah musik jazz ternyata masih berjalan sampai sekarang. Bahkan untuk masing-masing gaya yang pernah ada akan selalu ikut berperan serta ke dalam perkembangan musik jazz kontemporer. Termasuk salah satunya adalah “peninggalan” dari tradisi big band (orkestra). Dan salah satu upaya untuk mempertahankan tradisi ini adalah adanya kelompok big band yang beranggotakan musisi-musisi jazz muda yang pada masa keemasan big band jelas belum lahir yaitu Either / Orchestra. Dengan nama Either / Orchestra seolah-olah kelompok ini memunculkan pertanyaan yang kritis dan memunculkan manifestasi dalam berkarya dengan gaya postmodern jazz. Kurang lebih mereka mempertanyakan sendiri bahwa kelompoknya itu adalah sebuah orkestra big band atau bukan. Atau barangkali di antara keduanya. Mereka membawa tradisi dari Fletcher Henderson, Charles Mingus, Sun Ra sampai Muhal Richard Abrams dengan perkembangan musik jazz mutakhir yang diramu menjadi sebuah konsep yang matang. Biasanya, sebagai juru bicara kelompok ini adalah Charlie Kohlhase.

Komposisi pertama dibuka dengan ‘Amiak Abet Abet’ disertai gebrakan dram dan dentuman bass yang mengingatkan kita akan adanya “jungle sound” namun dengan unsur funk (apalagi dalam komposisi ‘Musicawi Silt’) yang cukup kental dan dilanjutkan masing-masing bagian untuk menunjukan kebolehan mereka. Kemeriahan warna Amerika Latin dicerminkan juga di dalam ‘Breaktime For Dougo’ dan ‘Slow Mambo For JJ’.

Ada hal yang menarik dari mereka yaitu masing-masing dari mereka jago bermain alat musik tidak hanya dalam sebuah genre/gaya dalam musik jazz saja namun dalam banyak gaya dan variasi. Ada pola-pola kolektif improvisasi disertai dengan pengendalian emosional yang terkontrol. Ada juga pola-pola kontrapuntal yang menawan. Ketika salah seorang pemain sedang melakukan solo improvisasi bagian yang lain tidak kalah kreatifnya dalam mengiringi improvisasi tersebut seperti dalam komposisi ‘Feker Aydelmwey’. Hal ini dilakukan di hampir semua komposisi yang ditampilkan di album ini. Terlalu dini kalau dikatakan tradisi big band/orkestra dalam musik jazz telah mati. (CeMus-WJ)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker